'' Kenapa kamu selalu tiba- tiba menghilang dan sengaja menghindar tiap kali kamu tahu... ah! salah ! lebih tepatnya kuberi tahu bahwa aku sedang bersama Hito. '' Ucap sarah dengan nada agak meninggi.
Karna aku cemburu. Rasa sakitku membuatku menjaga jarak darimu.
'' Kenapa tak menjawabku? Kenapa selalu diam tiap kali aku mempertanyakan ini? ''
Aku menjawabmu. Selalu. Dalam hatiku.
'' Ibra... jangan membuatku benar- benar berfikir bahwa kamu menyukaiku... ''
Lalu kenapa jika aku menyukaimu? Salahku? Tidak bolehkah aku? Tidak pantaskah aku?
'' Ibra... kamu menyukaiku? '' tatapmu begitu tajam padaku. Akan tetapi kutemukan ketakutan dalam sorot matamu. Bahwa kemungkinan bahwa aku mengatakan aku menyukaimu, tidak dapat kamu atasi.
'' Aku menyukaimu...'' ucapku.
Kudapati dirimu menegang.
'' Sebagai kakakku. ''
Kudapati kelegaan dari caramu menghela nafas.
'' Jangan bercanda Ibra! '' ucapnya sembari memukul lenganku. '' Berhenti membuatku cemas dengan tiba- tiba menghilang. Tidak mengangkat telponku atau pun membalas pesanku. ''
Aku tersenyum. Kamu pun membalas senyumku seolah senyumku adalah sebuah janji bahwa aku akan bisa mengatasi diriku saat mengetahui kamu bersama Hito.
Senyummu...senyum itu yang seringkali...
.
Aku terbangun dari tidurku.
Senyum itu yang seringkali membangunkan tidurku di tengah malam yang sunyi. Waktu yang benar- benar tepat untuk menusuk inti hati. Saat tak ada siapa- siapa. Saat tak ada kesibukan dan rutinitas yang merampas pikiranku.
Senyummu... benar- benar anak panah yang siap melukaiku lagi dan lagi.
Bolehkah kini kujawab mengapa aku selalu diam. Mengapa aku membiarkan perasaanku padamu menjadi milikku sendiri?
Karna aku yakin kamu takkan bisa mengatasi ini. Aku tak bisa membiarkan perasaanku padamu menjadi penghalang perasaanmu pada seseorang. Perasaanku padamu tak seharusnya menjadi beban hidupmu seumur hidup.
Kenapa aku memutuskan pergi setelah malam itu? Malam dimana kamu secara resmi memperkenalkan Hito sebagai pacarmu.
Karna aku tidak ingin merusak kebahagiaanmu. Aku takut tak bisa mengendalikan cemburuku. Aku takut tak bisa menyembunyikan perasaanku lagi. Lebih dari itu aku tak ingin menjadi penyebab ketidak bahagiaanmu.
Yang kupilih adalah.
Dibenci olehmu. Di cap sebagai adik yang meninggalkanmu. Sebagai adik yang tak tahu terima kasih. Dan untuk membayar pilihanku. Tahukah kamu? Tidak seharipun dalam 11 tahun ini aku tidak merindukanmu.
.
Aku duduk dan menikmati kopiku di dapur. Karna percuma mencoba tidur kembali. Itu tidak akan berhasil.
'' Kenapa bangun selarut ini? ''
'' Kenapa ibu juga bangun selarut ini? ''
'' Karna ibu mendengar ada suara di dapur. Dan ternyata putra ibu sedang merenung sendiri di dapur. ''
Aku tersenyum.
'' Maukah kamu mengenal Nadia lebih jauh? '' ucap ibu yang kini sudah duduk berhadapan denganku.
Tiba- tiba aku teringat nadia saat mengucapkan akan lebih berat jika ia sama sekali tak berusaha mengabulkan permintaan ibunya.
'' Aku akan mencoba mengenalnya lebih jauh bu...''
''Benarkah?? ''
'' Kenapa ibu seterkejut itu? ''
'' Tumben dengan begitu mudah mengiyakan permintaan ibu? Seperti bukan putra ibu saja... ''
'' Maaf sering mengecewakan ibu. ''
'' Kamu adalah putra terbaik yang pernah ibu miliki. Jika dalam perjalanan tidak ada kecocokan yang kamu temukan bersama Nadia. Usahakanlah kalian tetap bisa berteman. Dia gadis yang baik. Jika ibu memiliki anak perempuan, ibu berharap seperti Nadia lah putri ibu. ''
Aku akan berusaha untukmu bu. Lukaku tidak seharusnya melukai ibu juga. Bila Nadia adalah bagian dari bahagia ibu, aku akan berusaha membuatnya bahagia. Lebih dari itu aku belum bisa bu.
'' Bisakah ibu memberiku nomer telp Nadia? ''
'' Tentu. ''
Ibu terlihat begitu bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments