Ketika Hati Bicara
Pagi-pagi sekali Aku beranjak dari kamar,
bergegas meraih handuk yang tergantung dibalik pintu kamar.
Sambil berlari ke kamar mandi yang terletak di pojok dapur, maklum kamarku tidak tersedia kamar mandi, dirumah cuma ada satu kamar mandi yang biasa digunakan bergantian oleh anggota keluargaku.
Aku adalah Paradina Lestari, siswi kelas 3 SMA di kota Pempek Palembang.
"Pagi Ma..."
Sapaku yg ketika melintasi ruang makan, disana Mama tengah sibuk menyiapkan sarapan.
Mama menoleh, dengan tangan sibuk menggoreng Pempek yang akan menjadi sarapan kami pagi ini.
"Pagi Din.."
Jawab Mama
"Kamu kenapa kok pagi-pagi sekali?"
Sambung Mama.
"Iya...ada Misi Ma !"
Jawabku dari balik pintu kamar mandi.
Setengah jam berlalu, Aku keluar dari kamar mandi, sedikit menggigil Aku berlari menuju kamar.
Setelah selesai bersiap merapikan diri, Aku meraih ranselku yang teronggok penuh di atas meja disudut kamar lalu Menuju meja makan. Sepiring pempek khas Palembang dengan cukanya telah tersugu bersama segelas teh hangat, Aku mencomotnya dan mulai menikmatinya.
"Din.. Nanti pulang jam berapa kamu? "
Tanya Mama yang juga tengah makan bersama Aku dan Papa. Sementara Papa hanya menatapku sembari menurunkan kacamata nya seolah ikut menunggu jawabanku.
"Belum tau Ma, Dina blm bisa pastiin.."
Jawabku mengerutkan dahi mencoba menerka waktu.
"Yang pasti enggak sampe sore banget kayaknya."
Sambungku.
"Hari ini itu, Ada teman Dina yang ulang tahun, Jadi nanti habis latihan, kita mau bikin acara kumpul-kumpul gitu Ma.."
Sambungku menjelaskan.
Hari ini hari minggu.
Seperti biasa setiap hari minggu Aku ikut ekskul latihan bela diri yang di adakan di Balai Kota.
Slurrrppp....Tegukan terakhir teh telah sampai pada kerongkonganku, sambil menyeka mulut yang basah, Aku beranjak mendekati Papa yang masih menyeruput kopinya.
"Pa..Dina berangkat ya"
Tanganku mengacung didepan dada Papa menunggu sambutan tangan nya untuk kucium.
Papa meletakkan gelas kopinya, dan meraih tangan ku.
"Hati- hati ya Din.."
Ujar Papa.
"Siap boss"
Godaku sembari meletakkan tangan di samping dahi.
Hal yang samapun kulakukan pada Mama, tapi kali ini diikuti bisikan di telinganya.
"Bagi duit dong Ma..."
Sembari mengerjip-ngerjibkan mata dan menadahkan tangan di depan Mama.
Papa hanya tersenyum simpul menatap kami.
Tak berapa lama Mama keluar kamarnya memberiku selembar uang pecahan 50 ribuan.
"Makasih Ma...."
Jawabku segera berlalu.
10 menit menunggu, Akhirnya angkot yang biasa kunaiki menuju Balai Kota telah kelihatan.
Segera ku lambaikan tangan, tepat di depanku angkot berhenti dan Aku bergegas naik.
"Uuh..syukurlah hari ini angkot lumayan sepi" Gumamku dalam hati.
Hari ini Kotaku terlihat lengang, angkot-angkot yang terlihat lalu lalang sepi penumpang, begitupun kendaraan pribadi yang hanya beberapa saja, tidak seperti hari biasa, angkot akan penuh sesak oleh anak- anak sekolah.
Kendaraan pribadi juga biasanya padat merayap berlalu lalang.
Tak terasa 30 menit berlalu, terlihat gerbang Balai Kota hampir dekat dengan angkot yang kunaiki, segera kuketuk kaca angkot dengan uang receh yang sedari tadi kusiapkan, maklum angkot di sini sudah tua, tak ada bell lagi.
Aku segera turun tepat di depan gerbang Balai Kota.
"Makasih Bang.."
Ucapku ketika memberikan ongkos pada Supir angkot, dan angkot pun berlalu.
Kulangkahkan kakiku memasuki gerbang Balai Kota, dari kejauhan Aku dapat melihat gerombolan remaja yang ku kenali betul sosok mereka.
Dengan senyum lebar mereka menoleh ke arahku.
"Kok lama jeng.."
Seru salah satu dari gerombolan tadi.
Dia adalah Fitri.
Dia teman yang merangkap sahabat sekaligus sepupuku, ya..Dia Anak dari Adiknya Ibuku.
"Iya nich..angkotnya lelet, man yang lain?
Ujarku mengulas senyum.
"Itu tu...pada di dalem"
Sahut Nita teman satu teamku.
"Oke yuk samperin.."
Balasku.
Kami bergegas masuk ke salah satu ruangan tempat dimana kami biasa meletakkan barang barang yang kami bawa.
Ruangan kosong hanya terdapat beberapa kursi dan meja di pojok ruangan.
Terlihat beberapa teman sudah mulai berganti pakaian.
Kamipun segera mengambil pakaian dan menuju kamar mandi untuk bertukar pakaian secara bergantian.
Tak sampai 10 menit semua yg ada di ruangan telah terlihat rapi seragam putih yang khas dgn bela diri kami.
Seperti biasa, sebelum memulai latihan pelatih kami menghampiriku untuk menanyakan absen sekaligus menyerahkanku buku iuran yang biasanya di pungut setiap satu kali pertemuan.
"Din, gimana absen? udah dijalan kan?"
Tanya Bang Andi pelatihku.
"Ehm... Maaf Bang, ini baru mau mulai absen sambil iuran"
Jawabku sembari tersenyum.
Aku mulai mengabsen setiap Siswa yang hadir sembari meminta uang iuran satu persatu.
Terhenti tanganku mencoteng buku absen di sebuah nama.
"Dion"
Aku sejenak mengatupkan bibirku sembari mengernyitkan dahi, berfikir berusaha mengingat nama itu.
"Siapa Dia"
Ujarku lirih.
Ohhh...Aku ingat sekarang..."Dia" adalah Anak baru yang pertemuan nya baru 2 kali termasuk minggu ini.
Menurutku dia aneh, sedikit sombong, dan kurang gaul.
Aku berjalan mendekati Dion dan kumpulannya yang terdiri dari 3 orang yang menurutku sama anehnya dengan "Dia"
Aku berdiri tepat di depan mukanya.
"Absen donk!!"
Ujarku ketus tanpa melihat muka nya.
Dion meraih buku absen dan menandatangani nya, Aku meraih buku tersebut sembari berkata..
"Iuran nya jangan lupa!!"
Kulirik Dion segera menyelipkan tangan di saku tas miliknya, dan menyerahkan uang 10 ribu kearahku, lagi-lagi tanpa menatap muka ku.
Segera kuambil uang tersebut dan melangkah pergi meninggal kan mereka yang kembali duduk berhadapan.
Setelah agak jauh Aku menoleh,
"Ehm... Benerkan ini Orang, bener- bener Aneh!"
Gerutu ku pelan.
Tapi entah kenapa sikap Dion yang seperti itu, malah menyisakan tanda tanya besar dalam hatiku, kenapa Dia bersikap seperti itu hanya kepadaku??
Sementara sama anak-anak lain, Dia terlihat ramah.
"Ahh...ngapain juga Aku mikirin dia"
Aku kembali berbaur dan latihan dimulai.
60 menit berlalu...
Latihan selesai, kami semua berlari ke pinggir lapangan untuk beristirahat.
Fitri mendekatiku disusul Bang Andi pelatihku dan Andika temanku yang lain.
"Gimana Din...rencana kita?? "
Tanya Bang Andi.
"Iya Bang, jadi kok..tunggu istirahat bentar.."
Jawab ku sembari mengeluarkan botol minum lalu meneguknya dengan satu tarikan nafas.
Kuseka keringat didahi dan leherku, gerah dan panas, membuat baju habis basah usai latihan.
Hari ini kami merencanakan untuk memberi kejutan ulang tahun Bayu teman kami.
Bukan acara besar, hanya sekedar memberi kejutan kue ulang tahun dan seember air untuk diguyur ke tubuhnya, hanya untuk seru-seruan.
Tak berselang lama, kulihat Bayu tengah duduk bersandar pada batang pohon, sambil memainkan handphonenya.
Aku berdiri, dan segera memberi kode pada yang lain bahwa sudah saat nya surprise party ini dimulai.
Aku memanggil Bayu, dengan tepukan dan lambaian tangan, Bayu beranjak dan menyimpan kembali handphone nya.
Dan benar saja, baru beberapa langkah ia berjalan, tiba-tiba..
Byuuuuurrrr....
Satu ember air telah mendarat mulus dari atas kepala Bayu.
Andika sukses membasahinya.
Suasana begitu riuh, sorakan dan tepuk tangan kami menyatu dengan lantunan lagu selamat ulang tahun, Bayu kaget, kesal,marah senang dan bahagia bercampur jadi satu, Tawa dari semua teman-teman membuat suasana menjadi ramai.
Aku membawakan kue kecil lengkap dengan lilin diatas nya.
"Selamat ulang tahun ya Bayu...Maaf ya....kami iseng hahhh"
Ujarku memberikan selamat sembari meraih tangan nya bersalaman.
Dalam hitungan menit saja kami sudah basah semua oleh air balas dendam dari Bayu.
Kami bersorak..tertawa..berlarian kesana kemari.
Disaat itu juga mataku tertuju pada sekelompok Orang aneh, siapa lagi kalau bukan Dion dan genknya.
Ternyata mereka tidak turut serta, mereka menepi dari kami.
"Oh my God"
ucapku sembari menepuk dahi. Ada apa dengan mereka???
Aku berlalu sambil tersenyum menggelengkan kepala.
Latihan selesai.
Kami bersiap untuk pulang, dan ketika kubuka tas ransel, berusaha mencari sesuatu.
"Ya mpuuuunnn"
Teriakan kecilku, membuat Fitri melangkahkan kaki mendekatiku.
"Kenapa jeng"
Tanyanya.
"Aku lupa bawa baju ganti"
Jawabku lagi.
"Nah lo... Terus gimana??
masak kamu pulang basah gitu?"
Ledekan Fitri membuatku memutar cepat otakku untuk berpikir mencari solusi.
Mataku tertuju pada Dion, Aku tersenyum dan "Ahaaaa"
Aku dapatkan solusinya.
Fitri hanya menatapku heran sembari mengikutiku dari belakang mendatangi Dion.
"Hey"
Sapaku pada Dion.
Dengan heran Dion menatap ku.
"Saya??"
Tegas nya.
"Ya iyalah Kamu...siapa lagi??"
"Kenapa?"
sambung nya cepat.
"Aku boleh pinjam jaketnya??"
Tanyaku agak malu tapi tetap dengan muka cuek.
Terlihat Dion berpikir agak lama, namun kemudian Dia melepaskan jaket yang dipakainya, dan menyerahkannya padaku.
"Nich"
Dion menyodorkan jaketnya padaku.
Tanpa pikir panjang dan banyak tanya, Aku meraih nya.
"Makasih ya..."
Aku meninggalkannya sementara Dion masih berdiri dalam kebingungan.
bersambung**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
🌼 Incess Hatari 🌼
mampir ya 🤗
2022-01-08
0
I.S.DINIa
halo teman2 semua...para author2 kece beserta pembaca kesayangan ....
berhubung novel ini udah tamat..
Aku mau promo novel lagi boleh yaaa😁😍
Aku punya novel sederhana, drama keluarga dengan konflik ringan,
lumayan mengandung bawang,
jauh dr kemewahan..
karna mengangkat dari kisah keluarga yang tidak berpunya..
MARYATI... IS TRUE LOVE
semoga bisa masuk dalam list bacaan si rak buku kalian ya sayang2 ku .
2021-12-29
2
Rasnantara
hai thor....aku mampir nih,,awalnya iseng baca..ternyata menarik..semoga sampe akhir menarik...
2021-12-23
1