...Happy reading...
******
Ulan memberikan kopi buatannya pada Alan yang masih asik dengan laporan yang harus ia periksa. Ulan menghela nafas saat bos nya tersebut hanya berdehem kala ia memberikan kopi yang baru saja ia buat.
"Kalau begitu saya permisi dulu, Pak," ucap Ulan yang merasa jika Alan tidak memerlukan sesuatu lagi.
"Tunggu dulu!" ucap Alan dengan tegas menghentikan langkah Ulan kembali.
"Ada yang bisa saya bantu lagi Pak?" tanya Ulan yang menahan kekesalannya kembali karena mungkin Alan akan berbuat sesuatu yang membuat dirinya kesal lagi.
"Kamu tunggu di sini sampai saya selesai minum kopi," ucap Alan dengan datar membuat Ulan melongo dengan perintah Alan yang tak masuk akal tersebut.
"Tapi ada pekerjaan yang harus saya selesaikan Pak," ucap Ulan dengan kesal.
"Saya bilang tunggu dan itu bukan untuk di bantah tetapi di turuti! Mengerti?" ucap Alan dengan nada perintahnya yang membuat Ulan mencibik kesal.
"Seharusnya aku kasih sianida," gumam Ulan dengan kesal. Alan menyeringai ia tahu jika Ulan sedang kesal padanya. Alan mengambil kopi buatan Ulan yang berada di mejanya ia menyesapnya dengan perlahan matanya terpejam merasakan kopi buatan Ulan yang sesuai dengan lidahnya, tetapi ia tidak boleh seperti ini.
Prank.
Ulan membelalakkan matanya karena terkejut saat Alan melempar gelas yang berisi minuman kopi panas buatannya begitu saja ke lantai. Ulan tak percaya jika Alan bisa melakukan itu di hadapannya, ia merasa kopi tersebut sudah enak bahkan ia tidak menambahkan garam atau bahan sejenisnya yang bisa membuat Alan keracunan.
"Kenapa sangat manis sekali? Saya sudah katakan jangan manis-manis, apa kamu tidak mendengarnya?" ucap Alan dengan datar.
"Saya sudah coba kopi buatan saya dan sudah tidak terlalu manis, Pak." Ulan berucap dengan nada kesal sekaligus syok karena Alan membuang kopi buatanya begitu saja bahkan kopi yang masih terasa panas tersebut mengenai kakinya.
"Buatkan saya kopi lagi dan kali ini saya tidak mau kopi buatan kamu terlalu manis, bisa-bisa saya diabetes."
"Bapak minum sambil melihat ke arah saya makanya jadi manis sekali," gerutu Ulan dalam hati karena ia tak mungkin mengatakannya dengan langsung kepada Alan.
"Saya bukan OB, Pak. Pekerjaan saya juga menumpuk kalau Bapak lupa," ucap Ulan dengan sinis.
"Saya tidak mau tahu sekarang buatkan saya kopi lagi tetapi jangan terlalu manis seperti tadi," ucap Alan dengan datar.
"Dan tolong panggil OB untuk membersihkan ini semua," lanjut Alan dengan datar yang semakin membuat Ulan kesal.
Dengan men.ghentakkan kakinya Ulan keluar dari ruangan Alan tanpa suara, terlebih dahulu ia harus membersihkan kakinya yang terkena kopi. "Dasar bos gila! Bos aneh," gerutu Ulan kesal. Rasanya ia ingin pulang lebih cepat karena tidak betah berada di kantor saat ada Alan di dalamnya.
"Kamu kenapa Ulan?" tanya Stefan yang merasa bingung dengan wajah Ulan yang terlihat kesal tidak seperti biasanya.
"Tidak apa-apa Pak. Hanya terkena kotoran sedikit," ucap Ulan tersenyum ramah kepada Stefan yang memang terkenal baik hati.
"Ooo saya kira kamu kenapa. Nanti setelah jam istirahat kita makan di kantin seperti biasa ya," ucap Stefan dengan ramah.
"Baik Pak. kalau saya di traktir pastinya saya mau Pak," ucap Ulan dengan mengembangkan senyumannya membuat Stefan ikut tersenyum.
"Ya sudah saya harus kembali ke ruangan saya. Semangat bekerja manis," ucap Stefan dengan mengerlingkan matanya yang membuat Ulan terkekeh karena tingkah Stefan yang terlihat sangat lucu di matanya.
Tanpa di sadari keduanya, Alan menatap kedekatan Ulan dan Stefan dengan dingin tangannya mengepal, rahangnya mengeras dan pikirannya kalut. Alan tidak tahu apa yang terjadi pada hatinya jelas-jelas Ulan adalah sekretarisnya saja bukan seseorang yang spesial di hatinya. Alan kembali duduk di kursinya setelah mengintip Ulan dan Stefan yang terlihat sangat akrab tersebut, baru kali ini Alan melihat senyuman Ulan yang sangat manis, berbeda jika bersama dengan dirinya yang selalu kesal dan sinis.
*******
"Pak tolong antarkan kopi ini ke ruangan bos ya," ucap Ulan kepada OB yang berada di pantry.
"Baik Bu. Ada lagi yang harus saya bawa?" tanya OB tersebut dengan ramah.
"Tidak ada Pak. jika bos menanyakan keberadaan saya, katakan saja saya kembali bekerja," ucap Ulan yang di angguki oleh OB Tersebut.
"Baik Bu Ulan. Kalau begitu saya ke ruangan bos sekarang," ucap OB tersebut yang di angguki oleh Ulan dengan semangat. Ulan mengembuskan nafasnya lega, ia berjalan kembali ke ruangannya dengan senyuman yang mengembang dibibirnya. Ia yakin Alan tak akan membuang kopi buatanya kembali.
Alan memandang OB yang masuk ke ruangannya dengan bingung, ia menatap OB tersebut dengan dingin hingga OB tersebut gemetaran.
"Ini kopi pesanan Bapak," ucap Ob tersebut dengan menelan ludahnya gugup.
"Dimana Ulan?" tanya Alan dengan dingin.
"Bu Ulan kembali bekerja Pak. Bu Ulan menyuruh saya untuk mengantarkan kopi pesanan Bapak," ucap OB tersebut dengan nada rendah karena merasa takut dengan suara Alan yang sangat dingin dan datar.
"Kamu keluar dari ruangan saya!" ucap Alan dengan dingin.
"B-baik Pak."
Setelah OB tersebut keluar dari ruangannya, Alan mengambil telepon kantor dan menghubungi Ulan. "Ke ruangan saya sekarang atau gaji kamu saya potong!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
ayu zaimah25
apa apa ngacem gaji dipotong dipecat lah
2021-02-04
1
vj cube
setiap gue baca per epsode jantung gue selalu deg deg-an kenapa ya? ah
2020-11-24
2
➷♡𝓙𝓾𝓼𝓽 𝓕𝓲𝓮𝓮 💞✧༺♥༻✧
mungkin cinta pada pandangan pertama .. 😍😍😍
2020-11-22
0