Ini merupakan kisah sequel dari novel
HIDUPKU BERSAMA CEO
Ada beberapa part dari cerita ini yang berada di dalam kisah HIDUPKU BERSAMA CEO.
Disarankan untuk membaca kisah
ANDREW & DIANA di novel
HIDUPKU BERSAMA CEO terlebih dahulu agar tidak bingung dengan beberapa part di novel ini.
OH ya, jangan luoa dukung karya receh ini ya. Bantu share di IG, FB atau WA kalian.
Dan pastinya jangan lupa Rate bintang lima, like, coment dan VOTE.
Terimakasih & Selamat membaca.
LOVE YOU ALL 💗
💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗
JASON POV.
Pagi ini aku tiba di rumah sakit lagi dengan niatan untuk kembali membujuk Diana agar meninggalkan Andrew dan pergi bersamaku. Menjadi milikku.
Memang benar aku terobsesi kepadanya. Tiga tahun yang lalu ketika dia menabrakku dalam keadaan setengah mabuk di VVIP Club Grand Cayman, aku menyangka dia hanya berniat menggodaku seperti wanita-wanita lain.
Tetapi sungguh sangat mengherankan bagaimana dia mengucapkan terimakasih dan menepis tanganku, seolah dia merasa jengah dan tidak terpesona dengan ketampananku. Atau... ada yang salah dengan penglihatannya?
Dan saat itu juga, pria bren*sek itu mengintimidasi dengan merengut Diana dari genggamanku. Aku hendak mempertahankannya tetepi kembali wajah cantik dengan sorot mata yang meneduhkan itu menolakku.
Aku sudah menyematkan kartu nama agar dia menghubungiku. Tapi dia tidak pernah melakukannya. Keesokan harinya aku memerintahkan pengawalku untuk mencari wanita yang tidak aku tahu namanya keseluruh hotel di Grand Cayman dan tentu saja aku tidak berhasil.
Tapi, kenyataannya aku kembali bertemu dengan dia. Diana... suara nya begitu lembut memperkenalkan diri. Meskipun tidak pernah aku sangka, saat itu dia ternyata adalah wanita ketiga yang sedang bersiteru dengan istri sah, wanita simpanan. Aku benar-benar tidak menyangka hal itu.
Dapat aku lihat dengan jelas bagaimana sikap kasar istri sah Andrew. Tentu saja aku memaklumi perasaan wanita itu, karena begitu pula sikapku kepada wanita simpanan ayah yang materialistis.
Pandanganku berubah ketika bagaimana dia berusaha membela bocah kecil yang bukan anak nya. Bagaimana bocah itu memeluk dan memanggil nya ibu. Saat itu aku yakin, dia seperti bayanganku, wanita polos korban penipuan pria beristri yang menjeratnya dengan cinta tipuan seperti ayahku.
Aku akhirnya membantu Diana dan menyelamatkan dia dari amukan Rachel. Heh! Kesempatan yang bagus bukan, untuk mengambil hatinya. Tetapi ternyata semua percuma, dia wanita yang teguh dengan tetap mempertahankan diri disisi pria itu, tanpa status.
Uluran tanganku untuk memberinya status sah dia abaikan. Bahkan dengan hangat dia menawarkan persahabatan dan menyebut kegilaanku bukan cinta melainkan obsesi.
Obsesi? Benarkah? Aku tidak perduli meskipun benar, asal aku dapat memiliki wanita baik disisiku walaupun dia sudah mengandung anak pria itu.
Sekarang aku duduk di lobby ini menimbang apakah harus merebut nya terang-terangan saat ini juga atau menculiknya. Aku mempertimbangkan segala kemungkinan. Pikiran kalutku membuat diriku memilih duduk di sudut ruangan lobby ini.
Dan saat itu lah aku menangkap sosok Rachel. Aku yakin wanita itu akan kembali membuat keributan. Aku mengurungkan niatan untuk menyeret wanita itu keluar. Karena aku hendak memanfaatkan kesempatan ini untuk menyakinkan Diana agar mengikutiku. Aku akan merebut wanita yang terluka itu dari sisi pria penipu itu.
Benar saja Rachel membuat ulah lagi. Sebuah tontonan drama dia sajikan dengan apik sebagi wanita yang tertindas. Acting yang luar biasa dan aku pasti akan membela dirinya jika tidak melihat sosok aslinya di pantai tempo hari.
Hatiku tersentuh melihat bagaimana Diana terisak, panik, ketakutan dan berusaha menyakinkan Andrew jika bayi yang di kandungnya adalah anak pria itu.
Aku geram dengan apa yang aku lihat. Akan aku tunjukan pada Diana, bahwa aku lah pria sejati yang akan menjaganya dengan baik. Dan aku tidak perduli siapa ayah bayi itu asalkan wanita itu yang mendampingiku. Aku berjalan menghampiri mereka dan menarik tangan Diana
"Lepaskan tangannya!" suara Andrew terdengar kasar dan marah.
"Tidak! Kau lepaskan dia!" Jason balas membentak.
"Apa yang kau lakukan, dia wanitaku! Dia kekasihku!" balas Andrew dengan geram.
"Kau hanya akan menyakiti dia bila bersamamu!" Jason tidak mau menyerah.
"Aku akan menjaganya!"
"Kau tidak bisa menjaganya!"
"Lepaskan aku Jason." pinta Diana.
"Pikirkan lagi Diana, kau hanya akan mengalami penghinaan dan sakit hati bila bersamanya. Pergilah bersamaku. Aku akan memberimu status dan menjaga anak itu sebagai anakku." tutur Jason berusaha menyakinkan Diana.
"Dari awal hatiku sudah memilihnya Jason, anak ini pun memilihnya dan aku akan menanggung semua akibatnya." dengan tegas Diana berkata pada Jason.
"Tapi..."
Diana memotong ucapan Jason.
"Lepaskan aku Jason. Jangan campuri urusanku, kau lebih baik menjauh, jangan libatkan dirimu dengan masalahku." pinta Diana dengan tegas.
Jason menghela nafas. Pegangannya mengendur.
"Biarkan aku mengantarmu." pinta Jason perlahan.
"Dia akan pulang bersamaku. Pergi kau sebelum aku berbuat kasar!" bentak Andrew dengan marah.
Belum sempat Jason membalas bentakan Andrew, Lia sudah ada disana dan membuka suara terlebih dahulu.
"Kau sebaiknya mengantar aku saja. Okey." Dan lagi-lagi Lia menarik jas Jason dari belakang seperti layaknya kain usang.
"Ayo antar aku ke mansion. Kau tidak perlu berebut mengantar kakakku. Pada akhirnya sama kan, ke mansion brother Andrew." ucap Lia sambil menarik baju Jason dengan kasarq keluar dari rumah sakit.
Jason terpaksa melepaskan tangan Diana khawatir wanita hamil itu akan terseret olehnya. Dia berjalan mundur mengikuti arah jalan Lia yang cepat. Bisa saja dia menghentakan tubuhnya dan membuat wanita itu terpelanting, tapi entah mengapa dirinya bagaikan kerbau di cocok hidungnya, menurut.
"Hey kucing liar! Kau pikir berapa harga jas yang kau tarik-tarik ini heh?!" bentak Jason kesal.
"Berapapun harganya tidak akan membuatmu jatuh miskin kan bila rusak satu." jawab Lia dengan cuek sambil melepaskan jas itu ketika sudah di luar lobby rumah sakit.
Jason hanya melirik tajam. Setiap kali beradu mulut dengan gadis ini selalu membuat dia bungkam. Dengan kesal Jason melangkah lebar-lebar menuju Lamborgini merah yang diparkir di area khusus depan rumah sakit.
Lia setengah berlari mengikuti langkah lebar dari jason. Dan masuk kedalam mobil dengan cepat pula. Gadis pandai namun polos itu hanya berpikir kalau dia harus berada disisi Jason mencegah pria itu berbuat hal gila lagi kepada kakaknya.
"Wah apik tenan montor iki." gumam Lia dengan bahasa jawa. ( wah... bagus sekali mobil ini.)
"Apa?" tanya Jason yang tidak mengerti.
"Apa? Aku tidak bicara apa-apa denganmu." sahut Lia spontan.
Jason melajukan mobilnya, melewati kerumunan lalu lintas dengan perlahan, awalnya.
"Kau tidak takut aku membawamu kabur?" ucap Jason dengam senyum liciknya.
Lia terperangah. Hal penting yang dilupakannya, dia baru mengenal Jason selama dua hari ini. Bagaimana mungkin dia bisa begitu saja masuk kedalam mobil berdua dengan pria yang tidak dia kenal. Meskipun berbekal ilmu dasar karate, apakah itu cukup?
"Tidak mungkin, kau pasti masih ingin bertemu dengan kakak ku lagi kan?" jawab Lia dengan yakin merasa benar.
"Dia sudah menolakku bukan? Kenapa aku harus mengejarnya lagi dan perduli denganmu?" balas Jason sambil terkekeh sinis.
Lia menggeram kesal. Membuat Jason semakin terbahak dan mengoloknya, "meauw!!!"
Dengan wajah cemberut Lia mengeluarkan ponselnya kemudian mengarahkan kepada Jason.
"Lalat buat mesum." Jason menoleh dengan jengkel kepada Lia yang memberinya julukan baru dan jelekkk sekali. KLIK! Lalu dengan cepat Lia mengambil foto Jason.
"Aha, saat ini aku sudah punya fotomu dan akan aku kirim kepada brother Briant juga plat mobil ini. Jadi, jangan macam-macam!"
"Kau pikir aku takut? Kau menantangku kucing liar." Jason segera menancap gas mobil dengan kencang, berbelok keluar dari area kota, melalui jalanan sepi pantai dan melewati jembatan penghubung. Kali ini mereka berada di jalur sepi yang berliku. Dan Lia menyadari kalau dia benar-benar tidak mengenal daerah ini.
"Mau kemana kita? Apa yang kau lakukan?" tanya Lia dengan panik.
"Suka-suka ku. " jawab Jason datar.
"Tapi, kau berjanji akan mengantarku kembali ke mansion."
"Aku tidak pernah berjanji apapun." sahut Jason dengan sinis menyembunyikan seringai tipisnya.
"Tapi, kau harus mengantar aku." kali ini Lia benar-benar panik. Dia menyadari telah berbuat kesalahan dengan rasa percaya dirinya yang berlebihan.
"Bagaimana aku mengantarmu, jika kediaman mereka saja aku tidak tahu." Jason menjawab dengan tenang sambil melirik Lia. Dia berusaha menahan tawanya ketika didapati gadis itu mencengmeram seat beltnya dengan ketakutan.
💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗
Jangan lupa kasih rate bintang lima🌟🌟🌟🌟🌟dan like ya atau kalau kalian tidak suka ceritanya bisa ditinggalkan saja, tanpa memberikan penilaian/ rate.
Setidaknya itu salah satu usaha kalian menghargai kerja keras seorang author.
Author enggak baper kok...
Hanya memohon dukungan dan semangat untuk menghadirkan karya yang bisa dinikmati semua nya.
Terimakasihhhh...
🌟🌟🌟🌟🌟
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 240 Episodes
Comments
Lulu Nasya
seruuu
2021-07-13
0
♈⛎♎ chann💫💫
like
2021-06-03
0
(*) 😑 Oppa gabut😁😐😤
🤔🤔
2021-05-30
0