Episode 14

Kebahagiaan dan kesedihan datang silih berganti. Kamu... tidak akan selamanya bersedih. Pun tidak akan selamanya bahagia. Seperti kamu menghadapi bahagiamu. Seperti itu pula hadapi kesedihanmu. Kekuatan hadir pada orang- orang yang berjuang. Bukan yang selalu lari tunggang langgang.

.

Ku rem mendadak mobilku.

'' TIIIN!!! TIIIN!!!!" bunyi klakson mobil- mobil di belakangku. Tanda mereka protes akan tindakanku.

Aku keluar dari mobil.

'' Maaf... maaf...'' ucapku sambil setengah membungkuk pada orang- orang di mobil itu.

Kemudian aku segera menghampiri Abraham yang kembali menangis di tepi jalan yang sama dengan waktu itu.

Kali ini aku tidak berencana memanggil Nadia. Mudah- mudahan aku bisa mengatasinya.

Seorang bapak tua datang sambil membawa sebotol air mineral. Kurasa dia membawakannya untuk Abraham.

'' Oh ! Kamu keluarganya? '' tanya bapak tua itu padaku.

Aku tersenyum dan mengangguk.

Bapak tua itu memberikan air mineral itu padaku.

'' Biasanya ada gadis cantik yang menjemputnya. '' ucap bapak tua itu lagi.

Yang dimaksud pasti Nadia.

'' Sudah hampir satu setengah tahun sejak kecelakaan malam itu. Anak ini masih saja sering kesini dan menangis melihat jalanan itu. ''

'' Kecelakaan?? '' ucapku penuh pertanyaan.

'' Kamu tidak tahu?? ''

Aku menggelengkan kepalaku.

'' Malam itu... aku sebagai salah satu saksi mata. Ketika terjadi tabrakan antara 2 mobil. Dimana 1 mobil dikendarai ibu dari anak ini beserta anak ini. Dan 1 mobil lagi... dikendarai oleh gadis cantik yang biasa menjemput anak ini disini...''

Aku sama sekali tak bisa menyembunyikan ekspresi keterkejutanku.

'' Saat itu...'' lanjut bapak tua bercerita '' anak ini masih dalam keadaan sadar meskipun ada sedikit luka di kepalanya. Sementara ibunya tampaknya mengalami luka di bagian kepala yang cukup serius. Dan gadis di mobil satunya pun dalam keadaan tak sadarkan diri dan kritis. ''

Nadia akhirnya selamat. Abraham juga. Lalu...

'' Lalu bagaimana dengan ibu Abraham? '' tanyaku.

'' Beberapa bulan setelah kecelakaan itu. Aku baru tahu dari mulut gadis yang selamat dari kecelakaaan itu. Bahwa ibu Abraham tak selamat. Dan gadis itu dan keluarganyalah yang bertanggung jawab atas Abraham sekarang. ''

Kulihat Abraham lebih dalam sekarang. Pasti sakit sekali rasanya. Setelah sekian lama. Abraham masih menangisi jalanan terakhir bersama ibunya.

Dan Nadia... entah apa yang kamu alami setelahnya. Abraham yang sekecil ini saja merasakan sakit yang luar biasa. Bagaimana denganmu yang telah dewasa. Yang sudah memahami beratnya tanggung jawab moral. Yang mungkin ketika melihat Abraham, mengingatkanmu pada kecelakaan itu. Seumur hidupmu.

Bapak tua itu meninggalkan aku berdua dengan Abraham sekarang.

Aku duduk berlutut disamping Abraham.

'' Minumlah, Nak...! '' ucapku pada Abraham lembut.

Abraham meminum air mineral dari bapak tua itu sembari kubelai lembut kepalanya.

Aku mengusap airmata di kedua pipinya.

'' Kita pergi dari sini yaa...'' ajakku lembut akan tetapi Abraham tidak mengiyakan.

''Ehmm... bagaimana jika kita pergi makan dulu. Jika setelah makan Abraham masih ingin kesini. Om akan mengantar Abraham. Setuju?? ''

Abraham memandangku. Kemudian menunduk dan berpikir. Tak berapa lama kemudian, dia mengangguk menyetujui ajakanku.

.

.

Harus mengajaknya makan apa? Abraham sama sekali tidak mau bicara padaku.

Kuajak Abraham ke lantai 3 mall. Aku mengajaknya berkeliling dulu melewati tempat- tempat makan sambil memperhatikan pandangan matanya. Siapa tahu dengan cara ini aku dapat referensi mengajaknya makan dimana.

Sejauh ini. Aku hanya melihat ketertarikan Abraham ketika melihat ice cream.

Karna itulah aku mengajaknya kesini sekarang.

'' Tunjuklah mana yang Abraham mau. '' ucapku.

Abraham memandangku. Kemudian mengacungkan jari telunjuknya padaku.

'' Tidak tidak! Tidak harus satu. Ice cream manapun yang Abraham mau tunjuk saja. ''

Abraham tersenyum.

Ini pertama kalinya kulihat Abraham tersenyum. Hatiku tersentuh.

.

Aku hanya duduk memandangi Abraham yang menikmati ice creamnya.

Kemudian diam- diam ku potret dia. Kukirim foto itu sekaligus pesan pada Nadia.

' Jangan cemas dan mencari Abraham. Dia bersamaku '

Beberapa detik kemudian Nadia langsung menelponku.

'' Bagaimana Abraham bisa bersamamu? '' ucap Nadia ketika kuangkat telponnya. Aku saja belum sempat say hallo.

Aku agak menjauh dari Abraham. Sambil memantaunya dari sini.

'' Aku bertemu Abraham di jalan tempat dia menangis waktu itu. Maaf tidak langsung mengabarimu. Aku hanya tak ingin kamu cemas. Aku akan mengantarnya padamu sekalian menjemputmu di tempat kerja. ''

'' Manisnya...'' sahut Nadia.

'' Hah?? '' responku agak terkejut.

Nadia tertawa.

'' Abraham terlihat manis di foto ini. '' ucap Nadia dengan nada yang aku tak tahu maksudnya apa.

'' Oh... kirain apa...'' jawabku.

'' Yang sedang berbicara di telpon saat ini denganku juga makin hari makin manis sekali... ''

'' Hah?? '' Nadia mengejutkanku sekali lagi.

'' Sampai bertemu di rumah sakit. '' ucap Nadia yang langsung menutup telponnya sembari tawanya masih terngiang di telingaku.

Manisnya perasaan ini...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!