Episode 9

Hp ku berdering. Nadia memanggil.

'' Iya, Nad? ''

'' Bisa menemaniku nanti malam ke pesta pernikahan teman? ''

Apa aku tidak salah dengar?

'' Bisa?? '' lanjut Nadia.

'' Bisa. Aku jemput di rumah kamu. Jam berapa? ''

'' Kamu bisa menjemputku jam 8 nanti malam. ''

''Baiklah. Sampai bertemu nanti malam. ''

Aku harus berpakaian seperti apa? Ini kali pertama aku datang ke pesta pernikahan berpasangan. Aku tidak boleh membuat Nadia malu di lingkungannya.

Apa aku harus membeli jas?

Hp ku kembali berbunyi. Ada pesan masuk.

' Kamu terlihat keren jika memakai setelan kemeja putih dan celana bahan, ditambah jam tangan yang biasa kamu kenakan (emot tertawa)'

Aku hanya bisa senyum- senyum sendiri membacanya. Bagaimana kamu selalu bisa membaca kesulitanku? Bagaimana kamu bisa membuat semuanya terasa mudah bagiku. Bagaimana kamu bisa sama persis dengan...

Senyumku menghilang.

Bagaimana kamu bisa sama persis dengan Sarah? Seperti apa Nadia memperlakukanku kini. Seperti itulah dulu Sarah berlaku.

Apa ini cara Engkau mengabulkan permintaanku Tuhan? Ketika aku meminta Sarah, Engkau mengirim Nadia dengan segala sikap dan sifat Sarah.

.

.

.

Setelan kemeja putih dan celana bahan, ditambah jam tangan dan sepatu kulit warna hitam dengan tatanan rambut yang begitu rapi.

Ini pertama kali aku serapi ini. Benarkah ini dirimu Ibrahim. Aku menggeleng- gelengkan kepala sambil tersenyum sendiri di samping mobilku. Tepat di gerbang rumah Nadia.

'' Ada yang lucu tuan Ibrahim? ''

Ah memalukan sekali! Kenapa bisa aku tak menyadari kedatangan Nadia.

'' Ehm... silahkan...'' aku membukakan pintu mobil sambil mempersilahkan Nadia masuk.

Saat Nadia melangkahkan kaki memasuki mobil, Abraham berlari kencang dari dalam dan langsung memegang tangan Nadia.

'' Hei... kenapa sayang? '' ucap Nadia lembut.

Abraham makin erat memegangi tangan Nadia. Aku dan Nadia saling berpandangan.

.

.

Kami bertiga sampai di tempat pesta. Ya ! Kami membawa Abraham bersama kami.

Kami berjalan berdampingan. Abraham ada di tengah- tengah kami.

Nadia memberikan ucapan selamat kepada mempelai, aku pun mengikutinya.

'' Ehm! Ehm! Siapa Nad?'' tanya mempelai wanita sambil melirik ke arahku.

'' Pasangan kondangan .'' jawab Nadia sambil tersenyum

Pandangan mempelai wanita beralih pada Abraham yang ternyata baru kusadari tangannya menggandeng tanganku.

Kali ini mempelai wanita dengan bahasa isyarat mempertanyakan siapa Abraham. Dan ini kali pertama aku melihat Nadia kesulitan menjawab pertanyaan. Ekspresi bingungnya tampak jelas olehku.

'' Perkenalkan, Abraham putraku. '' ucapku pada kedua mempelai.

Ekspresi kedua mempelai agak sedikit berbeda dari di awal. Dan ekspresi Nadia? Jangan di pertanyakan lagi. Sama persis ketika dia tahu aku pemilik sekaligus chef restoran dunia nasgor. Bahkan mungkin lebih dari itu.

.

Beralih dari kedua mempelai. Aku, Nadia dan Abraham duduk satu meja dengan teman- teman Nadia yang lain. Beberapa wanita dan beberapa pria.

Sesekali Nadia ngobrol dengan mereka. Dan seringkali fokus padaku dan Abraham.

Tibalah saat mereka semua juga Nadia membahas masa- masa kuliah mereka, tiba- tiba salah satu teman wanita Nadia bertanya padaku.

'' Dulu kuliah dimana Ibra? Ambil jurusan apa?''

Pandangan mereka semua beralih padaku. Termasuk Nadia. Terlihat dia begitu bersemangat mengetahui lebih banyak tentangku tapi... mungkin kali ini akan sangat mengecewakanmu Nadia.

Dan mempermalukanmu di depan teman- temanmu. Seandainya bisa mengulang waktu. Mungkin lebih bijak jika aku tidak memaksakan diri masuk dalam lingkunganmu.

'' Aku tidak kuliah. Hanya lulusan SMA. "

''Oh...'' ucap beberapa teman Nadia dengan ekspresi sedikit meremehkan kurasa.

'' Kalau dengan berijasah SMA bisa membuatku memiliki restoran sendiri sekaligus menjadi chef utama di restoranku sendiri maka aku akan bangga dengan diriku sendiri. '' ucap Nadia dengan senyum sumringahnya padaku.

'' Ibra memiliki restoran??'' tanya salah satu teman wanita Nadia yang lain.

Nadia mengangguk dengan cepatnya.

'' Tahu restoran dunia nasgor yang viral itu? Dengan menu- menu yang luar biasa memanjakan lidah itu. Ibrahim lah pemilik restoran itu sekaligus chef utama disana. '' terang Nadia.

Pandangan meremehkan itu berganti takjub. Akupun begitu takjub dengan Nadia yang ternyata pandai memamerkanku juga.

Terimakasih... telah membuatku dihargai.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!