Ya boneka beruang berwarna pink yang telah di rusak oleh Dimas. sebenarnya bukan sepenuhnya kesalahan Dimas juga.
Semua berawal saat aku ingin memperlihatkan pada teman temanku tak sengaja Dimas menyenggol aku dan boneka ku jatuh di sebuah kubangan kecil penuh lumpur dekat sekolahku.
Saat Dimas mengambil dan memberikannya padaku aku tak mau karena beruang itu penuh kotor dengan lumpur aku jijik dan tak mau menerimanya aku memukulinya.
Bukan karena bonekanya tapi karena itu pemberian dari ayahku. Aku sangat menyayangi ayahku. Karena kesal boneka itupun ku buang.
Aku tersenyum ke arah Dimas .
"Kamu masih ingat?" Aku cium boneka beruang itu lalu aku memeluknya dengan perasaan rindu "Apa itu seperti yang kamu punya? Aku mencarinya sangat susah yang sama persis dengan kepunyaanmu dulu." Dimas pun membelai bulu beruang itu.
"Terima kasih Mas, kamu jadi mengingatkan aku pada waktu itu. Aku tak tahu kalau kamu sangat sayang padaku hingga kamu masih mengingat apa yang kusuka." Dimas kembali tersenyum padaku.
Dia menyentuh jari jemariku yang masih memegang boneka itu.Dia mendekat padaku lalu memelukku perlahan dengan penuh sayang.
"Sampai kapanpun aku akan menyayangimu." Ucapnya. Ku tatap sepasang mata yang teduh dan penuh dengan cinta.
"Kita kembali ke rumahmu pasti mereka akan mencarimu kita sudah cukup lama menghilang." Dimas tiba tiba mengajakku pergi.
Dimas, Dimas aku berharap kamu lebih, membuatku baper saja. akupun menarik napas berusaha menguasai hatiku yang mulai merasakan kehangatannya tangannya.
Dimas menarik tanganku keluar dari rumah dengan boneka yang kupeluk menuju ke mobil kembali ini pemberian yang sangat berarti untukku.
Sepanjang jalan itu aku banyak tersenyum. Rasanya bahagia sekali aku hari ini, apa yang hilang seakan kembali dalam pelukanku. Dimas hanya tertawa kecil melihat tingkah lakuku yang seperti kembali ke masa remaja dulu.
Kulihat lampu jalan yang berkelap kelip penuh dengan warna membuat aku semakin terbuai dan terlena. Akhirnya kami tiba dirumah.
Mereka sekarang bercanda terdengar gelak tawanya. Para tamu dari keluarga Ervan pun masih asyik menikmati hidangan diiringi musik yang mengalun merdu. Gita terkejut melihat diriku.
"Kaka kemana saja? Ayah tadi mencarimu!" Gita datang menyambut ku, matanya melihat boneka yang kupegang di dadaku.
"Itu seperti yang punya kaka dulu?" Gita bertanya padaku.
"Ya tadi aku kerumah sepupu Dimas yang tak jauh tinggalnya dari rumah Dimas, mengambil ini!" Bisikku di telinga Gita. Menunjukkan boneka beruang itu.
"Pantas kaka pergi Lama sekali."
"Ya sorry ya Git kamu tak marah kan?" Kataku dengan nada penuh penyesalan.
"Kaka, tentu saja tidak, kenapa aku harus marah di hari bahagiaku ini." Gita memeluk diriku, sementara Dimas asyik mengobrol dengan ayahku yang dari kejauhan melihat boneka yang kupegang.
"Kamu pasti bahagia sekarang, selangkah lagi kamu akan menikah dengan Ervan itu kan yang kamu inginkan selama ini." Gita mengangguk lalu mengusap air mata yang tergenang di pelupuk matanya.
"Kenapa kamu menangis?" Aku lalu mengusap juga pipinya dengan tanganku.
"Aku minta maaf karena telah mendahului kaka, aku juga dengar semua saudara meledek kaka terus." Suara Gita di sela tangisnya yang tertahan.
"Jangan berbicara seperti itu aku sangat bahagia, kamu lihat Dimas sudah hadir, paling tidak itu bisa menepis anggapan kalau aku juga akan menyusulmu segera." Hiburku pada Gita.
"Aku akan mendoakan yang terbaik untuk kaka" Aku dan Gita berpelukan dengan erat.
"Git, bisa ambilkan aku minum!" Suara Ervan membuat kami melepaskan pelukan. Ervan menatap kami berdua sambil mengacungkan gelas kosongnya.
"Kalian seperti teletubbies berpelukan terus." Ervan meledek kami berdua. Aku jadi tertawa mendengarnya.
"Oh ya sayang, aku lupa." Gita mengambil gelas itu lalu pergi meninggalkanku.
Ervan lalu berbincang dengan Dimas terkadang diselingi dengan tertawa. Pertama kali mereka bertemu tapi terlihat sudah sangat akrab. Aku lalu duduk sambil memainkan boneka beruang yang aku namakan Dimas sesuai dengan yang memberikan. Aku tertawa geli jadinya.
"Boneka itu sama persis yang dulu ayah kasih padamu." Tiba tiba ayah sudah duduk di sampingku.
"Ya ayah aku sendiri sudah lupa tapi Dimas mengingatkan kembali masa masa dulu." Ucapku menatap ayah.
"Itu berarti Dimas sangat perhatian padamu nak, kamu harus bisa menjaga pemberiannya dengan baik." Ayah memegang pundakku dengan tangan kirinya lalu memelukku.
Aku teringat setelah boneka itu ku buang aku pulang dengan menangis padahal aku sudah besar. Ayah yang kudapati di rumah sedang bersama ibupun kaget. Mereka pikir ada hal yang terjadi pada diriku. Ayah mendengarkan semua ceritaku.
Ayah pun cuma tersenyum ,"Kamu ini seperti anak kecil saja kau sudah SMA lagian kita bisa membelinya lagi " Hibur ayah padaku.
"Seharusnya jangan kamu buang kan bisa di cuci!" Saran ibu padaku.
"Bukan itu bu, si Dimas itu ngeselin sial sekali ketemu dia, coba kalau aku tak berpapasan dengan dia pasti aku sudah pamerkan ke teman temanku." Ucapku pada mereka berdua.
"Ayah, di sini belum ada yang seperti ini mau membeli di mana? Ayah juga tak mungkin ke luar negeri lagi itu juga karena ayah di ajak sama bos ayah, kalau tidak di ajak ayah tak akan pergi kesana." Aku merajuk pada ayah dengan nada sedih. Ayah berusaha untuk menenangkan ku. Dia mengusap kedua pipiku yang basah.
Ah, itu masa dulu malu kalau mengingat hal itu. Kekanak Kanakan sekali. Ternyata baru sekarang boneka ini kembali lagi padaku. Aku dan ayah lalu terdiam terbawa dengan pikiran masing masing.
Canda dan tawa mulai sudah tak terdengar tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam.
Acara pertunangan dan pertemuan dua keluarga pun sudah usai.
Pihak dari keluarga Ervan pun berpamitan mereka sangat senang dan bahagia dengan jamuan kami, tak berhentinya bu Ervan memujinya.
"Mungkin nanti kalau Ervan dan Gita menikah, kita pake catering yang itu saja ya bu rasanya sangat enak." Ibu tersenyum ke arah ibunda Ervan.
"Terserah ibu Ervan, saya ikut saja." Ibu memegang tangan ibunda Ervan. Merekapun lalu berjalan menuju ke mobilnya. Ervan melambai ke arah kami sekeluarga. syukurlah semua acara berjalan dengan lancar bisikku dalam hati.
"Arin, jangan lupa besok aku ingin periksa berkas berkas yang kutitipkan padamu sebelum aku pergi jangan sampai telat masuk kantor!" Pesan Dimas saat kuantar juga ke mobilnya.
"Tenang saja pak bos semua oke." Jawabku dengan jempolku. Dimas lalu masuk ke taxi yang sudah di pesannya. Ku lambaikan tangan ke arahnya.
Akupun lalu masuk ke dalam rumah dan menuju kamarku badanku mulai terasa pegal pegal. mandi dengan air hangat akan mengurangi rasa pegalku. Aku geraikan rambutku.
Memang benar rasanya segar sekali setelah mandi. Ku pandangi dua hadiah yang kuterima dari dua lelaki yang sangat spesial di hatiku. Kotak dengan kalung dan boneka beruang yang keduanya sangat berharga untukku.
Aku seperti melihat bayangan mereka berdua Dimas dan Rudy. Lalu kurebahkan badanku aku tak menyangka kisah cintaku akan seindah ini.
Alarm jam ponselku berbunyi sangat nyaring mataku masih mengantuk sekali. Rasanya baru aku pejamkan mata sudah pagi lagi. Lalu akupun menuju kamar mandi. Masih terkantuk kantuk ku coba mencari baju yang cocok untuk pagi ini.
Gita sudah sangat cantik duduk di meja makan dengan setumpuk buku di sampingnya. Sesekali dia meminum teh yang sudah di siapkan Ibu. Sementara Ayah masih sibuk dengan koran paginya.
"Pagi semua cintaku manisku" Aku bercanda pada mereka semua.
"Pagi ka Arin, wah ka Arin cantik sekali pagi ini." Gita melihatku dengan pandangan terpesona.
"Kamu juga cantik Gita sayang sudah sibuk kuliah ya?" Aku meminum teh yang ada di meja buatan ibu.
"Kamu ini, pagi pagi sudah kecentilan, ada apa? Sepertinya ibu tertinggal berita tentang anak ibu yang cantik ini." Ibu juga bercanda padaku "Biasa bu siapa lagi yang tidak senang baru dapat boneka baru dari ka Dimas" Gita menjawab pertanyaan ibu.
Ibu berkerut dahinya, "Boneka? Uh kalau ibu si tak mau dulu waktu ibu sama ayah ibu langsung minta perhiasan." Ibu melirik ayah..
"Ya ibumu itu cewek matre, sehabis membeli perhiasaan motor ayah jadi hilang." Ucap ayah pada kami berdua.
"Apa hilang?" Aku dan Gita menjawab bersamaan.
"Ya hilang di jual oleh ayahmu untuk membeli perhiasan itu, besoknya kalau datang ke rumah ibu dia jalan kaki." Ibu menjelaskan dengan muka sedikit cemberut.
Aku dan Gita pun tertawa bersamaan sambil menutup mulut nanti ibu bisa marah bila tertawa terlalu kencang.
Pagi itu sangat indah, ku masuki lift segera setelah terbuka seseorang masuk kedalam dengan tergesa, ternyata Tari! Aku langsung memeluk dirinya.
"Tari aku kangen ..kangen!" Aku masih memeluk dirinya.
Sama Arin aku juga kangen, maafkan aku ya tak bisa hadir di pertunangan adikmu" Suara Tari pun tak kalah histeris denganku.
Dia juga memeluk dan mencium pipiku "Bagaimana acara pertunangannya, lancar?" Tari bertanya padaku.
"Nanti aku ceritakan pas jam makan siang, sekarang kita kerja dulu." Sahutku mengedipkan mata ke arah Tari. Lift pun terbuka dan kami berpisah di depan Lift dan berjanji akan bertemu lagi saat jam makan.
Aku sangat bahagia sekali melihat Tari sudah seperti dulu lagi ceria tak ada lagi kesalah fahaman di antara kami berdua.
Aku ingin segera menceritakan semua yang terjadi pada Tari, saat itulah Dimas muncul di balik pintu jantungku terasa terhenti melihatnya. Dia menatapku dengan lembutnya .
"Pagi Arin" Sapa Dimas. Dia membuka kaca mata hitamnya.
"Pagi Mas" Aku berdiri sambil mengambil berkas yang ada di mejaku untuk di serahkan padanya. Meski aku suka dia, ini sedang ada di tempat kerja jadi aku harus profesional.
"Berkas yang kamu minta Mas!"' Ucapku melangkah mengikuti ke ruang kerja yang hanya di batasi oleh kaca .
"Oke, bisa kamu buatkan secangkir kopi untukku? Jangan terlalu manis karena kau sudah manis hari ini." Dimas mulai menggodaku lagi. Dia lalu duduk dan mengedipkan sebelah matanya padaku. Aku hanya melotot ke arahnya di tempat kerja ya kerja. Lalu meninggalkan dia untuk membuat kopi yang dia pesan.
Baru aku mau melangkah masuk terdengar teman teman kerjaku sedang bergosip di ruang pantry entah mereka sedang bergosip tentang apa sepertinya sangat serius sekali.
"Aku mendengar akan ada bos baru lagi di kantor kita ini." Suara Meisya dan Rara sedang bergosip.
"Maksudmu?" Rara sedikit tak mengerti.
"Ya , yang aku dengar ada penanam modal baru , untuk sementara dia berkantor di sini dulu mungkin untuk lebih dekat kali " Meisya menjawab pertanyaan Rara .
"Kamu tahu darimana Mes?" Tanyaku ikutan nimbrung lumayan dapat gosip baru.
"Dari pak Anwar mungkin besok kali dia datang katanya si cuma sampai tiga bulan saja." Jelas Meisya lagi padaku.
"Kata pak Anwar lagi dia duda anak satu, baru di tinggal istrinya tadinya dia berkantor di Kalimantan" Ucap Meisya dengan semangat.
Dasar mak mak pagi pagi udah bergosip lagi tahu saja Meisya ada kabar baru. Aku lalu menuang air panas di gelas. Aku berjalan menuju ke ruang kerja Dimas. Meletakkan secangkir kopi di atas mejanya. Sambil melirik kepadaku Dimas berhenti menulis.
"Terima kasih Arin, aku sudah periksa berkas yang kau kerjakan ini , aku akan bawa ke rapat dengan klienku nanti, mungkin aku pulang agak sore." Dimas berhenti bicara seperti menunggu aku mengatakan sesuatu tapi aku hanya diam saja."
Karena kamu tak mengatakan apapun itu berarti kamu sudah mengerti?" Aku hanya mengangguk saja.
"Baiklah, aku kembali ke mejaku lagi." Ucapku hendak membalikan badanku tapi refleks Dimas meraih tanganku. Aku sampai kaget. Akupun menoleh ke arahnya.
"I love you." Ucap Dimas dengan pelan di telingaku. Mukaku jadi memerah lalu aku segera berlalu meninggalkannya yang terus tersenyum padaku.
Aku duduk dengan salah tingkah kupegang kedua pipiku apa aku bermimpi apa yang Dimas ucapkan padaku, dadaku berdebar tak karuan, di tempat kerja seperti ini lagi. Coba kalau temanku lihat aduuh malu sekali bisa habis mereka membully aku.
Aku tak berani melihat ke arah Dimas.Tapi penasaran juga sih kalau tak lihat wajahnya.
Aku pejamkan mataku dulu, lalu kebuka mataku untuk melihatnya. Yernyata Dimas sudah ada di depanku. Dia tersenyum simpul padaku aku hanya menatapnya saja.
"Aku akan bertemu dengan klienku bila nanti ada klienku yang lain telpon nanti kamu atur ulang saja pertemuanku dengannya lagi karena mungkin aku agak lama." Kata Dimas.
"Ya baik aku kerjakan!" Hanya itu yang bisa keluar dari bibirku. Dimas lalu melangkah keluar. Oh my God aku jadi tak karuan panas dingin campur jadi satu.
Dimas ku yang ku sayang, aku suka , aku ....banyak sekali yang ingin kukatakan padanya tapi terasa kelu di bibirku saat berhadapan dengannya. Ingin rasanya kuteriak keras keras memanggil namanya. mengucapkan seperti yang ucapkan padaku .
I love you , i love you ..masih terngiang selalu di telingaku ini ..kata yang manis yang lama sudah kutunggu.
Akupun berpikir kapan aku bisa mengucapkan itu tapi aku harus mengucapkan juga agar tidak terganjal di hatiku terus tapi bagaimana caranya jika aku didepannya saja aku tak bisa berkata apa apa hanya diam dan diam saja seperti patung yang hanya menunggu dan diam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
jejakku kembali hadir
2021-02-01
0
Robi Asnuning
uwwuuuu....2.
2021-01-13
3
Siti Zubaidah
lanjut thor,👍👍👍👍
2020-12-19
1