...Happy reading...
******
Ulan benar-benar kesal saat Alan begitu memaksanya untuk ikut bersama dengan pria tersebut. Saat Ulan menolak, Alan langsung menyeret gadis itu untuk masuk ke dalam mobilnya yang membuat Ulan benar-benar kesal saat ini. Mobil melaju dengan kecepatan standar, kesunyian menyapa dua insan yang saling terdiam satu sama lain. Alan sesekali melirik pada gadis yang sedang kesal padanya dengan menatap ke arah jendela yang membuat Alan tersenyum tipis dan merasakan detak jantungnya menggila lebih dari biasanya. Awan mulai mengumpul dengan warna pekat hitam pertanda seakan hujan ingin turun menemani mereka berdua yang berada dalam kesunyian, suara petir juga ikut menyambar membuat Ulan langsung memejamkan matanya takut dan refleks memeluk lengan kekar Alan yang sedang menyetir.
Jeder...
"Aakhh..." teriak Ulan saat petir bersaut-sautan.
Alan menyeringai menatap Ulan yang memeluk lengannya dengan deru nafas ketakutannya. "Penakut!" ejek Alan yang membuat Ulan langsung melepas pelukannya pada lengan kekar Ulan dan menatap Alan dengan kesal.
"Saya tidak penakut tadi hanya refleks karena tiba-tiba saja petir datang dengan suara yang sangat keras," balas Ulan dengan nada yang teramat kesal pada Alan yang semakin membuat Alan menampakkan senyum mengejeknya ke arah Ulan.
"Saya tidak penakut..."
Jeder...
"Akhh..."
Ucapan Ulan terhenti saat petir kembali menyambar. Alan mulai merasa kasihan terhadap Ulan yang tampak benar-benar ketakutan saat ini, ia memberikan posisi ternyaman untuk Ulan agar gadis itu tidak ketakutan kembali. Hujan mulai turun dengan saat deras membuat Ulan mulai kedinginan, tetapi ia tidak berani melepaskan tangannya dari lengan kekar Alan, sungguh saat ini ia merasakan takut yang luar biasa. Karena situasi yang seperti ini selalu mengingatkan Ulan akan kepergian Athar. Waktu itu memang hujan turun dengan lebat, tetapi Ulan meminta Athar untuk tetap membelikannya bunga sehingga Athar tertabrak dan membuat pria yang ia cintai dan sebentar lagi akan menjadi suaminya meninggalkan Ulan untuk selama-lamanya.
"Ambil jas saya dan kamu pakai!" ucap Alan dengan datar. Gadis itu menggeleng membuat Alan menghela nafasnya, karena Ulan sangat keras kepala.
"Pakai!" ucap Alan dengan tegas membuat Ulan mau tidak mau memakai jas Alan karena memang ia merasakan tubuhnya dingin sekali.
"Galak banget," gumam Ulan yang masih terdengar oleh Alan. Pria itu tersenyum tipis saat Ulan memakai jas nya.
Alan mengeryit bingung saat mobil yang ia kendarai berjalan dengan sangat lambat. "Eh kenapa berhenti?" tanya Ulan saat mobil bos nya ini tiba-tiba saja berhenti padahal mereka belum sampai pada tujuan karena sejujurnya Ulan sudah sangat takut.
"Saya tidak tahu, sepertinya terjadi sesuatu pada mesinnya," ucap Alan dengan serius.
"Maksud Bapak? Mobil Bapak mogok?" tanya Ulan dengan menatap ke arah Alan.
"Hmmm iya.. Sebentar saya cek dulu," ucap Alan.
"Eh di luar hujan deras Pak," ucap Ulan dengan refleks menahan lengan Alan yang membuat Alan hendak membuka pintu mobil menjadi menatap ke arah Ulan.
"Kamu mau kita terjebak di sini? Ini jalanan sepi apalagi saat hujan seperti ini," ucap Alan.
"Hmm iya deh... Saya tidak mau terjebak di sini. Ini pakai jas nya biar baju Bapak enggak basah banget," ucap Ulan dengan pasrah.
"Pakai saja!" ucap Alan dengan datar dan keluar dari mobil walau ia harus basah kuyup karena tidak ada payung di mobilnya.
Ulan melihat Alan yang melihat mesin dari dalam mobil, Ulan melihat sesekilingnya yang memang terlihat sepi hanya ada beberapa kendaraan yang lewat, bengkel juga jauh dari jalan ini membuat Ulan was-was dan berdoa di dalam hati agar Alan bisa memperbaiki mesin mobil yang rusak, ia ingin segera sampai ke rumah padahal Alan akan membawanya ke apartemen pria itu.
Alan masuk kembali ke dalam mobil dengan baju yang sudah basah kuyup yang menampilkan otot-otot Alan membuat Ulan menelan ludahnya gugup. "Bagaimana Pak?" tanya Ulan.
"Saya tidak tahu apa yang rusak. Saya hubungi saja pihak bengkel dan itu mungkin memakan waktu yang lama karena saat ini sedang hujan deras sekali," ucap Alan dengan serius.
"Maksud Bapak kita terjebak di sini?"
"Hmmm."
Ulan menyenderkan tubuhnya. Ya Tuhan harus berapa lama ia terjebak bersama dengan bosnya? Ulan benar-benar tidak ingin terjebak pada situasi yang tak mengenakkan seperti ini. Ulan melirik ke arah Alan yang kedinginan, dalam hatinya ada rasa tak tega walau Alan sering membuat dirinya kesal.
Ulan melepaskan jas yang ia pakai dan memberikannya pada Alan. "Pakai ini! Sepertinya Bapak lebih membutuhkannya dari pada saya," ucap Ulan dengan tegas.
"Ambil Pak!" ucap Ulan membuat keduanya saling memandang dan dengan mata yang terkunci satu sama lain. Alan yang tak sadar mendekatkan wajahnya ke arah Ulan yang terdiam menatap ke arahnya. Dan tanpa di sadari oleh keduanya bibir mereka sudah menempel satu sama lainnya, Ulan memejamkan matanya karena terhanyut oleh ciuman Alan yang sangat memabukkan. Tanpa sadar Alan membawa Ulan ke kursi penumpang bagian belakang, mereka masih di kuasai buaian akan ciuman yang mereka ciptakan, mereka masih berciuman dengan sangat mesra dan pakaian Ulan yang sudah berantakan, Alan merebahkan Ulan dengan sangat hati-hati, ia menatap Ulan dengan penuh cinta sedangkan Ulan menatap Alan dengan pasrah karena sudah tarhanyut dalam ciuman mesra yang Alan ciptakan. Suasana yang sangat mendukung membuat mereka makin terhanyut semakin dalam terlihat dari tangan Alan yang sudah mulai nakal menyentuh tubuh sensitif Ulan yang membuat gadis itu melenguh tanpa sadar.
"Aku mencintaimu," bisik Alan dengan lirih. Ulan yang sudah terbuai tidak mendengar ungkapan cinta Alan. Pria itu juga sudah di kuasai oleh hasrat yang ingin di tuntaskan menatap Ulan dengan sangat dalam.
"Maaf..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Fransiska Siba
tuh kan, memang Ulan salah sih masak hujan deras gitu suruh beli bunga, ga punya hati dia.
cocok kalau dibenci keluarga dari laki2 dan keluarganya krn egois dan sangat manja
2022-03-06
0
💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜
thanks kakakkk 😘
2020-12-19
1
A Desy
lanjut thor
2020-12-18
0