Haruskah ku kirimkan pesan untuknya? Ataukah langsung menelponnya saja?
Aku mulai mengetik pesan untuknya ' Hai... ' tidak tidak! Kuhapus lagi pesannya. Aku mulai mengetik yang baru ' Bisakah aku menjemputmu... ' ah tidak tidak! Terlalu blak blakan sekali.
Lalu harus bagaimana mengawalinya?
Meminta bantuan ibu? Ah itu lebih konyol lagi. Ayolah Ibra... usiamu sudah 31 tahun.
Hp ku berbunyi. Ada 1 pesan Wa masuk.
' Bisakah menjemputku pulang kerja? Nadia. '
Aku masih kaget sambil terus memelototi pesan itu.
Selang beberapa saat kembali ada Wa masuk.
' Jika tidak bisa, tidak apa- apa. Jangan terlalu dijadikan beban. '
Langsung kubalas sigap.
' Bisa. '
Kembali ada pesan masuk.
' Kutunggu... '
Tanpa sadar aku tersenyum memandangi pesannya. Bagaimana bisa kebetulan sekali? Dan bagaimana... dia lebih berani. Ataukah... aku yang terlalu payah.
.
.
Nadia melambaikan tangan padaku yang berdiri di samping mobil. Spontan aku pun melambaikan tangan, yang ketika kusadari pelan tapi pasti aku menurunkan lambaian tanganku.
" Menunggu lama? " tanyanya.
" Tidak. "
Nadia tersenyum.
" Betul- betul kaku sekali. " ucapnya.
" Hahh?? "
" Tidak ! Tidak apa- apa. Lupakan saja. " ucapnya sambil tertawa kecil.
Ku bukakan pintu mobil, dia masuk sambil tetap tertawa kecil dan mengucapkan " Terima kasih. "
Kali ini aku bertekad. Dalam perjalanan mengantarnya aku harus mengajaknya ngobrol.
Dan...
.
.
Sampai di depan rumahnya. Tak sekalipun aku mengeluarkan kalimat dari mulutku. Semua kalimat seakan berputar- putar dalam pikiranku.
Se bodoh inikah aku??
" Ibra... "
" Ya? "
" Kenapa tampak tegang sekali? "
" Aku ingin mengajakmu ngobrol selama perjalanan. "
" Lalu? "
" Aku tidak tahu harus mengatakan apa. " jawabku polos.
Nadia tertawa. Lebih lepas dari sebelumnya. Terus dan terus tertawa. Dan tawanya membuatku ikut tertawa tanpa kusadari.
" Jangan berusaha terlalu keras Ibra. Kita tidak sedang menghadapi ujian yang membuat kita dipaksa harus lulus. Kita tidak sedang dalam perlombaan yang membuat kita harus menang. Kita hanya harus saling mengenal. Tidak usah terlalu terburu- buru. Sesuaikan saja dengan kecepatanmu. "
" Ini pertama kalinya untukku. "
" Benarkah?? Woww...! Serius Ibra? "
" Begitulah. "
" Hahaha... baiklah. Dari sejauh yang kulihat, ini memang seperti kali pertama. "
Dan kamu Nadia... tidak membuat pertama kaliku sesulit yang kubayangkan. Terima kasih telah mau mencoba mengenal dan berteman.
'' Mau mampir? '' tanya nya.
'' Mungkin lain kali . '' jawabku.
'' Baiklah... aku masuk dulu ya... ''
'' Iya. ''
Sebelum masuk ke gerbang rumahnya, dia kembali menoleh padaku dan melambaikan tangan. Dan kini aku dengan sadar dan sepenuh hati membalas lambaian tangan itu.
.
.
.
Aku kembali ke restoranku. Tumben tidak ada pelanggan sama sekali. Ah pantas saja. Di depan pintu tanda CLOSE yang terpampang. Aku segera masuk untuk menanyakan pada karyawanku.
'' Kenapa tutup? '' tanyaku.
'' Ada pesanan 400 porsi untuk jam 8 malam nanti bos. Ini menu- menu nasi goreng yang di pesan. ''
Ipung memberiku selembar kertas catatan.
'' Tulisan siapa ini? '' tanyaku.
'' Itu catatan yang di berikan pemesan tadi bos, soal tulisan siapa kurang tahu bos. ''
'' Perempuan? '' Aku semakin penasaran.
'' Laki- laki bos. ''
Hmm... ternyata bukan dia.
Ayolah Ibra. Di dunia ini banyak orang yang berkemungkinan memiliki tulisan yang sama.
'' Baiklah ayo siap- siap membuat pesanan. Jangan sampai pelanggan kecewa. Nanti soal pembayaran dan pengambilan pesanan biar kamu yang urus Pung. ''
'' Lhoo...bukan bos sendiri? ''
'' Ada jadwal kencan Pung. ''
Ipung tertawa. Entah tawa karna merasa ucapanku lucu atau mengasihaniku.
Hari ini adalah jadwal kencanku bersama ibu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments