Ini merupakan kisah sequel dari novel
HIDUPKU BERSAMA CEO
Ada beberapa part dari cerita ini yang berada di dalam kisah HIDUPKU BERSAMA CEO.
Disarankan untuk membaca kisah
ANDREW & DIANA di novel
HIDUPKU BERSAMA CEO terlebih dahulu agar tidak bingung dengan beberapa part di novel ini.
OH ya, jangan lupa dukung karya receh ini ya. Bantu share di IG, FB atau WA kalian.
Dan pastinya jangan lupa Rate bintang lima, like, coment dan VOTE.
Terimakasih & Selamat membaca.
LOVE YOU ALL 💗
💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗
Matahari sudah muncul di ufuk timur dengan perkasa. Dia tidak lagi menggeliat malu-malu dan bersembunyi di balik awan. Hawa hangat sinar matahari seketika dirasakan oleh penduduk kota Miami.
Pagi itu di rumah sakit, Lia mengerjapkan matanya dan mulai sadar dari pengaruh obat tidur yang diberikan. Dan saat ia baru saja terbangun dan sepenuhnya sadar, Lia mendapati Briant tertidur di sofa disisi ranjang rumah sakit.
Lia memandang wajah Briant dengan senyuman manis. Dia bahagia karena pria yang dia sukai ada disini dan sedang menjaganya. Mood booster yang sangat ampuh untuk menjalani hari ini.
Dan tentu saja Lia tidak akan membuang kesempatan ini. Mendapatkan pemandangan indah disinya tak mungkin dia sia-siakan begitu saja. Lia memiringkan tubuhnya dan mengamati wajah Briant. Garis wajah yang tegas, tampan dan sikapnya yang dewasa memberi kharisma tersendiri.
Wajah Briant tampak kasar karena rambut-rambut kecil yang tumbuh liar di wajahnya tampak belum sempat dia cukur habis, memberikan pesona tersendiri bagi Lia. Kulit tubuh legam kecoklatan dan kokoh tampak sangat menawan. Rambutnya sedikit berombak. Entah mengapa pria dengan rambut sedikit berombak terlihat menawan di mata Lia
Bersama Briant dia merasa dilindungi. Sosok pria tidak pernah dia miliki sedari kecil. Meskipun awalnya Lia mengenal Briant hanya melalui pesan tertulis maupuan audio wa, membicarakan tentang proses kedatangannya ke negeri paman Sam, namun perasaan suka itu tumbuh dengan cepat.
Lia menyakini jika pria yang menggendong dan membawa nya ke rumah sakit ini pasti Briant. Tampak dari betapa lelahnya Briant tertidur di sampingnya. Padahal seingat Lia, saat dia merasakan sakit tidak ada Briant disana, melainkan Jason dan pengawal juga Diana.
Jason, heh... lalat buah itu bahkan tidak memperdulikanku.
Pikir Lia dengan kesal, mengingat bagaimana pria itu tidak memperdulikan dirinya malah asyik memperhatikan Diana dengan seksama. Dan dia merasa jengkel, karena baginya Jason tidak tahu malu sudah berkali-kali ditolak oleh Diana.
Memang diakuinya semenjak dulu banyak pria yang menyukai Diana. Setiap hari Valentine, Diana selalu menerima banyak cokelat dari para pria yang mengaguminya. Dan tentu saja yang merasa senang adalah Lia, karena dia bisa merajai semua cokelat tersebut. Makanan langka bagi mereka dulu.
Kesenangannya memandang Briant akhirnya terganggu, ketika suara sesorang masuk dan langsung mengoloknya. Pria mesum tidak tahu diri yang selalu muncuk tanpa peringatan. Mengganggu!
"Jangan lama-lama memandangi Briant. Lihat air liur mu sampai menetes itu," suara pria yang sempat terlintas dalam pikirannya itu tiba-tiba terdengar nyata.
Lia sontak menoleh ke asal suara dan melotot kesal.
"Tidak perlu melotot, bola matamu bisa jatuh." ujar asal suara yang mengoloknya dengan terkekeh.
Bola mata cantik itu berputar. Ingin rasanya dia berteriak dan membalas tapi niatannya itu urung karena dia sadar Briant masih terlelap. Briant yang tampak lelah dan tidak nyaman tertidur di sofa.
"Kenapa diam saja kucing liar? Mulutmu masih bau? Takut aroma bau nafasmu tercium oleh Briant?" Jason terkekeh puas melihat reaksi Lia yang hanya dapat memonyongkan mulutnya seraya meremas selimutnya dengan geram.
Lia berkata dengan berbisik, "Ngapain kamu disini?"
Suara dan raut wajah Lia menyorotkan ketidak sukaan akan kehadiran Jason, padahal dia baru saja kesal memikirkan Jason yang tidak perduli padanya.
Dia berbicara dengan suara yang hampir tidak dapat di dengar, karena khawatir keributan di antara mereka akan mengganggu Briant yang tampaknya kelelahan karena menemani Lia semalaman di Rumah sakit.
"Hah? Bicara apa kamu?" tanya Jason dengan wajah culun.
"Ngapain kamu disini?" ujar Lia masih dengan suara berbisik dan lebih menegaskan kalimatnya.
Jason terkekeh melihat raut wajah lucu Lia ketika sedang berbisik dengan serius sambil melotot. Ada niatan usil terlintas, meskipun sebenarnya Jason dapat menengar jelas perkataan Lia.
"Hah?" Jason meletakan tangan di telinga.
Dengan jengkel Lia melambaikan tangannya meminta Jason untuk mendekat. Tanpa prasangka Jason mendekatkan telinganya di bibir Lia. Dia dengan percaya diri meyakini kalau Lia tidak akan berulah berlebihan di hadapan Briant yang tertidur di dekatnya.
Tapi kenyataan berbanding terbalik dengan dugaan Jason. Lia menarik telinga Jason dengan jengkel. Menjewernya bagaikan seorang anak kecil. Dan memiling sesaat lamanya, telinga putih lebar itu hingga memerah.
"Auwwww! Sakit tau!" Jason berteriak menahan sakit.
Teriakan Jason membuat Briant terbangun dan segera membenahi posisi tidurnya nya. Sontak saja Lia melepaskan jewerannya ketika ia mendengar suara Briant merubah posisi, dari tidur menjadi duduk manis.
"Ada apa. Jason kamu sudah disini?" tanya Briant sambil merapikan rambutnya dan mengusap wajahnya.
"Ada kucing liar lewat." ucap Jason asal.
Dia masihmeringis menahan sakit di telinganya.
Dengan kesal dia melirik ke arah Lia. Seumur hidup baru sekali ini dia merasakan jeweran. Dan itu datang dari wanita yang bahkan baru dia kenal. Menggelikan. Seandainya ibunya tahu, Lia pasti babak belur dengan ceramah sang ibu.
"Kenapa kamu sudah kembali di pagi hari, aku rasa kau bahkan belum beristirahat." perkataan Briant membuat Lia heran.
"Pengangguran kaya dia kerjanya tidur terus brother." ucap Lia sambil mencibir ke arah Jason.
"Pengangguran? Dia bukan peng..." Briant tidak meneruskan kalimatnya, karena Briant mencegah melalui kedipan matanya.
"Tentu saja dia pengangguran yang cuma menengadahkan tangan pada orang tua nya. Lihat seberapa sering dia muncul." ujar Lia dengan yakin.
Karena memang selama hampir seminggu ini Lia selalu bertemu Jason. Apalagi ketika Lia menginap di rumah Jason, pria itu terlelap dan bangun ketika hampir siang. Meskipun Lia tidak tahu, jika semalaman Jason tidak dapat tidur karena memperhatikan dirinya.
"Tampaknya kau sudah mulai sembuh kucing liar, suara mu sudah mulai berenergi." sindir Jason dengan sinis.
Jason bisa melihat perubahan Lia ketika berbicara dengannya dan ketika berhadapan dengan Briant. Dihadapan Jason, Lia selalu bertingkah manis, layaknya anak kucing yang selalu ingin di belai.
Sedangkan bersama Jason, pertemuan mereka dari awal sudah dipenuhi dengan perdebatan. Meskipun seringkali berdebat dan saling mengolok, tapi hal itu tidak membuat Jason marah, melainkan dia merasa senang mendapatkan lawan yang setara. Wanita ini tidak membosankan dengan bertingkah dibuat-buat.
"Apa yang kau bawa itu?" ucap Lia dengan penasaran, melihat kantong besar beroma harum.
Dia sudah tidak menghiraukan sindiran Jason. Sedapat mungkin harus menghindari perselisihan dengan Jason dihadapan Briant, pikirnya.
"Oh ini." Jason mengeluarkan bungkusan dari kantong yang dibawa nya dan memberikan satu kepada Briant yang sudah duduk didekat Jason.
"Terimakasih." ucap Briant sambil membuka bungkusan yang berisi beef burger dan kentang goreng.
"Kamu mau?" tanya Briant sambil menyodorkan burger kepada Lia.
Belum sempat Lia mengiyakan, Jason sudah mencegahnya.
"Bukan makanan buat orang sakit. Mau perutmu bermasalah lebih parah dan menyusahkan orang lagi?" kata Jason dengan pertanyaan akhir yang menyebalkan.
Lia diam meskipun kesal karena perkataan Jason, tapi itu benar adanya. Kondisi Lia baru saja pulih akibat banyaknya larutan pencahar yang dia minum tanpa sengaja. Dan mengingat hal itu Lia merasa marah pada siapapun yang berbuat jahat.
Lia memalingkan wajah nya dan menelan ludah. Aroma burger yang dengan daging asli dan siraman keju panas juga saos barbeque menari-nari di pikirannya, sekaligus menyeruak masuk kedalam penciumannya, mengantarian rasa lapar. Memang aneh, kondisi badan yang lemah tetapi nafsu makan mulai normal.
Briant tersenyum kecil merasa kasihan.
"Aku akan mengajakmu ke restaurant steak yang menjual burger ternama begitu kau sembuh." ucap Briant.
"Benarkah? Janji yaaa. Yang lebih enak daripada yang dia beli?" tanya Lia dengan wajah polosnya berharap.
"Iya aku berjanji." janji Briant terucap pada Lia.
"Anak kecil." celetuk Jason menyela pembicaraan mereka.
Lia mencibir.
"Aku akan makan di luar. Thanks Jason." Briant keluar dengan membawa burger ditangannya. Dia merasa kasihan melihat Lia harus menelan air liur melihat dirinya menyantap burger.
Sedangkan Jason bukannya mengikuti Briant keluar, dia malah beranjak mendekati Lia dan duduk di kasur seraya membuka mulutnya lebar-lebar dan mengigit burger dihadapan Lia kemudian mengunyahnya perlahan layaknya iklan di tv.
Lia jengkel dibuat nya.
"Hei kau yang seharusnya keluar bukan Briant. Setidaknya ikuti Briant makan di luar, tidak sopan!" Bentak Lia dengan kesal melihat tingkah Jason yang tampak tidak perduli.
Jason tetap saja mengunyah tanpa memperdulikan omelan Lia. Bahkan tidak berhenti begitu saja, Jason meletakan burger di nakas kemudian mengambil gelas rootbeer dan menyedotnya dengan suara yang keras.
"Kau benar-benar menjengkelkan!" Lia yang merasa kesal menutup wajahnya dengan bantal.
"Ini benar benar nikmat." Jason kembali mengunyah burger disela-sela rongga bantal yang menutupi wajah Lia dengan tangan kiri masih memegang gelas rootbeer.
"Jasonnn." Lia yang dibuat jengkel oleh Jason, tanpa pikir panjang langsung memukulkan bantal yang menutupi wajahnya sekuat tenaga kearah pria itu.
Hasilnya tentu saja gelas kertas rootbeer ditangan Jason tumpah berserakan bukan saja mengenai baju dan tempat tidur tapi juga wajah tampan Jason yang sedang mengunyah burger.
Wajah dan pakaian Jason basah, ternoda oleh rootbeer.
"Haha haha haha hahaha hahahha." bukannya merasa bersalah Lia terpingkal-pingkal melihat wajah Jason yang berantakan dan masih mengunyah sisa burger di mulut nya.
Raut wajah tampanJason tampak kesal. Dia melepas kaos yang dia kenakan, memamerkan tubuh dengan otot-otot yang sempurna. Jason beranjak ke kamar mandi tanpa banyak bicara.
Kalau saja Lia tidak dalam keadaan diinfus, dia yakin pasti akan membalas perbuatan gadis itu. Menyiramnya dengan rootbeer, sekalian mandi rootbeer jika perlu.
Briant masuk mendengar keributan.
"Apa yang terjadi?" tanya nya heran melihat kamar yang berantakan.
"Jason menumpahkan rootbeer." Jawab Lia cepat tanpa rasa bersalah.
Briant menggelengkan kepalanya kemudian memencet bel dekat tempat tidur Lia dan tak lama seorang perawat datang.
"Tolong bersihkan kamar ini." pinta Briant kepada perawat tersebut.
Perawat tersebut segera keluar dan seorang petugas kembali dengan membawa alat kebersihan. Dengan sigap petugas kebersihan itu membersihkan lantai yang kotor dan mengganti selimut Lia yang basah oleh root beer.
Dering telphone masuk. Briant menjawab telphone dengan wajah serius dan keluar dari kamar. Sekitar lima belas menit kemudian Briant masuk kembali dan melihat Jason yang baru selesai mandi membersihkan dirinya dari lengketnya air rootbeer
"Jason, aku harus kembali ada urusan penting yang harus aku kerjakan dan tampaknya Andrew juga Diana akan datang terlambat." kata Briant kepada Andrew.
"Aku tidak perlu ditemani dengan lalat buah menjengkelkan ini. Aku baik-baik saja sendiri" sahut Lia yang mengerti arah pembicaraan Briant kepada Jason
"Iya iya aku mengerti, pergilah." ucap Jason dengan santai pada Briant tanpa memperdulikan ucapan Lia. Dia tahu Briant mengharapkan bantuannya untuk menemani Lia di rumah sakit sampai Diana ataupun seseorang datang menggantikan.
"Kenapa kakak datang terlambat?" tanya Lia dengan penasaran. Dia merasa tidak aman berada di dekat Jason terlalu lama berdua.
"Ada sesuatu hal penting yang harus diurus Andrew."
Lia mengangguk. Briant pergi meninggalkan dirinya dan jason di kamar pasien.
Setelah kepergian Briant, Jason tampak mengaduk-aduk isi lemari.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Lia dengan penasaran.
"Menurutmu?" ucapan Jason penuh teka-teki.
Lia tidak bertanya lebih lanjut ketika handphonenya bersering. Diana menelphone. Dia menjawab pertanyaan Diana mengenai keadaannya dengan terburu-buru.
"Aku sudah jauh lebih baik. Tapi kak, cepat kemari ya. Lalat buah ini perlu dibungkam." ucapnya dengan jengkel melihat Jason yang tak berhenti membongkar lemari dan membuat berantakan beberapa pakaian yang dibawakan Diana untuk Lia.
"Bersikaplah ramah kepadanya. Dia yang mengangkat, membawa dan menjagamu di rumah sakit." ujar Diana di seberang sana mendengar nada suara adiknya yang tampak tidak nyaman.
"Ahhhh pokoknya cepat kemari." kata Lia dengan tergesa-gesa sambil mematikan handphonenya.
Lia tidak menyangka jika yang mengantarnya ke rumah sakit ini bukan Briant melainkan Jason. Berarti setidaknya pria itu menyadari keadaan dirinya lebih awal dari pada yang lain.
"Lalat buah apa yang kau lakukan dengan pakaianku?" tanya Lia dengan penasaran ketika Jason memegang dan merentangkan sweater miliknya.
"Aku rasa ini boleh juga." ucap Jason tanpa menghiraukan perkataan Lia.
Kemudian pria itu dengan cuek nya mengenakan sweater itu.
"Kenapa kau mengenakan sweaterku?" tanya Lia yang awalnya hendak marah berubah diam menahan tawa.
"Mau bagaimana lagi, kau membuat bajuku kotor and this is not bad." ucap Jason cuek sambil mengenakan sweater hoodie berwarna merah muda dengan telinga kelici di bagian topi.
"see, i make you laugh." ( lihat, aku membuatmu tertawa) ucap Jason yang melihat Lia terkekeh sambil memegang perutnya.
💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗
Aduh Jasonnnn pede banget sih pakai sweater cewekkk. Dasar cuek banget kamu orang. hahahhahah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 240 Episodes
Comments
Lulu Nasya
seruuuuu
2021-07-14
1
Zaitun
😄😄😄
2021-05-28
0
CR⃟7Naikenz *🎯Hs
Astaga jason gak salah itu sweater dipake juga 🤣🤣🤣
2021-05-16
0