Ini merupakan kisah sequel dari novel
HIDUPKU BERSAMA CEO
Ada beberapa part dari cerita ini yang berada di dalam kisah HIDUPKU BERSAMA CEO.
Disarankan untuk membaca kisah
ANDREW & DIANA di novel
HIDUPKU BERSAMA CEO terlebih dahulu agar tidak bingung dengan beberapa part di novel ini.
OH ya, jangan lupa dukung karya receh ini ya. Bantu share di IG, FB atau WA kalian.
Dan pastinya jangan lupa Rate bintang lima, like, coment dan VOTE.
Terimakasih & Selamat membaca.
LOVE YOU ALL 💗
💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗
"Ayolah Jasonnnn... please... aku tahu kamu baik hati. Antarkan aku pulang yaaa," rengek Lia sambil menatap ke arah Jason dengan memelas.
"Gak. Aku malas memutar arah," sahut Jason singkat tanpa mengalihkan pandangannya.
"Bukannya kau hendak bertemu kakak ku lagi kan.. Ayoo sekalian, aku juga mau bertemu kak Diana." Lia memasang tampang imut dengan mengerdip-ngerdipkan kedua kelopak matanya.
"Tidak jadi. Dia sudah menolakku bukan."
"Tapi kau kan berjanji mengantarku ke rumah kakak." rengek Lia dengan manja.
"Kapan aku berjanji?" sahut Jason menggoda.
Lia menarik nafas. Memang benar, Jason tidak mengucapakan apa-apa sebelumnya. Dia saja yang kepedean masuk dalam mobil Jason.
"Ya udah kalau gak mau. Pinjam uangnya seratus dolar."
"Aku tidak punya uang."
"Heh?! Mana mungkin pria kaya tidak punya uang cuma seratus dolar. Mobil mu ini saja kalau dijual bisa mencukupi biaya makan setahun lebih."
"Lalu siapa yang mau jual mobil? Sudah aku bilang tidak punya uang cash."
Lia menarik nafas kesal.
"Bohong. Mana mungkin pria kaya seperti mu tidak membawa cash."
Jason hanya mencibir. Terserah Lia mau percaya atau tidak.
"Ayolahhh pinjam uang seratus dolar. Kau tidak perlu mengantarku, aku bisa naik taxi."
"Aku tidak punya cash."
"Bohong!"
"Kalau tidak percaya cek sendiri." tantang Jason.
"Kau pikir aku takut?!" dengusnya kesal.
Lia mulai meraba kantong jas Jason, dia tidak menemukannya meraba ke dada mencari di kantong kemeja, tidak ada. Kantong celana kanan, tidak ada dompet. Sementara Jason menahan nafas diraba sedemikian rupa oleh seorang gadis di saat menyetir. Dan otomatis dia memperlambat laju mobil.
Tidak menemukan kantong di beberapa titik, tanpa pikir panjang Lia menunduk diantara tangan Jason yang sedang mengemudi hendak meraba kantong celana sebelah kiri. Dia tidak menyadari tindakan yang dia lakukan mengusik bagian sensitif lain dari tubuh pria itu.
"Berani kau melanjutkannya. Kau akan menyesal dengan apa yang akan terjadi padamu." ancam Jason dengan suara menggeram.
Sontak Lia mengurungkan niatannya untuk masuk lebih lanjut ke bawah tangan Jason yang menyetir. Dia hanya berpikir hal yang dia lakukan berbahaya dan bisa menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Meskipun sesungguhnya berbeda dengan maksud ancaman Jason.
"Oke dah. Aku tidak jadi pinjam uang. Berhenti saja ya di pom bensin. Biar aku pulang dengan taxy." Lia memberikan solusi lainnya.
Jason mendiamkan Lia. Dia masih berusaha mengatur emosinya setelah bagaimana Lia tanpa sadar menggugah singa tidur di dalam dirinya.
"Itu... itu pom bensin. Whatttsss... kenapa kau melewatkannya..." jerit Lia dengan kesal.
Jason masih tidak perduli dengan jeritan Lia. Dia diam menatap lurus kedepan sambil menambah kecepatan.
Lia mencari akal lainnya, "Jason... aku mau kencing. Tolong menepi. Aduhhh sudah tidak tahan.." Lia bertingkah panik.
"Jasonnn ayolahhh pleaseee. Kamu tidak mau kan aku kencing di mobil mewah mu ini?" rengek Lia.
"Aku tidak akan berhenti sebelum sampai di tujuanku. Kalau kau mau kencing, silahkan saja. Nanti aku tinggal menagih biaya pembersihan padamu. Dan itu pun jika kau tidak malu mengompol." Jason tertawa terbahak-bahak apalagi setelah di melihat bagaimana wajah Lia cemberut.
"Dasar lalat buah elek edan koen!" umpat Lia dengan kesal. ( Dasar kamu lalat buah jelek gila!)
"Lalat buah elek!! Lalat buah elekkkk!!" Wong edan!! (orang gila) Lia menggerutu sambil menunjuk kedua cakar nya kearah Jason dengan gregetan.
"Miauw!!!" balas Jason dengan terkekeh.
Akhirnya sepanjang jalan Lia menekuk wajahnya. Dia diam seribu bahasa sambil memperhatikan jalanan. Dia berusaha menghafal arah jalan yang dilalui Jason, jikalau pada saatnya dia harus kabur dari pria ini. Dan ternyata benar-benar susah dengan arah jalan dan nama-nama asibg.
Lia benar-benar tidak menyangka kalau Jason akan bertindak ekstreem seperti ini. Dalam bayangannya meskipun mereka sering berargumentasi, Jason adalah pria yang baik. Terbukti dengan bagaimana dia mau mengakui anak dalam kandungan Diana. Dengan mengandalkan analisa nya itu dia percaya diri masuk ke mobil Jason.
Saat ini tiba-tiba Lia menjadi curiga, jangan-jangan semua perkataan Jason pada Diana tidak tulus. Apakah pria ini sengaja berbohong, tapi dengan tujuan apa coba? Membuat Andrew marah, menjadikan Diana dan anaknya tawanan kemudian mengakusisi perusahaan mereka?
Hiiii... Lia merinding membayangkan pertikaian kalangan bilioneir. Mereka yang memiliki uang melimpah tentu memiliki banyak kekuasaan. Hal ini sering dia pelajari ketika mengikuti kuliah hukum. Bagaimana uang bisa membeli segalanya bahkan keadilan.
Dan saat ini Lia hanya dapat berdoa dan berharap kalau Jason akan berbuat baik padanya dan tidak menjadikan dirinya tumbal. Heh?! Tumbal?! Aduhhh.... bagaimana kalau dia menjual aku. Aku kan cukup cantik dan masih perawan.
Pikiran buruk Lia berkelana sambil sesekali diliriknya wajah Jason yang masih saja dingin. Lia memalingkan wajahnya menatap ke arah jendela disampingnya sambil mengumpat, menyalahkan kebodohan yang dia lakukan. Sok menjadi pahlawan tetapi terjebak. Bodoh!
Sementara Jason mati-matian menahan tawa ketika dia lihat bagaimana tangan kecil Lia mencengkeram tali seat belt. Bagaimana wajah cantik dan mungil itu memandang lurus ke depan dengan panik.
Tampak lucu baginya ketika melalui pantulan kaca jendela, Jason melihat bagaimana Lia menggigit bibir tipisnya sambil berceloteh hal yang tidak dia mengerti. Pasti dia sedang mengumpat!
Awalnya Jason hanya berniat menakut-nakuti gadis itu dengan berjalan memutar sebelum akhirnya akan mengantar gadis itu ke mansion Andrew. Tapi, melihat sikap Lia yang baginya begitu lucu dan menggemaskan, membuat Jason membatalkan niat awalnya.
Ya Jason akan menculik Lia malam ini. Dia akan mengerjai gadis itu, membuatnya ketakutan dan keesokan hari dia akan mengolok-ngolok kebodohan gadis ini. Pelajaran agar dia tidak mudah percaya pada siapapun.
Jason terkekeh di dalam hati. Baginya hari ini dia merasa menang melawan gadis cuek dan pantai bersilat lidah ini. Terbukti bagaimana mulut gadis itu tertutup rapat.
Matahari hampir tenggelam ketika mobil yang dipacu Jason berhenti disebuah Villa dekat dengan canal. Hampir lebih dari satu jam mobil tersebut di pacu melintasi jalanan ramai menuju area yang lebih sepi.
Lia tampaknya sudah lelah berdebat dengan Jason, dia hanya dapat diam pasrah, bahkan harapan apabila Jason akan berhenti sebentar untuk mengisi bensin ataupun sekedar buang air kecil hanyalah harapan kosong.
Jason turun dari mobil dan membiarkan Lia masih duduk didalam mobil. Tanpa menawarkan gadis itu untuk turun bahkan tanpa menoleh dia berjalan memasuki pintu rumahnya. Gadis itu menjadi lebih bingung harus bertindak bagaimana. Tetap diam dengan pemandangan pepohonan yang melambai dalam kegelapan atau mengikuti pria tersebut masuk kedalam rumah.
"Dasar lalat buah, kau bahkan tidak menyuruhku turun dan mengundangku masuk kedalam." Lia menggerutu di dalam mobil.
Hampir satu jam dia bertahan didalam mobil. Diratapinya ponsel yang sudah kehabisan baterai setelah terakhir kali mengirimkan pesan kepada Briant dua jam yang lalu.
"Kenapa aku gunakan menonton drama Korea tadi, begini jadinya. Arkhhh aku bahkan tidak membawa charger didalam tas ku." Lia menggaruk-garuk kepalanya sendiri.
Kruxxxkx, kriuxxx.
Perutnya sudah terasa lapar, belum lagi keinginan untuk buang air kecil yang sudah tidak bisa ditahannya lagi. Lia turun dari mobil dan setengah berlari menuju ke arah Villa, dia beruntung pintu tidak terkunci. Dibukanya pintu tersebut tanpa pikir panjang masuk kedalam dan ia kini sibuk mengitari ruangan dalam rumah mencari kamar mandi.
Lia akhirnya bisa bernafas lega ketika menemukan toilet. Setelah keluar dari toilet dia baru menyadari kesunyian sekaligus kemegahan villa tersebut. Aroma udara laut langsung menyeruak didalam tarikan nafasnya. Belum lagi matanya disuguhi dengan kemoderenan ruangan didalam rumah.
Rumah itu tampak sepi. Lia mengelilingi ruangan didalam rumah dan tidak juga menemukan Jason ataupun pelayan, enggan rasanya menaiki tangga yang ada didepan mata untuk memeriksa keberadaan Jason, akhirnya dia berputar dan menemukan dapur modern. Rasa lapar yang menusuk membuat sopan santun nya lenyap. Dan tidak lagi berpikir mengapa rumah sebesar ini bisa begitu sepinya.
Dia membuka setiap pintu di lemari pendingin mewah dan besar. Dengan cekatan ia mengambil beberapa bahan makanan, meskipun tidak ada beras untuk membuat nasi, dia beruntung karena menemukan french bread (roti Prancis yang panjang).
Lia mendapati dirinya sudah memasak dan mengolah makanan tanpa perduli apakah pemilik rumah akan marah atau mengusirnya. Rasa lapar menghilangkan tata krama. Yang diutamakannya adalah mendiamkan perutnya yang bernyanyi.
Lia tersenyum puas dengan hasil masakannya, sup cream jamur dan grilled salmon serta irisan french bread yang sudah dia potong rapi. Lia duduk di meja makan bersiap menikmati masakannya ketika tiba-tiba Jason sudah masuk, duduk dan mengambil mangkok sup nya.
"Ternyata kau bisa masak juga. Hemh.. not bad." Dengan lahap dia mencelupkan roti didalam sup dan menikmatinya. Jason menikmati masakan Lia seperti orang kelaparan.
"Hey, itu punyaku." Lia protes dengan sikap Jason yang berbuat seenaknya sendiri.
"Kau membuatnya dengan bahan masakan di rumahku tentu saja ini milikku." bantah Jason.
"Tapi, aku yang memasaknya. Jadi..." Lia tidak dapat protes lagi karena Jason sudah menyumpal mulutnya dengan sepotong roti yang sudah dicelupkan dalam sup jamur.
"Nah kau sudah memakannya bukan?" kata Jason tanpa menghentikan suapan ke mulutnya sendiri.
Lia hanya bisa cemberut sambil mengunyah roti tersebut kemudian dia turun dari kursi dan membuka lemari pendingin untuk mengambil sepotong daging ikan salmon lagi. Lia kembali memasak sepotong salmon tersebut untuk dirinya sambil menghangatkan sup jamur.
Kenyataannya sia-sia beradu mulut dengan Jason karena apa yang dia katakan benar adanya. Rumah dan semua bahan makanan adalah miliknya. Setidaknya Jason tidak marah dia mengambil dan memasak bahan makanan tersebut. Lebih baik mengisi perut kosong daripada harus berdebat dengan lalat buah, itu lah yang ada dalam pikiran Lia.
Lia segera duduk setelah selesai memasak salmon dan kembali menikmati makanan tanpa banyak bicara. Dengan sudut matanya dia bisa melihat Jason menghabiskan semua masakan dengan lahap seraya menegak segelas anggur putih.
bisa juga pria konglomerat ini makan masakan orang biasa.
"Kau mau?" Jason menawarkan segelas anggur putih. Lia menggelengkan kepalanya.
"Ah benar, kucing liar cukup minum air putih." ejek Jason seraya terkekeh.
Lia tidak menghiraukan ejekan Jason lagi setelah selesai menikmati makanan, dia mencuci semua piring kotor.
"Ada mesin cuci piring disana." tunjuk Jason ke arah mesin cuci piring.
"Lebih bersih mencuci dengan tangan." Jason hanya mengangkat bahu mendengar jawaban dari Lia.
"Jason, tolong antar aku pulang." pinta Lia dengan sopan setelah menyelesaikan mencuci piring.
"Aku capek." tolak Jason dengan cuek.
"Kakak Diana bisa kuatir apabila aku tidak kembali." rengek Lia.
"Kakakmu tidak akan menyadari kepergianmu, dia pasti sedang sibuk dengan kekasih dan anaknya." jawab Jason dengan sinis.
"Ayolah... please." pinta Lia dengan mengatupkan kedua tangannya di dada dan mata yang memelas, percuma berdebat dengan Jason pikirnya.
Saat itu dipandangan mata Jason, mata Lia mengingatkan nya pada kucing anggora yang manja dan ingin dipeluk.
"Kakak mu pasti senang tidak ada kucing liar yang mengganggu nya."
"Jadi kau senang kalau kucing liar ini mengganggumu?" kali ini Lia sudah kehilangan kesabaran.
"Hahahahaha. Teruslah mengeong kucing liar. " Jason beranjak meninggalkan Lia.
Lia mengikutinya.
"Setidaknya pinjamkan aku charger ponsel. Bateraiku habis."
"Aku tidak punya charger untuk ponsel butut."
"Ayolah, bukannya semua charger sama."
"Tidak. Charger smartphone ku tidak boleh terkontaminasi dengan ponsel bututmu." Jason masih saja menyerang Lia dengan ejekan. Gadis itu mengikuti Jason hingga dia tidak sadar kalau mereka sudah berada di belakang rumah.
"Wah indah sekali." Disana dia melihat kolam renang yang indah dan beberapa meter didepan adalah canal yang tenang. Ada speedboat yang terikat juga.
"Canal itu menembus ke lautan? Speedboat itu untuk berkeliling bukan?" Lia sejenak melupakan keiginannya untuk pulang dan sibuk mengagumi keindahan lautan dengan jejeran rumah-rumah mewah di tepinya.
Entah sejak kapan dan dari mana asalnya Jason sudah membawa dua gelas coffee lattee ditangannya dan memberikan satu pada Lia.
"Ini baru namanya coffee." ucap Jason dengan angkuh.
Lia menyeruput coffee tanpa membantah.
"Tolong antarkan aku pulang, setidaknya besuk, please."
"Tergantung moodku besuk." ucap Jason dengan terkekeh.
"Wong lanang karepe dewe, aku iki sampe durung adus lan ora duwe klambi ganti. (Pria egoise. Aku bahkan belum mandi dan tidak memiliki baju ganti)." ucap Lia lirih dengan bahasa ibu.
💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗
Haiii guysss... jangan lupa dukungannya ya.
Ajak teman kalian membaca kisah Jason dan Lia dengan share di sosial media kalian.
Terimakasih. Jangan lupa juga, rate bintang lima, like, coment dan Vote.
TERIMAKASIH 💗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 240 Episodes
Comments
💞DARRA💞💖
bobok dulu semoga mimpi ketemu Jason
2021-06-23
0
Fitri Ayu
knpa tulisan besok besuk untung gk ditulis busuk
2021-06-05
0
Rahmawaty❣️
jason nya itu gentenggg bingittt😁
2021-06-04
0