Aku tiba dirumah lebih lambat dari biasanya,
namun sebelum berangkat tadi Aku telah izin bahwa Aku akan terlambat untuk pulang.
Aku melangkah dengan gontai setelah mengucap salam, dengan muka tak seceria biasanya. Bibirku mengatup, lelah sekali rasanya tetapi bukan rasa itu yang tengah ada dihati dan otakku.
Aku membuka pintu kamar dan segera berganti seragam. Mama menyusul, sepertinya Mama tau ada sesuatu yang mengganjal dihatiku.
"Boleh Mama masuk?"
Ketika Mama mencoba membuka pintu kamar yang sengaja tidak kukunci. Aku menoleh Mama yang masih berdiri di ambang pintu sambil menyilangkan tangannya di depan dada.
"Masuk aja Ma"
Jawabku yang kala itu tengah berbaring telungkup ditempat tidur.
"Kamu gak makan Din?"
Tanya Mama.
"Nanti Ma, belum lapar"
Aku berpura-pura, padahal sejak di sekolah Dion tadi rasa lapar dan dahaga menyerbu perut kosongku.
Tapi entah kenapa rasa itu seolah hilang, begitu sampai dirumah.
"Kamu kenapa Nak?? cerita sama Mama"
Mama meletakkan tangannya di atas kepalaku sembari mengusap rambut hitamku, lalu duduk di tepi tempat tidur.
Aku beranjak, lalu duduk disamping Mama.
"Gak ada apa-apa Ma, cuma capek"
"Ya udah... Makan dulu, lepas makan kamu baru istirahat"
Ujar Mama.
Aku mengangguk, lalu membuntuti Mama keluar kamar.
Aku masih membuka jendela kamar ketika langit mulai berubah pekat.
Kusibak tirai merah muda yang tergantung disana.
Aku mendapati bulan yang belum sempurna membentuk purnama, lalu beberapa bintang terlihat di sekitarnya berkedip-kedip.
Begitu indah langit malam ini.
Aku memilih duduk ditepi jendela dengan menyandarkan tubuhku pada sisinya. Mataku masih menerawang, jauh entah kemana berlabuhnya.
Sesekali kulirik bungkusan yang tergeletak di atas bantal di sisi tempat tidur.
"Ahh... Dasar orang aneh!!!."
Seketika muncul rasa kesal yang teramat, lalu disusul penyesalan kenapa Aku harus meminjamnya.
Andai saja itu tidak Aku lakukan, mungkin perasaan ini tidak akan pernah ada.
Dan yang pasti Aku tidak perlu repot untuk mencarinya.
Mataku mulai terasa lelah, Aku memutuskan untuk tidur. Dengan terlebih dulu menutup jendela.
Ketika Aku tengah bersiap untuk tidur, Aku kembali membuka mata, dan melirik bungkusan itu.
Aku menghela nafas, hatiku berkata bahwa besok akan kuulangi lagi petualangan hari ini.
Sebelum akhirnya kembali memejamkan mata.
Aku meraih ponselku, dan mengetikkan pesan singkat pada sebuah nomor. Terlihat ikon hati di akhir nama itu.
Ya sebuah pesan singkat untuk Ari.
*B**esok, tidak usah jemput ya Ri.
Aku mau pulang bareng* Fitri.
Ehm...Lagi-lagi Aku harus berbohong.
"Maaf kan Aku Ri"
Ucapku dalam hati.
Aku memutar- mutar ponselku diantara jemari, menunggu balasan dari sebrang sana.
Aku berharap Dia belum tertidur mengingat ini sudah cukup larut.
Sesaat kemudian,
Ponselku bergetar..
Aku buru-buru membuka nya.
*Ok**e Din, hati-hati..kabari kalau berubah Pikiran.
slamat tidur Dina. mimpi indah*
Begitulah Ari, selalu saja berusaha mengimbangiku tak pernah curiga, dan selalu mencoba memahamiku.
Selasa pagi, di sekolah.
Fitri menepuk jidat nya, ketika mendekati ku yang tengah asyik memutar-mutar bungkusan ditanganku.
"Ya elah Jeng... Belum kelar lagi ni bungkusan?"
Aku menghentikan aktifitasku..lalu tertawa kecil menatap ke arah Fitri.
Terlihat Fitri menunggu jawaban dariku.
lagi-lagi Aku cuma tersenyum.
"Kemarin gak jadi atau gimana"
Sambungnya.
"Jadi, tapi gak ketemu"
Jawab ku singkat.
"Lalu...."
Sambung Fitri lagi...
"Lanjut"
Aku menjawabnya dengan tertawa dan berlalu masuk ke kelas yang di ikuti bell masuk.
Sepanjang pelajaran, Aku mengikutinya dengan sangat baik.
Tak ada kekacauan Pikiran karena masalah bungkusan yang belum kelar.
Saat pulang sekolah tiba.
Seperti kemarin,aku segera menghampiri ojek dan melaju ke sekolah dion.
Hal serupa pun terjadi lagi..dan lagi... Mulai dari jadi pusat perhatian karena seragam, duduk di bangku tukang gorengan dan menunggu.
Nihil, tak ada hasil. Aku tak menemukannya.
Rasa kesal ini seperti sampai pada ubun-ubun.
Aku berdiri dan melongok ke dalam pagar pembatas, ku amati sekeliling sekolah itu, dan..
"Ahaaaa"
Aku seperti menemukan oase pada gurun pasir.
Aku melihat Daka, teman dion.
Aku segera melambaikan tangan kearahnya.
Hampir saja Aku putus asa dan pulang.
Daka terlihat tergesa-gesa menghampiriku, nampak dari nafasnya tersengal ketika tiba di depanku.
"Loch..Din kenapa kesini?"
Tanyanya heran.
"Ini Ka, Aku mau minta tolong sama kamu, Tolong balikin jaketnya Dion."
Ujarku panjang lebar sembari menyodorkan bungkusan plastik yang telah 2 hari kubawa hilir mudik.
Daka menerimanya sambil menganggukkan kepalanya dan tersenyum padaku.
"Dari kemarin Aku menunggunya tapi tak jumpa"
Jelasku.
"Iya Din, Dion lagi gak masuk mungkin besok baru masuk, katanya Dia demam"
Penjelasan Daka barusan seketika meredam kekesalanku yang tadi seolah telah memenuhi ubun-ubun.
"Oh..."
Hanya itu yang bisa terucap di bibirku.
"Ya udah Ka.. Aku pulang ya, makasih loch sebelumnya"
Ucapku pada Daka.
"Oke Din.."
Daka berbalik meninggalkanku sementara Aku melangkah meninggalkan sekolah itu dengan perasaan lega.
Setidaknya urusanku pada Dion selesai, dan Aku tak perlu berbohong pada Ari lagi.
Seminggu berlalu..
Tak pernah lagi Aku mengingat Dion dalam hari-hariku.
Sampai pada hari ini, saat pulang sekolah,
Aku yang seperti biasa di jemput oleh Ari, tiba-tiba saja melihat Dion di jalan arah sekolahnya.
Dion berjalan kaki bersama dua orang teman perempuannya, mungkin teman satu kelasnya atau mungkin salah satu dari mereka adalah pacarnya. Itulah yang ada di dalam pikiranku saat ini.
Dan saat motor kami melintas tepat berpapasan dengan mereka, Dion menatap ku, kami saling pandang, hanya sesaat kemudian berlalu.
Semenjak hari itu...
Hampir setiap hari sepulang sekolah, kami selalu bertemu, saling pandang dan menghilang, tetap pada posisi masing-masing.
Aku bersama Ari, sementara Dion bersama kedua perempuan itu.
Tak pernah ada komunikasi sama sekali, hari demi hari, minggu berganti bulan, hingga tahun pun berganti.
Tetap tak ada yang berubah.
Ujian nasional tiba..
Tidak ada main, tidak ada latihan, tidak ada ponsel.
Seperti itulah aturan yang dibuat Papa selama ujian berlangsung.
Pagi ini disekolah, suasana begitu hening.
Masih pagi, akan tetapi seluruh siswa kelas 3 tsudah ramai, sepertinya mereka lebih memilih untuk datang lebih awal agar lebih santai.
Beberapa diantaranya ada yang terlihat masih memegang buku, sebagian lain ada yang tengah membaca lalu menutup kembali buku nya, kemudian memejamkan mata sambil terlihat mulut berkomat kamit, Aku tersenyum melihat mereka semua, sepertinya mereka sedang menghafal pelajaran, atau sekedar hanya untuk mengingat- ingat.
Sementara Aku dan Fitri lebih tertarik untuk mencoba bersikap tenang agar tidak gugup.
Bell berbunyi...
Seluruh siswa berhamburan memasuki ruangan masing-masing.
Aku tidak satu ruangan dengan Fitri, kami saling meyakinkan dan memberikan dukungan.
"Semangat ya jeng"
Ujar Fitri sembari melangkah keruangan nya.
Aku mengangguk dan tersenyum menerima semangat darinya.
Ujian dimulai...
40 menit yang sangat menegangkan, tidak ada suara berisik, semua tenang hanya sesekali terdengar suara kertas ujian yang di bolak balik..
Seisi ruangan sibuk pada kertas ujian masing masing, hanya terlihat pengawas yang sesekali mondar mandir diantara lorong- lorong meja.
Memperhatikan kami yang tengah mengerut kan dahi, mencoba mengingat lagi semua yang pernah di pelajari.
waktu berjalan begitu cepat, 40 menit berlalu
ketika bell berbunyi.
Saat itu juga kami harus menyudahi ujian kami. Satu persatu maju untuk mengumpulkan pada pengawas.
Suasana tegang masih menyelimuti kami,
begitu aku keluar ruangan, Aku segera mencari Fitri.
Aku mendapati Fitri tengah duduk di depan ruangannya sembari membolak balik buku ditangan nya.
"Duarrrr..."
Aku menepuk bahu nya, sontak hal itu membuat Fitri kaget dan nyaris saja buku ditangan nya terlempar.
Aku terkekeh, yang di iringi teriakan Fitri yang marah kepadaku.
Tapi itu tak berlangsung lama, Aku merangkulnya dan Dia pun tertawa.
Antara Aku dan Fitri nyaris tak pernah bertengkar, sejak kecil, kami selalu bersama-sama bagaikan anak kembar.
Tak terasa waktu akan segera berlalu, yang kudengar Fitri akan melanjutkan Studynya ke luar kota, ia akan menempuh pendidikan di sebuah universitas ternama.
Aku pasti akan sangat merindukan nya.
Seketika terbayang semua kenangan demi kenangan kami dari kecil, dan tanpa kusadari mataku tiba- tiba basah.
Aku buru-buru menyembunyikan sedihku, Aku takut Fitri tau hal itu, dan Dia jadi ragu pada pilihannya.
Kami beranjak dari tempat duduk, masih saling merangkul, kami melangkahkan kaki meninggal kan sekolah.
Tidak terasa, 3 hari terlewati dengan begitu tegang, besok adalah hari terakhir ujian, itu artinya perjuangan akan segera berakhir, tinggal menunggu hasil dan Aku berharap semua memuaskan.
Aku beranjak dari meja belajar, menutup buku dan bersiap untuk tidur.
Setelah berada diatas tempat tidur, mataku sulit sekali kupejamkan..
Pikiranku masih melanglang buana, entah apa yang Aku pikirkan. Mataku menatap langit-langit kamar, sesekali ku pandangi foto yang ada di dinding kamar, terlihat dua gadis belia saling merangkul, lalu pandanganku beralih ke foto di sebelahnya, nampak seorang laki-laki yang sedang tersenyum seolah sedang menatapku lekat.
Ketika itu juga tiba-tiba ada rindu yang diam-diam menyelusup di relung hatiku.
"Ari...sedang apa Dia sekarang??"
Ucapku pelan nyaris tak kedengaran.
Selama ujian, ponselku di simpan Papa, kami juga tidak diizinkan bertemu, sampai ujian selesai, itu artinya besok Aku kembali bisa menggunakan ponselku, dan bisa kembali bertemu Ari.
Entah dimulai dari mana, tiba- tiba mata telah terpejam dan Aku telah terlelap dibuai malam
bersambung**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Rasnantara
akhirnya....hahhah
2021-12-23
1
Lisa Aulia
masih stay disini....
2021-12-10
1
rayura
inget jaman sekolah
2021-11-27
1