...Happy reading...
******
Ulan keluar dari kamar secara diam-diam, dirinya tak ingin membangunkan Alan dan berakhir dirinya di tahan untuk terus berada di rumah ini. Ulan tak sanggup terus menerus menerima kebencian dari Akbar maupun Adrian, sungguh itu sangat menyesakkan untuk hatinya saat ini. Ulan menghembuskan nafas lega saat berhasil keluar tanpa membangunkan Alan yang tertidur pulas di sampingnya tadi. Namun, hampir saja ia terpekik keras karena sebuah tangan menariknya dengan sangat kasar.
Ulan menelan ludahnya susah payah ketika ia mengetahui yang menariknya dengan kasar adalah Akbar. Akbar sekarang sedang menatapnya begitu tajam tanpa mempedulikan ringisan Ulan yang merasa sakit akan tarikan Akbar yang sangat kuat pada pergelangan tangannya.
"Ada apa kamu kembali ke keluarga saya? Bukankah sudah saya tekankan jangan pernah kembali apalagi berharap menjadi bagian keluarga saya, perempuan pembawa sial!" ucap Akbar dengan suara tertahan menatap Ulan dengan sangat geram dan penuh kebencian di matanya yang membuat ulan ingin menangis sekarang karena merasa sangat sesak pada dadanya seperti di himpit oleh sesuatu.
"Aku gak tau kalau aku sudah berada di sini," balas Ulan dengan suara yang teramat lirih.
"Pembohong! Mana mungkin kamu tidak tahu, Ulan. Pasti kamu sengaja mendekati Mas Alan agar kamu dekat kembali dengan Krluarga ini, setelah kamu berhasil membuat Mas Althaf meninggal dunia. Dasar perempuan licik!" ucap Akbar dengan sangat tajam.
"Aku tidak membunuhnya! Itu murni kecelakaan, tolong percaya padaku, Akbar. Aku tidak tahu jika kejadiannya akan seperti itu. Jika aku tahu aku tidak akan menyuruh mas Althaf membeli bunga untukku. Aku..."
"Cukup! Karena kemanjaanmu pada mas Althaf semua menjadi seperti ini. Coba kau dulu tidak menjadi gadis yang manja, egois pasti mas Althaf masih hidup. Dan ku peringatkan jangan berani-beraninya kau mendekati mas Alan. Kau ingin membuat mas Alan juga meninggal dunia? Jauhi dia dan keluarga saya karena kamu selalu membawa sial untuk keluarga saya," ucap Akbar dengan tajam dan semakin mencekeram pergelangan tangan Ulan dengan kuat yang membuat Ulan tak sadar memekik kesakitan.
"S-sakit, tolong lepaskan!" pinta Ulan dengan lirih. Akbar menyeringai menatap wajah kesakitan Ulan dengan sangat puas.
"Ini belum seberapa, Ulan. Pergi dari rumah ini dan jangan dekati ayah, bunda, dan mas Alan lagi," ucap Akbar.
"Pergi!" bentak Akbar membuat Ulan langsung berlari tanpa melihat ke arah Akbar kembali. Ia menghapus air matanya dengan kasar. Mengapa semua menjadi seperti ini? Sungguh Ulan tidak tahan dengan semua yang menimpa dirinya selama ini. Namun, ia harus tetap bertahan karena ia yakin semua akan baik-baik saja. Sekarang apa yang harus ia lakukan? Mengundurkan dari perusahaan? Tetapi ia tidak mampu membayar finalti yang Alan terapkan di dalam perjanjian dan sudah di tanda tangani olehnya. Ulan merasa dirinya menjadi serba salah dan merasakan sesak yang luar biasa pada hatinya, sepertinya sesampainya di rumah ia harus meminum obat tidur agar ia bisa melupakan permasalahannya dengan sejenak.
*****
Alan mengerjapkan matanya, karena sudah merasa tertidur terlalu lama. Dan dirinya baru tersadar jika ia harus menjaga Ulan. Alan melihat ke arah samping kirinya dan tak mendapati Ulan berada di sana, pria itu langsung bangun untuk mengecek kamar mandi. Namun, nihil tidak ada ulan di sana. Kemana gadis itu? Mengapa selalu membuat dirinya khawatir? Walau Alan tidak menyadari segala bentuk kekhawatirannya tetapi ekspresi wajahnya tidak pernah bisa di bohongi.
"Dasar gadis merepotkan!" gumam Alan mengusap kasar wajahnya menghilangkan segala pikiran negatifnya tentang Ulan. Ia takut Ulan kenapa-napa walau mungkin gadis itu baik-baik saja mengingat tadi Akbar sangat membenci Ulan.
"Dimana?" Alan mengirimkan pesan lewat whatsApp pada Ulan. Alan melihat pesannya yang sudah bercentang dua namun sama sekali belum di lihat gadis itu, 15 menit Alan menatap layar ponselnya tanpa mrlihat ke arah yang lain hingga pesan itu di baca oleh Ulan membuat Alan menghembuskan nafasnya lega.
"Maaf Pak. Saya sudah berada di rumah, saya tidak tega membangunkan Bapak." Alan membaca balasan pesan Ulan. Ia tidak hbis fikir kenapa Ulan tidak membangunkannya dan menyuruhnya untuk mengantarkan gadis itu pulang, biasanya Ulan tak segan-segan membangunkannya dan mengajaknya berdebat.
Alan tidak lagi membalas pesan Ulan. Sebaiknya ia kembali ke kamarnya untuk mandi karena ia tahu Ulan sudah baik-baik saja, ia juga tak ingin Ulan menyadari perasaannya saat ini. Alan ingin membuat Ulan mencintainya seperti dulu dengan caranya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
A Desy
jangan lama2 thor...lanjut thor
2021-01-10
0
mbak i
kasihan sekali kamu ulan,sabar ya
2021-01-10
1
Queen
kasian ulan nasibnya ko malang bgt yak
2021-01-09
0