“Kenalkan, ini kakakku, Rudeus Laendra.”
“S-salam kenal.”
Deus hanya bisa tersenyum masam mendapati dirinya ditarik paksa ke sebuah kafe oleh gadis yang tadi mengejarnya—yang tak lain dan tak bukan adalah adik kandungnya sendiri. Ia merasa sangat canggung karena tiba-tiba adiknya sendiri mengenalkan dirinya pada teman-temannya. Di sisi lain, gadis itu malah tertawa kecil melihat kakaknya.
“Ah, kami sering mendengar kak Rudeus dari Mira. Terima kasih sudah menjaganya.”
“Tidak, justru akulah yang seharusnya berterima kasih kepada kalian karena sudah menjaganya selama di sekolah.”
Siswa laki-laki itu tersenyum mendengar balasan dari Deus yang begitu sopan padahal mereka adalah juniornya. Kemudian, Mira—adik Deus—memperkenalkan teman-temannya yang ada di sini bersama mereka.
Laki-laki yang tadi memberi terima kasih pada Deus itu bernama Hideo Fuzen, seorang pemuda tampan berwajah asia kental dengan rambut dan mata hitam khas asia. Dari penjelasan Mira, Hideo berasal dari Jepang yang pindah ke Indonesia sekitar 5 tahun lalu karena pekerjaan ayahnya. Ia juga sering terlibat masalah karena wajah tampannya. Kalian sudah bisa menebak seperti apa masalahnya, bukan?
Di samping Hideo terdapat seorang pemuda berambut pendek cokelat pirang yang terbakar matahari, bermata cokelat pula—namanya Ti Shian. Ia merupakan siswa pertukaran pelajar dari China yang sudah kira-kira empat bulan lamanya menetap di sekolah mereka. Ia juga cukup tampan, namun tak setampan Hideo yang bisa menimbulkan masalah hanya dengan wajahnya saja. Dia biasa dipanggil Shian oleh Mira dan lainnya.
Selanjutnya seorang gadis berparas cantik bagaikan batu berlian yang terasah baik, rambut hitam panjang yang berkilau terlihat menambah keanggunanannya, matanya begitu indah bagaikan mutiara hitam yang terpendam, kulitnya juga terlihat sangat putih dan mulus layaknya kapas, dan suaranya juga merdu bak penyanyi profesinal. Namanya Amatsuka Kurenai.
Meski namanya bermarga Jepang, tapi ia tinggal dan lahir di Indonesia. Ayahnya merupakan pengusaha di Indonesia, sedangkan ibunya berasal dari Jepang.
Deus sedikit tertegun melihat Kurenai yang begitu cantik, namun Mira menyikutnya tepat di perut samping kirinya sehingga ia terpaksa mengalihkan pandangannya. Teman-teman Mira tertawa melihat reaksi Deus yang secara tidak sadar mengucapkan ‘cantik’ dari bibirnya. Karena alasan itulah Mira menyikut kakaknya.
Yang terakhir adalah gadis yang juga tak kalah cantiknya dari Kurenai, namun warna rambut, mata, serta parasnya sangat mencolok di mata orang Indonesia. Rambut putih keperakan disertai iris mata berwarna ungu terang membuat semua yang melihatnya berdecak kagum atas keindahan dirinya. Ia bernama Sarah Blitzky.
Kalau kalian bertanya mengapa mereka memakai seragam sekolah di hari libur, itu karena ada sebuah acara yang mengharuskan mereka menggunakan seragam.
Deus sendiri mengenalkan ulang dirinya sendiri tanpa bantuan dari Mira. Ia mengenalkan nama serta di universitas mana ia menempuh ilmu setelah masa SMA-nya berlalu. Keempat teman Mira cukup terkejut karena kampus tempat Deus menuntun ilmu saat ini adalah universitas yang begitu terkenal di seluruh Indonesia—bahkan mereka yang dipelosok daerah pun mengetahuinya.
Sebenarnya bukan hanya itu, Mira juga bercerita mengenai Deus yang selalu berada di 10 besar pada mata kuliah yang diikutinya sehingga membuat keempatnya begitu tercengang. Tentu mereka tak menyangka bahwa pemuda yang dihadapan mereka terlihat biasa saja ini adalah mahasiswa berperingkat atas di universitasnya.
Sementara mereka tercengang cukup lama, pesanan yang mereka pesan tadi sudah datang dibawakan seorang gadis pelayan. Deus menyeruput kopi susunya yang masih panas itu pelan-pelan—menambah keempatnya kembali terkejut. Sangat jarang ada orang yang bisa langsung meminum cairan panas yang bahkan uap panasnya saja masih sangat tebal.
Waktu mulai berlalu, mereka berbincang-bincang mengenai kehidupan sekolah Mira dan teman-temannya tentu saja. Mulai dari setiap masalah yang datang karena wajah tampannya Hideo, hingga pengalaman Mira yang jatuh dari tangga sekolah membuat mereka tertawa terbahak-bahak. Untungnya kafe yang mereka tempati ini tak terlalu banyak pelanggan sehingga mereka tidak terlalu mengganggu.
Meski mereka tertawa terbahak-bahak, Deus yang mendengarkan sejak tadi hanya tersenyum dan tertawa kecil tak ingin terlalu berlebihan.
“Kak Rudeus, apa kakak bermain Orbis Online?”
“Hm? Aku me—”
“Mana mungkin kakak main game itu, dia enggak punya uang untuk membeli Solid Gear.”
Mira langsung melesat cepat memotong pembicaraan antara Deus dan Hideo. Yang ingin menjawab malah terdiam secara tiba-tiba merasa adiknya ini mulai kurang ajar padanya. Ketika ia ingin menjelaskannya, Hideo menurunkan kepalanya hingga menyentuh meja dan meminta maaf.
Deus ingin menjelaskannya berkali-kali, namun Hideo juga meminta maaf berkali-kali sehingga ia tidak bisa memberitahu mereka bahwa sebenarnya ia juga bermain Orbis Online. Lebih dari itu, ia menjadikan game tersebut sebagai pekerjaannya yang baru. Akhirnya ia mengalah dan menerima maaf Hideo, padahal ia tak bersalah sama sekali.
Mira juga menceritakan ia memiliki Solid Gear dan bermain Orbis Online. Ia bisa membelinya karena dalam acara pekan olahraga provinsi ia berhasil mengambil medali emas. Tentu dengan hadiah yang ia terima beserta medali tersebut, ia bisa membeli Solid Gear dan mendapatkan uang saku tambahan.
Deus kembali tersenyum masam, kali ini dikarenakan adiknya telah menjuarai pekan olahraga provinsi yang takkan pernah ia dapatkan. Deus memang mahasiswa yang pintar, namun ia tidak terlalu bisa dalam bidang olahraga. Nilainya biasa-biasa saja jika dilihat dari rapot SMP sampai SMA.
Setelah berbincang-bincang dalam waktu yang cukup lama, akhirnya mereka memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Mira dengan teman-temannya berjalan meninggalkan Deus yang melihat mereka dari depan kafe. Deus pun segera pergi ke ATM untuk mengambil uang hasil menjual HP Potion I dari salah satu rekeningnya.
***
Memasuki Orbis Online, Reus segera pergi ke toko serba untuk membeli sebuah peta. Orbis Online tidak menyediakan peta gratis langsung dari sistem pada game umumnya sehingga para pemain harus mencari cara agar dapat menjalani suatu daerah yang tak dikenali dengan aman.
Membeli peta tentu saja adalah hal umum. Mengingat Orbis Online memiliki dua benua yang ukurannya sangat luas, banyak daerah yang belum pernah dijelajahi sama sekali oleh para pemain. Namun, sebagian besar pemain meremehkan kekuatan peta.
Banyak pemain yang tidak menghiraukan fitur peta dan hanya berjalan seadanya—meski mendapat petunjuk dari NPC dan Quest. Tapi akibatnya, pemain-pemain seperti itu selalu tewas berkali-kali sebelum akhirnya terbiasa dengan daerah baru yang mereka datangi. Tentu saja, setiap kali mereka mengunjungi daerah baru pasti akan mati setidaknya 4 kali terlebih dahulu.
Reus membaca di internet bahwa keberadaan peta di Orbis Online juga menjadi kebutuhan utama sehingga ia memutuskan untuk membeli peta yang menunjukkan daerah gunung Mauren. Setelah membayar 50 Byl kepada NPC, Reus segera pergi menuju gunung Mauren. Waktu yang tersisa untuk bermain masih ada beberapa jam lagi, tapi ia juga harus istirahat cukup untuk menyerap semua pelajaran yang akan ia terima besok.
Kira-kira satu jam kemudian, Reus sampai di sebuah hutan di dekat kaki gunung Mauren sebagai pintu masuknya. Tanpa basa-basi, beberapa monster kecil berbentuk buah-buahan langsung menyambutnya. Tentu saja Reus melawan mereka, namun dengan usaha yang besar.
Sebenarnya Reus membenci mereka makhluk-makhluk kecil yang mengganggu seperti lalat, nyamuk, lebah, dan sebagainya. Kenapa? Bukan hanya gesit, tetapi juga ukuran badan mereka kecil sehingga sulit di tebas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 261 Episodes
Comments
arfan
939
2021-11-30
1
John Singgih
perjalanan ke gunung mauren
2021-03-08
1
aku siapa
asekknya pol
2020-11-26
0