“Tanganmu sudah sembuh, Rudeus?”
“Ya, berkat bantuan bapak. Terima kasih telah membantuku.”
“Tak usah berterima padaku, justru akulah yang seharusnya berterima kasih karena telah menyelamatkan anakku.”
Deus hanya tersenyum dan kemudian duduk di kursi di hadapan pria paruh baya berambut hitam dengan sedikit rambut putih bernama Rezel Hansilva. Saat ini Deus dan Rezel tengah berada di tempat pertama kali mereka bertemu, lantai 13 di Grand Hotel Skrimata—hotel termewah di kota ini. Mereka bertemu karena ada sesuatu yang ingin dibicarakan oleh Rezel.
Tangan kanan Deus sudah sembuh total, namun ia disarankan agar tidak melakukan kegiatan yang berlebihan dengan tangan kanannya. Itu bisa membuat tangannya cedera lagi.
Namun, Deus tampak canggung menghadapi situasi ini. Rezel tidak sendirian, melainkan ada seorang wanita cantik berambut pirang panjang menggendong anak kecil yang terlihat berumur tiga tahun duduk di samping kanannya, lalu terdapat seorang gadis berambut hitam panjang lurus yang juga tak kalah rupawan dari wanita yang tengah menggendong anak kecil tersebut. Gadis itu duduk di sebelah kiri Rezel.
“Rudeus, istri dan putriku ingin berterima kasih secara langsung kepadaku karena telah menyelamatkan Thea, putri bungsuku yang manis ini.”
Rezel mengangkat anak kecil yang kelihatannya berkelamin perempuan ke pangkuannya. Anak itu terlihat sangat senang dan memanggil Rezel menggunakan sebutan ‘papa papa’ dengan riangnya. Rezel mengangkat putrinya tinggi-tinggi sambil sedikit membuat mimik lucu sehingga putri bungsunya—Thea—tertawa lepas.
Melihat keharmonisan keluarga di hadapannya ini, Deus merasa sedikit iri dan bernostalgia. Deus telah kehilangan orang tuanya dalam suatu kejadian mengerikan sekitar 8 tahun lalu—dimana ia masih berusia 11 tahun.
Pada waktu itu, Deus, ayah, ibu, serta satu-satunya adik perempuannya sedang berjalan-jalan ke sebuah mall. Keluarga yang terlihat sangat harmonis tersebut memutuskan pergi membeli beberapa baju dan peralatan rumah tangga untuk menghabiskan hari libur mereka. Tapi, siapa sangka semua yang di duga akan baik-baik saja berubah menjadi suatu petaka mengerikan?
Tepat pada waktu jam makan siang, muncullah sekelompok teroris bersenjata yang tiba-tiba membajak seisi gedung dan menyandera semua pengujung mall yang saat itu hadir. Pembajakan dan penyanderaan berlangsung hingga dua hari satu malam. Melihat jumlah teroris bersenjata dan sandera cukup banyak, aparat keamanan setempat tidak mengambil tindakan berisiko tinggi yang membahayakan ratusan—bahkan ribuan pengunjung yang menjadi sandera.
Kelompok teroris tersebut bukan hanya membajak gedung dan menyandera ribuan orang, tapi juga merampok berbagai barang dan benda berharga di dalam mall itu. Daripada teroris, mereka lebih seperti kelompok perampok bersenjata. Sayangnya, kelompok tersebut memang terkenal sebagai kelompok teroris sejak dua tahun lalu yang sering membuat ulah di Indonesia.
Dalam operasi penyelamatan yang dilakukan aparat keamanan setempat, belasan sandera jatuh sebagai korban jiwa—termasuk kedua orangtua Deus. Sebagai anak kecil, tentu akan wajar jika Deus menjerit histeris dalam kejadian itu, namun berbanding terbalik dari anak seumurannya, ia berusaha tetap tenang dan menelan semua perasaan yang ia rasakan pada waktu itu.
Karena operasi penyelamatan dari pihak aparat keamanan yang dilakukan secara diam-diam, ketika ketahuan para teroris mulai menembaki beberapa sandera. Akibatnya, kedua orangtua Deus menjadi korbannya. Tak terima akan hal itu, Deus mengambil kesempatan dalam kesempitan.
Saat para teroris yang menjaga lingkaran sandera di tempat ia di tahan bersama adiknya lengah, ia mengambil sebuah selotip secara diam-diam dan mencekik salah teroris yang tentunya ia lakukan secara diam-diam juga. Deus yang masih kecil itu mengambil pisau dan pistol yang ada pada teroris yang berhasil ia lumpuhkan (pingsan) sebagai senjata.
Karena sebagian besar personel teroris menembaki aparat keamanan di pintu masuk, Deus memanfaatkan kesempatan ini dan melumpuhkan semua teroris yang ia bisa menggunakan selotip untuk membungkam suara, pisau yang dapat merusak senjata api, dan pistol yang membuat para teroris tidak bisa menembak. Namun, tak sampai enam orang ia sudah ketahuan oleh teroris lainnya.
Tepat pada waktunya, personel aparat keamanan setempat berhasil masuk ke dalam mall melalui jalur bawah tanah yang tersedia di bawah gedung mall. Akhirnya, aparat keamanan berhasil meringkus semua teroris pembajak dan penyanderaan gedung mall dengan belasan korban jiwa. Deus tidak terhindar dari luka, ia mendapat dua tembakan di bahu kiri dan tangan kanan.
Setelah kejadian itu, paman mereka—adik dari ayah Deus dan adiknya—mengambil hak asuh mereka dan merawatnya seperti anak sendiri. Tak lama kemudian, Deus mendapat piagam penghargaan ‘pahlawan’ dari aparat setempat karena aksinya dalam membantu meringkus teroris-teroris tersebut—meski mendapat omelan keras dari pamannya.
Sayangnya, tak ada yang mengingat aksinya itu selain ia, pamannya, dan adik perempuannya sendiri karena termakan waktu. Piagamnya masih terpajang di kamarnya di rumah pamannya, sehingga ketika Haris atau teman kuliahnya datang ke apartemennya tidak tahu piagam tersebut. Forgotten Hero, sebutan yang diberikan oleh adik perempuannya kepada Deus.
“Us.. deus... Rudeus?”
“Uh!? Ah, iya?”
“Kau melamunkan apa?”
“A-ah, tidak, tidak ada apa-apa.”
Deus menggelengkan kepalanya untuk meyakinkan Rezel sambil tersenyum kecut. Sang wanita dan gadis yang datang bersamanya juga ikut khawatir melihat tampang sedih yang diperlihatkan Deus beberapa saat lalu. Terutama gadis berambut hitam yang duduk di sebelah kiri Rezel itu.
“J-jadi, apa yang ingin anda bicarakan?”
“Bukankah aku sudah menjelaskannya tadi? Istri dan putriku ingin berterima kasih kepadamu secara langsung. Apa kau memperhatikan Rena sampai-sampai tidak mendengar ucapanku?”
“B-bukan seperti itu, aku tak memperhatikan putri anda.”
“Benarkah? Sejak tadi kau memandanginya sehingga membuat ia malu. Lihatlah betapa merahnya pipinya saat ini.”
“A-ayah!”
Berusaha menggoda Deus dan putrinya sendiri, Rezel mencetuskan beberapa kalimat candaan yang dapat membuat orang lain salah paham. Sang gadis yang kelihatannya bernama Rena itu hanya bisa menundukkan wajahnya yang memerah karena malu, sedangkan Deus hanya tersenyum masam.
“Sayang, jangan menggoda Rena dan Rudeus, goda aku saja.”
“Tentu, bidadari kesayanganku.”
Deus yang melihat kemesraan sepasang suami-istri yang jelas-jelas dilakukan di tempat umum ini segera mendorong kursinya sedikit agar menjauh dengan tatapan datarnya. Ia tak menyangka kalau Rezel Hansilva yang sangat disegani dan dikagumi banyak orang dapat seberani ini mengumbar kemesraannya besama istrinya. Untuk sesaat, ia merasakan jijik dari pasangan ini.
“Ibu, ayah, bukankah kalian sudah berjanji untuk tidak melakukan itu di tempat umum?”
Mendengar suara yang berasal dari Rena, sepasang suami-istri mesra itu tersadar dan segera menyudahui kemesraan mereka yang ternyata mengundang perhatian dari beberapa orang di tempat itu.
“Ah, benarkah? Maaf kalau begitu. Maafkan kami juga, Rudeus.”
“Y-ya.”
Deus hanya bisa mengiyakannya saja. Istri Rezel memperbaiki posisi duduknya dan mengalihkan pandangannya kepada Deus.
“Rudeus, terima kasih telah menyelamatkan Althea, aku sungguh bersyukur dirimu berada di dekatnya waktu itu.”
“Tak masalah, lagipula badanku bergerak sendiri.”
“Wah, bergerak sendiri? Bukankah itu seperti tokoh pahlawan di kartun yang sering kamu tonton, Rena?”
“M-mama!”
Dalam sejekap, Deus dibuat kebingungan dengan alur pembicaraan ini. Ia tidak mengerti tokoh pahlawan di dalam kartun yang dibicarakan istri Rezel, lalu Rena yang tiba-tiba mengubah panggilan pada ibunya dari ‘ibu’ menjadi ‘mama’. Itu agak membingungkan.
“Maaf kak Rudeus, ibuku memang orangnya sering menggoda orang lain.”
‘Memangnya siapa yang menggoda dan siapa yang di goda? Bukannya kamu yang di goda? Kenapa meminta maaf padaku?’
Deus kembali tersenyum masam mengiyakan ucapan dari Rena. Awalnya ia mengira keluarga di hadapannya ini adalah keluarga yang harmonis, ternyata cukup banyak pertengkaran kecil dalam candaan dan perbedaan pendapat di antara mereka. Yah, karena itulah keluarga ini menjadi keluarga yang harmonis.
Mereka berempat melanjutkan obrolan mereka dengan menceritakan beberapa kisah dan kejadian lucu yang diikuti tawa. Terutama ketika Deus menceritakan ketika ia yang kekurangan uang untuk membeli pedang yang ia inginkan dan dikejar oleh Wild Boar sampai ke kota di Orbis Online. Mereka semua tertawa terbahak-bahak, terutama Rena.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 261 Episodes
Comments
Risang
jangan2 Rezel itu pak GM
2022-12-04
2
arfan
1067
2021-11-30
0
Gz'baker
haha ama rena ajh lha yaO_o
2020-11-13
3