...Happy reading...
******
Siska menatap Ulan dengan mematung begitu juga dengan Ulan. Ingin rasanya Ulan berbalik dan berlari pulang, tetapi kakinya terasa kaku dengan mata menatap Siska. Ulan tahu wanita paruh baya itu menatapnya dengan mata berkaca-kaca.
"U-ulan?" gumam Siska dengan lirih bibirnya bergetar memanggil nama Ulan. Gadis yang selama ini sangat ia rindukan, gadis yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri. Namun, sejak 5 tahun lalu Ulan menghilang bak di telan bumi. Siska kehilangan kontak Ulan bahkan dirinya sampai sakit karena memikirkan Ulan yang juga sudah tidak tinggal dengan kedua orang tuanya.
"B-bunda," ucap Ulan dengan terbata. Ia menatap Alan di sampingnya yang tidak berekspresi sedikit pun. Ulan pikir Alan tidak akan mengajaknya bertemu dengan kedua orang tuanya.
"Alan lelah, Bun. Alan mau istirahat," ucap Alan dengan datar dan langsung masuk ke dalam rumah menuju kamarnya meninggalkan Ulan dan Siska yang saling terdiam.
"Pak Alan tunggu!" ucap Ulan dengan keras tetapi Alan tidak menghiraukan ulan sama sekali yang membuat Ulan ingin menangis sekarang juga karena Ulan tahu Alan sengaja mempertemukannya dengan Siska.
"Ayah ada Ulan di sini!" teriak Siska dengan bibir tersenyum lebar membuat Ulan semakin sesak rasanya. Mengapa Siska dan Andra masih sangat baik padanya padahal kesalahannya cukup sangat berat. Bahkan semuanya membencinya, tetapi mengapa Siska dan Andra sama sekali tidak membencinya?
Andra yang berada di ruang keluarga langsung menghampiri istrinya. Ia merasa pendengarannya salah, selama ini Ulan tidak pernah menampakkan diri sampai mereka pindah ke rumah baru mereka Ulan tak pernah menampakkan diri. Bahkan di saat Andra memohon pada Ulan agar menemui istrinya, Ulan menolak dengan halus. Andra tahu Ulan masih di hantui rasa bersalahnya sampai sekarang yang membuat Ulan sangat berubah dari gadis yang sangat manja kini berubah menjadi gadis yang mandiri.
"Ulan kamu ke sini dengan siapa?" tanya Andra menormalkan keterkejutannya saat melihat Ulan berada di depannya.
"Sama Alan, Yah. Ya Allah akhirnya Bunda ketemu Ulan, Bunda sangat merindukan Ulan. Sekarang ayo kita masuk ya, Bunda sudah masak dan kebetulan masakan kesukaan Ulan karena Bunda tadi ingat Ulan," ucap Siska dengan tersenyum lebar.
"Ulan tidak bisa berlama-lama di sini, Bunda. Maaf Ulan harus pulang lain kali saja untuk makannya Bunda. Ulan masih kenyang," ucapnya Ulan dengan lirih dengan mulai melangkah perlahan meninggalkan Siska yang berteriak memanggil Ulan.
"Siapa yang menyuruhmu pergi dari sini?" teriak Alan dengan lantang membuat Ulan langsung menghetikan langkahnya.
"Berani kamu membuat Bunda saya menangis lagi saya tidak akan memberi ampun kepada kamu Ulan!" ucap Alan dengan dingin.
"Alan jangan begitu dengan Ulan," ucap Andra dengan tegas.
"Biar saja, Yah. Gadis itu..."
"ALAN!" teriak Siska marah karena ia tidak mau Ulan semakin bersalah karena perkataan pedas Alan.
Alan mengusap wajahnya dengan kasar, ia kembali masuk setelah Ulan melangkah mendekat ke arahnya. Sebenarnya Alan sama sekali tidak istirahat ia hanya mengamati Siska dan Ulan melalui cctv yang terpasang di rumahnya. Di saat Ulan mengatakan ingin pulang Alan langsung dengan cepat menghampiri orang tuanya dan Ulan, ia tidak akan membiarkan Ulan membuat bundanya menangis kembali.
Makan siang saat ini terasa sangat menegangkan sekali. Semuanya terdiam tidak saling berbicara, sebenarnya Ulan merasa was-was jika Adrian dan Akbar pulang. Ulan takut kedua adik Alan akan mengusirnya seperti 5 tahun silam. Bahkan rasanya perut Ulan sudah sangat kenyang sekali karena ketakutannya padahal di piringnya ada udang saus tiram kesukaannya dan masakan bunda Siska masih sama seperti dulu.
"Masakan Bunda tidak enak ya?" tanya Siska dengan sendu menatap Ulan yang hanya mengaduk makanannya sesekali gadis itu memasukkan nasi ke mulutnya.
"E-enak kok, Bun," ucap Ulan tersenyum tipis dan menyuapi nasi ke mulutnya kembali membuat Siska tersenyum lebar.
"Habiskan ya. Kamu dengan Althaf sangat mirip sekali. Sama-sama suka udang," ucap Siska tak menyadari perubahan wajah Ulan.
"Uhuk... Uhuk..."
Alan langsung memberikan Ulan minum. Wajah gadis itu langsung menerah karena tersedak. Siska dan Andra terlihat panik sekali, Andra mengusap wajahnya kasar karena sang istri tanpa sadar membuat Ulan semakin murung.
"Maaf saya harus pulang," ucap Ulan dengan bibir gemetar dan sudah merasa tidak enak berada di antara keluarga tersebut.
"Bun!" ucap Andra kepada istrinya ketika melihat Ulan yang sudah melangkah pergi.
"Biarkan saja, Bun. Biarkan dia pulang!" ucap Alan dengan datar.
"Bunda yang salah. Tolong kejar Ulan dan antarkan dia pulang, Alan," ucap Siska dengan sendu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
evita vita
ceria untuk menutupi luka itu memang sulit,,apa lg hrus ttp tliat kuat pdhl lemah
2023-01-22
0
S Aisyah S
kembaran kah ulan & alan ini??
2023-01-18
0
Erlinda
kok kayak ada misteri gitu ya
2022-12-22
0