Sejak hari itu—hari dimana ia ditabrak oleh mobil sedan hitam demi melindungi anak kecil yang sedang menyeberang—Deus sudah dirawat di rumah sakit selama tiga minggu. Lengan dan dua rusuk kanan patah, itulah yang membuatnya harus dirawat di rumah sakit.
“Membosankan....”
Mengeluhkan itu, Deus menyalakan tv yang terdapat di ruangannya untuk mengusir kebosanan yang melanda dirinya. Sayangnya, hal ini tak begitu efektif. Deus hanya melihat acara tv yang membosankan dengan ekspresi kosong.
Sudah tiga minggu lamanya, namun ia belum diperbolehkan kembali ke apartemennya oleh dokter. Ia harus istirahat selama sebulan penuh yang artinya Deus harus mendekam di penjara kebosanannya selama seminggu lagi. Tidak ada yang tahu apakah ia dapat bertahan atau tidak.
Makanan yang tidak enak, tontonan yang tak menarik, tidak boleh keluar kamar, itulah yang dirasakan Deus. Teman-teman serta dosennya sudah tahu kalau Deus mengalami kecelakaan sehingga harus dirawat di rumah sakit, karena itu ia dihitung sakit. Sebagai gantinya, ia kehilangan waktu berharganya untuk belajar.
“Deus, bagaimana kabarmu?”
“Haris?”
“Tentu saja, memangnya siapa lagi?”
Di saat Deus tengah menikmati kebosanannya, tiba-tiba Haris muncul begitu saja dari pintu masuk membawa sebuah kotak berukuran sedang. Haris, seorang laki-laki berwajah tampan, berambut merah gelap, dan matanya yang berwarna hitam. Ia merupakan salah satu sedikit dari teman yang dimiliki Deus di kampus.
“Kupikir kau tukang parkir yang biasanya mengikuti si pemarkir.”
“Hah? Bisanya kau menganggapku begitu.”
Menanggapi ucapan Deus, Haris berjalan menuju sebuah kursi di samping kasur pasien yang digunakan oleh Deus. Mereka berbincang-bincang mengenai berbagai pelajaran di kelas—berhubung Deus tidak menyerap apapun yang berbau mata pelajaran yang ia ambil untuk kuliah. Terkadang mereka juga membicarakan gadis-gadis di kelas mereka. Tentu saja, percakapan ini adalah hal yang wajib untuk pelajar laki-laki yang tengah menaiki tangga kedewasaan seperti mereka.
Gadis-gadis di kelas mereka memang 90%-nya dapat dikatakan cantik yang dapat mengundang mahasiswa dari jurusan lain iri, namun berbandik terbalik dengan Deus. Ia sama sekali tak tertarik pada gadis-gadis di kelasnya. Ia pernah mengatakan ‘apa gunanya berpacaran kalau akhirnya putus? Maaf saja, lebih baik aku mempersiapkan diriku untuk di masa depan’. Makanya ia tidak tertarik sama sekali.
“Ngomong-ngomong, kotak apa itu yang kau bawa, Haris?”
“Hm? Ah, ini? Aku dititipi oleh seorang wanita cantik berambut pirang tadi di pintu masuk rumah sakit. Katanya ini untukmu.”
Haris meletakkan kotak itu dipangkuan mahasiswa yang tengah sakit tersebut. Deus mengangkat tangan kirinya dan menggoyangkan kotak itu beberapa kali untuk memastikan isinya. Bisa jadi isinya adalah bom. Tapi, kelihatannya hal itu tidak mungkin karena ada penjagaan yang cukup ketat pada rumah sakit di masa ini.
Karena penasaran, Deus mencoba membukanya menggunakan satu-satunya tangan yang bisa ia gunakan secara bebas—tangan kiri. Meski kesulitan, ia dapat membukanya dengan bantuan dari Haris. Ketika terbuka, mereka sama-sama terkejut bukan kepalang.
“I-ini....”
“S-solid Gear...?”
Bukan hanya Solid Gear, di dalam kotak tersebut terdapat seperangkat perlengkapan pendukung untuk memainkan game VR full-dive yang sedang menjajah dunia ini secara global. Sebuah PC kecil yang dapat masuk ke dalam kotak berukuran sedang itu. Deus dan Haris membelalakkan matanya selebar mungkin.
“Ini... mimpi, kan?”
“Kurasa bukan, Deus.”
“Bagiamana kau tahu?”
“Aku baru saja mencubit pipiku sendiri.”
Deus memberikan tatapan datar pada Haris. Yang Deus maksud adalah mimpinya, bukan mimpi Haris. Apakah Haris ini bodoh atau memang sengaja berpura-pura bodoh agar Deus tertawa? Kemungkinan besar begitu—berhubung ia belum pernah melihat Deus tertawa. Berbanding terbalik terhadap apa yang ia harapkan, Deus ingin menghajarnya sekarang juga.
Mengabaikan Haris, Deus mengangkat helm Solid Gear dan melihatnya secara seksama. Di bagian belakang dekat leher, ia menemukan sebuah ukiran yang tertulis ‘Ultimate Edition’. Ia lebih terkejut lagi begitu mendapati helm Solid Gear yang ia genggam saat ini adalah Solid Gear Ultimate Edition—yang merupakan Solid Gear edisi terbatas yang hanya di produksi seratus buah per negara.
Berbeda dari Solid Gear lainnya, Ultimate Edition memiliki baterai cadangan sekitar 50.000 MAH dan koneksi tersendiri sehingga bisa digunakan kapan saja dan dimana saja. Selain itu, Solid Gear Ultimate Edition juga dapat mengakses internet (browser) secara live dalam permainan atau ketika memakainya. Harganya pun jauh lebih mahal dibanding Solid Gear biasa, 70.000.000 rupiah untuk satu buah Solid Gear Ultimate Edition.
Tentu saja harga ini adalah harga yang sangat fantastis bagi kalangan mahasiswa miskin seperti Deus. Ia tidak mengerti, mengapa ada orang yang memberikan ini kepada dirinya? Barang semahal ini bukanlah barang yang dengan mudah diberikan seperti lembaran uang kertas seribuan pada pengemis.
“Ah, Deus, wanita itu juga menitipkan sebuah surat untukmu kepadaku.”
“Hm?”
Haris memberikan sepucuk surat yang dikemas dalam amplop tersebut kepada temannya itu. Deus menerima surat itu dan membukanya, lalu membacanya seteliti mungkin.
Kepada Rudeus Laendra,
Tuan Rudeus, saya mengirimkan ini sebagai bentuk rasa terima kasih saya atas apa yang anda perbuat. Apakah anda tidak ingat? Anda menolong seorang gadis kecil berumur tiga tahun dari hantaman mobil sedan yang melaju kencang tepat ke arahnya. Gadis kecil itu adalah putri saya. Saya sungguh berterima kasih atas apa yang anda lakukan. Untuk mengungkapkan rasa terima kasih saya, saya rasa semua ini belumlah cukup. Karena itu, ketika anda sudah sembuh bisakah anda menghubungi nomor 0854********? Saya ingin mengucapkan terima kasih secara langsung. Terima kasih atas perhatiannya, semoga cepat sembuh tuan Rudeus.
Salam hormat, Rezel Hansilva
“”Mustahil!!””
Deus dan Haris menjerit histeris begitu melihat nama yang terpampang di sudut bawah kanan surat. Mata mereka kembali terbelalak mengetahui pengirim kotak ini adalah Rezel Hansilva. Tentu saja mereka terkejut, Rezel Hansilva adalah satu-satunya pendiri Deraft Corporation cabang Indonesia.
Meskipun sudah banyak merk Solid Gear yang tersedia di berbagai negara, perangkat berbentuk helm milik Deraft Corporation memang sangatlah diminati karena fiturnya yang masih paling maju diantara Solid Gear lainnya. Sebagai perusahaan yang menemukan dan memperkenalkan teknologi Virtual-Reality full-dive sekaligus Solid Gear untuk pertama kalinya, tentu saja Deraft Corporation juga merupakan pusat produksi perangkat tersebut.
“I-ini bohong, kan? Rezel Hansilva? Pendiri Deraft Corporation cabang Indonesia? Dan kau menyelamatkan anaknya?”
“M-mana kutahu kalau yang kuselamatkan itu anaknya! Aku hanya menyelamatkan anak kecil yang berada dalam bahaya di depanku, itu saja!”
“Tapi tetap saja kau menyelamatkan anak Rezel Hansilva!”
“Aku juga tahu itu, otak udang!”
“Hah!? Kau menyebutku apa!?”
“Aku menyebutmu otak udang! Kenapa!? Masalah!?”
“Kuhajar kau, orang sakit!”
“Sini kalau berani, dasar otak udang!”
“Permisi....”
Ketika Haris sudah berdiri dan mencengkeram baju Deus berniat memukulnya dan Deus sendiri sudah mengangkat tangan kirinya yang sudah dikepalkan bersiap meninju temannya itu, seorang suster datang memasuki kamar. Suster itu hanya tersenyum masam melihat perkelahian kecil dari pasien dan penjenguk. Alhasil, kedua orang tersebut menyudahi pertengkaran mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 261 Episodes
Comments
Letty Purnama
wkwkw lucu juga
2024-12-27
0
OVIC
hoki banget ya hidupnya
2023-12-20
1
OVIC
apa gunanya makan kalau nanti laper lagi 💀💀💀
2023-12-20
0