...Happy reading...
******
Ulan merebahkan dirinya di kasur dengan hembusan yang sangat lelah, perasaannya menjadi tak menentu ketika Alan memperlakukannya sangat baik seperti tadi bahkan mereka... Ahh... Ulan tidak bisa membayangkan kenapa dirinya dan Alan bisa berbuat seperti itu. Ia menggelengkan kepalanya dengan kuat mengusir bayangan Alan yang sudah membuatnya menjadi seperti ini sekarang.
"Pergi! Pergi!" bisik Ulan mengusir bayangan Alan yang sudah membuat hatinya tak menentu seperti ini. Ketika Alan memberikan kenyamanan kepadanya, ketika Alan tersenyum tipis kepadanya dan ketika Alan membuat hati Ulan merasa tenang, itu semua terbayang dan sangat membekas di hati seorang Ulan yang tak tahu rasanya kasih sayang setelah di tinggalkan tunangan dan orang-orang terdekatnya. Mata Ulan sedikit demi sedikit terpejam karena rasa lelah yang ia rasakan setelah seharian bekerja di kantor dan menghabiskan waktu bersama dengan Alan. Tanpa di sadari oleh Ulan, Alan menaiki kasur Ulan dengan sangat hati-hati. pria itu sedari tadi tidak pulang ia hanya menunggu waktu yang tepat agar dirinya bisa masuk ke kamar Ulan yang akhir-akhir ini mengacaukan pikirannya.
Ulan yang merasakan gerakan kecil di kasurnya langsung membuka matanya dan merasa sangat terkejut ketika Alan sudah berada di sampingnya dengan wajah santai dan tak merasa bersalah sedikit pun karena telah masuk begitu saja ke kamar Ulan.
"Saya lapar," ucap Alan dengan santai membuat Ulan mendengus karena perbuatan bos nya yang sudah biasa ia dapatkan seperti ini.
"Ya pulang ke rumah Pak! Pasti tante Siska sudah menyiapkan makanan untuk Bapak," ucap Ulan dengan santai.
"Bunda Siska, Ulan!" ucap Alan dengan kesal karena Ulan memanggil bundanya dengan sebutan 'tante' tidak seperti dulu yang selalu memanggil dengan sebutan 'bunda'.
Ulan menghela nafasnya karena ia merasa bibirnya keluh untuk mengucapkan kata itu lagi. " Bapak mending pulang deh! Saya sudah sangat lelah seharian ini, jangan membuat saya lebih lelah lagi," ucap Ulan dengan geram karena Alan selalu mengganggu hari-harinya. Ulan fikir setelah 3 hari mereka menjauh dan berbaikan hari ini Alan tidak akan mengganggunya tetapi sama saja Alan tetap akan mengganggunya seperti biasa.
"Saya juga lelah untuk pulang," ucap Alan dengan santai.
"Dasar Bos aneh! Selalu saja mengganggu ketenangan saya," ucap Ulan dengan sangat kesal dan bangun dari tidurnya karena kantuknya sudah hilang sejak kedatangan Alan yang tiba-tiba sudah terbaring di kasurnya.
"Mau kemana?" tanya Alan menautkan alisnya sangat Ulan sudah bangun dari tidurnya.
"Mau mandi!" ucap Ulan ketus menatap Alan dengan sinis.
"Ikut!"
Buk...
Buku tebal yang merada di atas meja di lempar oleh Ulan dengan sangat keras ke arah Alan tetapi pria itu bisa menghindar dengan cepat sehingga buku tersebut tidak mengenai Alan. "Dasar mesum!" ucap Ulan dengan kesal.
"Yang di mesumin juga mau," ucap Alan menyeringai membuat Ulan kembali ingat kejadian tadi saat mereka di kantor. Ulan menghentakkan kakinya masuk ke dalam kamar mandi meninggalkan Alan yang terduduk santai memainkan ponselnya. Entahlah rasanya ia sangat betah berada di dekat Ulan sehingga kakinya terasa berat untuk melangkah pulang ke rumah karena ia yakin sang bunda terus menanyakan Ulan kepadanya.
Alan tak sengaja melihat album foto yang terletak di meja Ulan. Pria itu langsung melangkahkan kakinya ke sana untuk melihat foto siapa saja yang Ulan simpan, baru lembar pertama hati Alan sudah sangat berdenyut sakit karena melihat sepasang kekasih yamg tersenyum bahagia dengan si pria mengecup pipi gadis tersebut. Tentu saja di foto itu adalah Ulan bersama Althaf yang membuat Alan enggan untuk membuka album berikutnya karena ia yakin banyak foto Althaf yang Ulan simpan.
Alan merasa ingin segera pulang dan tidur di apartemennya saja daripada di sini hatinya akan terus merasakan sakit karena Ulan yang belum bisa melupakan Althaf walau Alan mencoba untuk masuk ke hati Ulan dengan perlahan. Tetapi hatinya merasa enggak untuk meninggalkan Ulan sendiri, entahlah Alan merasa bimbang untuk meninggalkan Ulan saat ini. Akhirnya Alan kembali merebahkan dirinya di kasur Ulan dengan menunggu gadis itu untuk selesai mandi karena sebenarnya dirinya juga merasakan gerah dan ingin segera mandi.
Ulan keluar dengan pakaian santainya membuat Alan yang menatapnya menelan ludahnya susah payah karena Ulan kelihatan sangat cantik ketika sedang berada di rumah dan memakai pakaian santai seperti ini. Sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil Ulan mendekati Alan dengan sangat santai tidak tahu jika Alan sudah berkeringat dingin.
"Mandi sana!" ucap Ulan menyuruh Alan mandi karena ia tahu pria itu tidak akan pergi dari rumahnya.
"Hmmm."gumam Alan membuat Ulan kesal. Ia kembali duduk dan mengambil ponselnya untuk mengecek adakah pesan dari teman-temannya yang ternyata tidak ada. Alan melirik Ulan yang memainkan ponsel sama seperti dirinya, ia ingin sekali memeluk Ulan sekarang dan memiliki Ulan sama seperti Althaf memiliki Ulan. Tetapi apakah dirinya mampu menembus dinding pertahanan hati Ulan yang hanya ada nama Althaf? Entahlah semua masih terasa berat menurut Alan.
Dering ponsel Ulan menyadarkan Alan dari menatap Ulan dengan tatapan yang sangat memuja. Alan kembali menatap Ulan dengan serius ketika gadis itu mengangkat telepon yang entah dari siapa. Yang Alan takutkan itu telepon dari Stefan atau pria yang lain yang sedang dekat dengan Ulan tetapi melihat mimik wajah Ulan yang sangat terluka sepertinya itu bukan dari seseorang yang dekat dengan Ulan.
"Saya akan menikah besok dan kamu jangan sesekali datang ke rumah saya atau mengaku sebagai anak saya di depan istri saya," ucap seseorang di seberang sana dan langsung mematikan sambungan teleponnya membuat Ulan yang mendengarkannya berdenyut sakit. Keluarganya sudah sangat hancur bahkan sang papa tidak ingin mengakui dirinya sebagai anaknya. Bahkan mamanya juga sama seperti itu, Ya Tuhan dirinya benar-benar merasakan sendiri sekarang.
"Siapa yang menelepon?" tanya Alan saat melihat mata Ulan yang memerah.
"Bukan siapa-siapa! Sebaiknya Bapak pulang saja," ucap Ulan dengan serak.
"Saya tidak mau!"
"Pulang Pak! Saya mohon pulang!" ucap Ulan dengan memohon.
"Jangan memaksa saya!"
"Pulang saya mohon! Saya ingin sendiri," ucap Ulan akhirnya mendorong Alan agar keluar dari kamarnya. Alan pasrah saat Ulan mendorongnya keluar karena tidak ingin melihat gadis itu semakin membencinya. Baru beberapa langkah Alan ingin duduk di sofa, ia mendengarkan suara teriakan Ulan dan benda pecah yang membuat Alan khawatir dengan keadaan Ulan saat ini. Sebenarnya siapa yang menelepon Ulan tadi?
"Aarghhhh..."
"Ulan buka pintunya!"
"PERGI!"
"ulan?"
"PERGI! BIARKAN AKU SENDIRI!" teriak Ulan dengan keadaan yang sudah sangat kacau. Dan Alan tidak bisa membiarkan Ulan seperti ini, ia harus bisa membuka pintu kamar Ulan karena dirinya tidak ingin terjadi sesuatu dengan Ulan.
"Kalau kamu enggak mau buka pintu ini akan saya dobrak!"
Tak ada sautan dari Ulan membuat Alan langsung mendobrak pintu kamar Ulan dan beberapa kali baru pintu itu baru bisa terbuka. Betapa terkejutnya Alan yang sudah melihat Ulan sangat kacau bahkan pandangan gadis itu sangat kosong menatap datar ke arah depan tanpa ekspresi setelah mengamuk dan memecahkan barang-barang yang berada di kamarnya.
"Ulan?"
"Hey sadar! Jangan seperti ini! jangan diam saja!" teriak Alan menepuk pipi Ulan tetapi tidak ada reaksi sama sekali pada gadis itu. Alan langsung memeluk Ulan dengan sangat erat.
"Sadarlah! Saya mohon jangan seperti ini," gumam Alan melihat Ulan yang sangat kosong seperti tidak ada kehidupan di jiwanya dan tiba-tiba saja terjatuh di pelukan Alan yang membuat pria itu panik bukan main.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜
lanjut kakakkk 😘
semangat 💪
2020-12-29
0
A Desy
suka ceritax...lanjut thor
2020-12-29
1
🌈wury agustin 🍒🌈
lanjuutt kak, knp. dg ulan yaa
2020-12-29
0