...Happy reading...
******
Alan merasakan harum masakan yang menusuk hidungnya saat ini, pria itu terbangun dari tidurnya dengan mengerjap dan meraba sampingnya mencari keberadaan Ulan yang menemaninya semalaman. Alan yang merasa Ulan sudah tidak ada di sampingnya langsung terbangun dan meyakini Ulan yang berada di dapur dan sedang masak untuknya. Alan bergegas untuk mandi karena hari ini ada meeting penting yang sudah Ulan jadwalkan untuknya dengan perusahaan yang akan bekerja sama dengan perusahaannya.
Alan terus tersenyum tipis mengingat kedekatannya dengan Ulan akhir-akhir ini walau harus di awali dengan adu mulut terlebih dahulu itu sebuah peningkatan bagi Alan. Ah indahnya dunia ketika orang yang kita cintai ada bersama dengan kita setiap harinya.
"Aku tidak bisa bersikap romantis seperti Althaf tapi aku akan berusaha membuatmu bahagia dengan cara ku sendiri," gumam Alan berlalu ke kamar mandi dengan rasa bahagia yang luar biasa karena merasakan jika dirinya sudah menikah dengan Ulan. Tinggal dalam satu atap yang sama bersama dengan Ulan. Bukankah itu sebuah keajaiban?
Ulan masuk ke kamar Alan iya menghela nafas saat melihat Alan sudah tidak ada di kasurnya dan melihat kasur Alan yang masih berantakan dengan selimut dan sprei yang belum tertata dengan rapi. "Dasar Bos! Merapikan kamar sendiri saja tidak mau, aku ini sebenarnya sekretaris pak Alan atau pembantunya sih? Semuanya aku kerjakan untuknya. Seharusnya gajiku naik 2 kali lipat jika begini setiap hari," gerutu Ulan dengan tetap membereskan kamar Alan agar tertata dengan rapi.
Ulan berbalik untuk kembali ke dapur setelah selesai membereskan kamar Alan. Tetapi tak sengaja ia menabrak dada bidang Alan yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan bertelanjang dada
Dukk...
"Aduh." Ulan mengusap keningnya yang terasa sedikit sakit karena menabrak dada bidang Alan.
"Maka nya kalau beres-beres kamar jangan sambil ngomel," ucap Alan dan dengan refleks mengelus kening Ulan dengan lembut. Ulan memandang Alan tanpa sadar ia menelan ludahnya dengan gugup saat melihat Alan hanya memakai handuk dari pinggang hingga sebatas lutut saja.
"Saya memang ganteng!" ucap Alan dengan tenang membuat Ulan mendengus kesal dengan tingkat kepedean Alan yang luar biasa.
"Ganteng kalau di lihat dari ketinggian monas," ucap Ulan dengan memutar bola matanya dengan malas.
"Bukan dari ketinggian monas tetapi dari jarak kita yang sedekat ini," bisik Alan di telinga Ulan dan menggigit telinga Ulan dengan sensual membuat Ulan mendesis lirih.
"Mandi! Sudah saya siapkan semua baju dan keperluan kamu di lemari," ucap Alan dengan tegas sedikit menjauh dari tubuh Ulan yang masih mematung karena sikap dan perbuatan Alan padanya.
"Tidak perlu bertanya saya tahu ukuran pakaian kamu dari mana, Nona Ulan! Pakai saja!" ucap Alan saat Ulan ingin membuka suaranya karena ia tahu apa yang di fikirkan Ulan saat ini.
"Hmm baiklah Bos," ucap Ulan sedikit kesal.
"Ambil pakaianmu di lemari! Di dalam paper bag!"
Ulan mengambil pakaian dengan wajah yang masih kesal kepada Alan yang seenaknya terhadap dirinya. setelah itu ia langsung menuju ke kamar mandi tanpa bicara kepada Al yang sedang menatap gerak geriknya. Namun, sebelum ia berhasil membuka pintu kamar mandi tangannya di tahan oleh Alan yang membuat Ulan semakin sangat kesal kepada Alan yang terlihat sangat tenang.
"Ada apa lagi sih, Al?" ucap Ulan dengan kesal dan menyebut nama Alan tanpa embel-embel 'pak' seperti biasanya.
Alan menyudutkan Ulan ke tembok dengan menatap Ulan sangat intens membuat Ulan tak berkutik sama sekali, karena ia merasakan jantungnya berdetak sangat keras saat ini. Terlebih, Alan bertelanjang dada di hadapannya sekarang. Alan mengelus pipi Ulan dengan lembut membuat Ulan tanpa sadar memejamkan matanya karena merasakan kenyamanan yang luar biasa.
Cup...
Lagi dan lagi Ulan terbuai dengan ciuman Alan yang selalu bisa melumpuhkan sistem sarafnya. Seakan kakinya tidak bisa berpijak dengan benar, Ulan mengalungkan kedua tangannya di leher Alan saat pria itu memperdalam ciumannya. Alan tak peduli jika ia akan terlambat menghadir rapat, ia ingin waktu berhenti saat ini agar ia bisa berduaan dengan Ulan dan membuat Ulan mencintainya. Nafas mereka terengah-engah dan Alan tak memberikan ruang untuk Ulan menjauhinya dengan mengecup leher gadis itu. Ulan mendesah dan itu semakin membuat Alan ingin mengurung Ulan di apartemennya saat ini. Keduanya sudah terjatuh di atas kasur kembali tanpa melepaskan tautan bibir mereka. Ulan menatap Alan dengan sayu dan Alan menatap Ulan dengan kabut gairah yang menghiasi matanya sekarang.
"Mas Althaf," gumam Ulan lirih saat Alan mengecup lehernya. Alan langsung tersadar dan menjauh dari tubuh Ulan. Rahangnya mengeras saat ia mendengar Ulan menyebut nama kembarannya di saat mereka sedang berdua seperti ini. Apa mungkin kemarin saat di mobil yang Ulan ingat adalah Althaf maka nya gadis itu terbuai dengan ciumannya seperti saat sekarang ini? Mengapa rasanya sangat menyakitkan sekali?
"Mandi! Saya tidak mau hari kita kita terlambat menghadiri rapat penting!" ucap Alan dengan sangat dingin kepada Ulan membuat Ulan yang sudah berantakan karena ulah Alan hanya bisa memejamkan matanya dengan kuat karena entah mengapa wajah tersenyum Althaf terbayang dengan jelas saat ia sedang bersama dengan Alan. Ulan tidak tahu perasaaannya, hatinya merasa tak rela Alan melepaskan ciumannya dan merasa sakit ketika mendengar suara dingin Alan yang tak seperti biasanya.
Ulan melihat Alan yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya dan tidak ada ekspresi yang di tampakkan Alan saat ini membuat Ulan merasa bersalah dan sakit yang luar biasa pada hatinya ketika Alan mendiaminya seperti ini.
"Cepat mandi Nona Ulan! Atau kamu saya pecat!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
mbak i
yang sabar ya bos😁😁😁
2020-12-21
0
Mallika Safitri
ulan ayo segera peka hatimu lupakan masa lalumu
2020-12-21
1
💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜
belum move on...
sabar ya Bang
2020-12-20
0