Hati Untuk Nadia
Bolehkah kukatakan sesuatu? Dimana mulutku selalu menyangkalnya di hadapanmu dulu. Tapi di hatiku, apa yang kusangkal semakin kuat untukmu.
Tahukah kamu?
Ketika kini 11 tahun berlalu. Hatiku masih sama seperti yang dulu. Dan mulutku tak lagi menyangkalnya di hadapanmu. Sejak saat itu. Saat kuputuskan, menyimpanmu dalam kenangan dan melanjutkan hidupku.
Tahukah kamu? Ternyata itu tak semudah pikir dan rencanaku.
Kamu... masih saja hadir dalam setiap langkahku, setiap nafasku, setiap sedihku pun setiap bahagiaku.
Aku... tak pernah bisa benar benar membencimu. Baik dalam angan maupun sadarku.
Kamu... bisakah menolongku?
Aku... Ingin bersamamu sekali lagi. Tak mengapa meski tanpa balasan cinta. Karna lebih baik kamu sayangi sebagai adik daripada kehilanganmu dan hatiku sesakit ini.
Sarah... bila satu saat takdirku bersinggungan denganmu. Masihkah kamu mengenaliku sebagai Ibrahim adikmu?
*****
Seperti biasa. Malam mingguku di isi dengan dinner bersama ibuku. Semoga malam ini tidak ada pertanyaan wajibnya...
"Sudah menemukan menantu untuk ibu?"
Dan pertanyaan itu sudah keluar dari bibirnya.
Aku terus sibuk makan seolah tak mendengar pertanyaannya.
"Oh ya! Tekanan darah ibu sudah turun?"
"Belum."
"Ayolah bu...! Jangan suka telat atau bahkan tidak meminum obat ibu."
"Tidakkah kamu ingin berumah tangga,Nak? Usiamu sudah 31 tahun. Meskipun kamu tidak kaya setidaknya kamu sudah memiliki usahamu sendiri. Secara usia dan finansial bukankah kamu sudah cukup dikatakan mampu untuk berumah tangga?"
Bu... hatiku sangat sakit tiap melihat matamu menahan airmata. Akan tetapi bu... bagaimana bisa aku mampu membahagiakan anak gadis orang, sementara aku sendiri tidak bahagia ibu.
"Memilikimu sudah cukup bagiku bu."
Selalu. Itu yang keluar dari mulutku.
"Ibu sudah tidak muda dan tidak selalu bisa disisimu , Ibra..."
"Bukankah ibu masih di sisiku? Jangan berpikir untuk meninggalkanku selagi ibu masih bisa di sisiku. Juga begitu denganku. "
Ibu hanya menghela nafas berat.
Bu...bagaimana kujelaskan padamu? Ada yang hilang dari hati putramu. Sejak belasan tahun lalu. Sejak aku berpamitan padamu di malam hujan deras itu. Saat aku tak mengindahkan teriakanmu dan tetap menerjang hujan deras dengan motorku.
Malam itu aku menemui gadis yang kuharapkan bisa kubawa ke hadapanmu dan memperkenalkannya sebagai calon menantumu bu. Gadis yang mampu membuatku merasakan cinta sekaligus mempercayainya.
Gadis itu pula lah. Yang sejak malam itu hingga saat ini membuatku tidak bisa membawakan menantu lain untukmu bu. Gadis yang selalu kupanggil kak Sarah. Gadis yang selalu menemani masa masa sulitku sejak ayah memilih meninggalkan kita.
Dia memberiku pekerjaan paruh waktu agar aku bisa melanjutkan sekolahku. Saat itu ibu terlalu terpukul karna di tinggalkan ayah. Dan aku tidak ingin semakin membebanimu bu.
Bahkan ketika ibu dirawat di rumah sakit. Saat aku bahkan tidak punya cukup uang untuk membayar biayanya. Dialah yang satu- satunya datang kepadaku. Menenangkan dan menyelesaikan kecemasanku tentang biaya.
Tangannya... adalah satu- satunya yang menggenggam tanganku saat gemetar. Adalah yang selalu menepuk pundakku untuk memberi tahuku bahwa semua akan baik- baik saja.
Beri tahu aku bagaimana cara mencintai gadis lain selain dia sementara di manapun aku berada kenangannya selalu kubawa.
"Ini" Ucap ibu sambil memberiku sebuah foto.
"Namanya Nadia. Anak teman ibu. Seorang perawat." lanjut ibu
"Lalu ?" Ucapku tak mengerti.
" Jemput dia besok di rumah sakit tempatnya bekerja."
" Tapi bu..."
Dan ibu sudah meninggalkanku di rumah makan ini sendiri.
Sarah...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
anggita
smangat trus thor., klo suka cerita silat mari mampir novel 13 Pembunuh, trims dan like👍
2020-11-29
1