...Happy reading...
******
Ulan merebahkan tubuhnya di kasur setelah seharian bekerja dan memenuhi permintaan bosnya yang membuat Ulan kesal dan naik darah, baru kali ini Ulan merasa sangat lelah ketika sedang bekerja ini semua karena ulah Alan yang tak membiarkannya istirahat sama sekali, ada saja yang harus Ulan kerjakan atas perintah Alan tersebut. Matanya terpejam dengan sangat cepat karena memang tubuhnya sangat lelah dan terasa sakit semua. Gadis itu memang pulang bersama dengan Alan padahal Ulan sudah menolaknya agar ia menaiki Taxi saja tetapi Alan memaksa dengan ancaman akan di potong gaji atau yang paling parah Ulan akan di pecat tanpa adanya pesangon.
Tak lama Ulan tertidur gadis itu terbangun karena merasakan lapar, perutnya sudah berbunyi untuk minta di isi. Pada jam makan siang tadi Ulan tidak jadi makan bersama dengan Stefan dan teman-teman lainnya karena Alan menyuruhnya untuk memeriksa laporan yang bertumpuk yang di berikan Alan begitu saja tanpa merasa kasihan terhadap Ulan.
Dengan langkah gontai Ulan keluar kamar dan berjalan menuju dapur untuk membuat mie instan saja karena ia sudah tidak sanggup untuk memasak yang memerlukan waktu yang lumayan lama. Hidup sendiri membuat Ulan terbiasa mandiri tanpa tergantung dengan keluarganya, entahlah mempunyai keluarga tetapi bagaikan orang asing di keluarga tersebut membuat Ulan memutuskan untuk membeli rumah sendiri. Bahkan pada saat ia ingin menyampaikan niatnya untuk hidup sendiri sang papa langsung meng-iya-kan tanpa mencegahnya sama sekali yang membuat Ulan merasa kecewa, ia merasa memang tidak lagi di butuhkan di keluarga papanya tersebut.
"Seandainya ada mama di sini," gumam Ulan dengan menghela nafasnya. sudahlah semua sudah berlalu dan tak mungkin terulang kembali. Ulan merindukan kehangatan keluarganya yang dulu namun sikap egois sang papa lah yang membuat keluarganya berantakan dan ulan tak ingin mengingat itu kembali karena sama saja membuka luka lama yang sudah ia sembuhkan walau memakan waktu yang sangat lama bahkan hatinya masih berdenyut sakit jika mengingat semuanya.
Mie instan buatannya sendiri sudah matang dan ulan langsung membawanya ke ruang Tv lebih baik ia mencari keramaian di tengah kesunyian yang ia rasakan. Ulan ingin merasakan kehangatan keluarganya lagi walau itu hanya sedetik Ulan ingin merasakannya. Akankah semua itu bisa terwujud di tengah keluarga yang tak lagi utuh? Entahlah Ulan tak ingin berharap lebih pada sebuah kesakitan yang entah kapan menjadi sebuah kebahagiaan di dalam hidupnya. Orang-orang mengira jika hidupnya seperti tanpa beban tetapi mereka tidak tahu beban yang ia pikul cukup banyak ysng terkadang membuat Ulan menyerah saja tetapi ia tidak sebodoh itu untuk mengakhiri hidupnya.
*******
Alan baru saja sampai di rumahnya setelah mengantarkan Ulan terlebih dahulu, ia memainkan kunci mobilnya dengan tersenyum tipis saat membayangkan wajah kesal Ulan ketika bersamanya, itu sama seperti kesenangan buat Alan. Entahlah rasanya ia sangat senang ketika melihat wajah cemberut Ulan yang tertuju padanya.
"Baru pulang kamu?" tanya sebuah suara ysng menghentikan langkah seorang Alan.
"Iya, Bun," jawab Alan dengan singkat membuat sang bunda menggelengkan kepalanya.
"Sana mandi dan nanti langsung ke meja makan. Adrian dan Akbar sudah berada di rumah, Bunda menyiapkan makan malam spesial untuk ketiga anak Bunda yang tampan," Ucap Siska, bunda Alan yang sangat sayang kepada ketiga anak laki-lakinya walau ia berharap memiliki anak perempuan. Tetapi takdir berkata lain ketiga anaknya semua berjenis kelamin laki-laki dan Siska berharap Alan akan mengenalkan calon menantunya karena Siska sudah tidak sabar ingin melukakan sesuatu yang sangat menyenangkan bersama menantunya seperti yang sudah ia bayangkan.
"Hmm iya, Bun." setelah berucap seperti itu pria yang berusia 32 tahun tersebut langsung menuju kamarnya tanpa berkata apa-apa lagi kepada sang bunda yang sudah hafal kelakuan anaknya yang tak banyak bicara tersebut.
"Dia berbeda sekali dengan Altaf," gumam Siska dengan sendu melihat punggung Alan yang semakin jauh darinya. Siska menghembuskan nafasnya dengan perlahan sudut matanya sudah berair ketika mengingat semuanya, Siska menyeka air matanya dan tersenyum kecil saat ia melangkah menuju ke meja makan di mana suami dan kedua anaknya berada.
Sedangkan Alan ia langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum ikut bergabung bersama kedua orang tuanya dan kedua adiknya yang sudah berada di meja makan. Adrian jarang sekali berada di rumah karena pria berumur 29 tahun itu bekerja sebagai pilot yang selalu bepergian keluar kota bahkan keluar negeri sedangkan Akbar pria berumur 25 tahun tersebut bekerja sebagai arsitek yang sudah sangat terkenal. Sebenarnya Alan ingin kedua adiknya membantu dirinya di perusahaan tetapi apa boleh buat kedua adiknya lebih suka dengan cita-cita mereka dari dulu. Tetapi sering kali Akbar juga membantunya karena pria itu sangat bisa di andalkan walau di usia yang masih sangat muda Akbar sudah sukses berkat ketekunannya selama ini bahkan sudah banyak rancangan bangunan megah yang Akbar buat termasuk perusahaan Alan yang sebentar lagi akan di bangun di Singapura tersebut.
Alan berjalan mendekat ke arah keluarganya yang sedang berbincang, ia memilih duduk di dekat Adrian dan Akbar. Andra yang melihat kedatangan anak sulungnya langsung tersenyum.
"Semua sudah berkumpul ayo kita makan," ucap Andra dengan suara tegas yang langsung di angguki oleh istri dan ketiga anaknya.
"Bunda merasa menjadi yang paling cantik di sini. Kapan kalian mengenalkan calon menantu buat Bunda?" tanya Siska yang membuat ketiga anaknya langsung batuk.
"Uhuk...uhuk..."
"Bunda jangan membuat mereka terkejut sampai batuk seperti itu," tegur Andra kepada istrinya.
"Bunda sudah tidak sabar ingin melihat mereka menikah, Yah. Punya tiga anak cowok semuanya sudah mapan tapi kenapa tidak ada satu pun gadis yang mereka kenalkan pada kita," ucap Siska yang membuat Alan, Adrian dan Akbar menghela nafas karena ini selalu di bahas oleh sang bunda di saat mereka sedang makan bersama.
"Mas Alan dulu lah, Bun. Kalau kita berdua duluan yang menikah kasihan Mas Alan yang sudah jomblo dari lahir," ucap Adrian ingin membela diri karena sudah bosan dengan topik sang bunda yang tak pernah berubah.
"Benar banget, Bun. Akbar ini anak bungsu tidak mungkin melangkahi kedua Mas Akbar yang sudah tua. Lagi pula Akbar masih ingin berkarier, Bun," ucap Akbar menimpali ucapan Adrian.
"Tidak usah saling memojokkan! Kalau kalian punya pacar langsung kenalkan dengan Ayah dan Bunda, Mas tidak masalah jika kalian yang menikah duluan," ucap Alan datar yang membuat Adrian dan Akbar menelan ludah mereka susah payah.
"Sudah-sudah! Kita makan malam terlebih dahulu baru bahas calon kalian masing-masing. Ayah juga heran kalian sebenarnya jomblo atau sudah mempunyai pacar tetapi tidak berani mengenalkannya pada Ayah dan Bunda," ucap Andra kepada ketiga anaknya.
"Mereka sudah punya pacar pasti,Yah. Hanya saja tidak berani membawa pacar mereka ke rumah," ucap Siska yang membuat ketiga anaknya menghela nafas berat.
"Kami masih sendiri, Bun. Kalau ada yang kami suka terutama Alan akan langsung mengenalkannya pada Ayah dan Bunda sebagai calon istri Alan," ucap Alan dengan tegas yang membuat Siska dan Andra tersenyum.
"Segera bawa calon istri kamu ke rumah!" ucap Siska yang di angguki oleh Alan dengan berat karena tak ingin berdebat kembali dengan bundanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
vj cube
altaf siapa?
2020-11-24
0
💜💜 Mrs. Azalia Kim 💜💜
bawa ulan aja
2020-11-21
0
🌈wury agustin 🍒🌈
bawa ulaann aja lan hahaha😀
2020-11-17
2