Tak terasa sudah hampir 3 bulan aku sekantor dengan Dimas. Setelah melewati kejadian pemukulan waktu itu, ada satu yang ku ketahui kalau Dimas ternyata hanya
menganggapku dan Anita teman biasa saja mungkin lebih tepatnya tak mempunyai perasaan khusus pada kami berdua.
Kadang aku berpikir, dia terkadang memberi perhatian pada diriku mungkin itupun apa dia lakukan hanya sebatas teman juga. Aku tidak bisa menjawab pertanyaanku sendiri dan sepertinya hanya halusinasi aku saja mungkin.
Kulihat ada kartu undangan di ruang tamu, oh ternyata undangan reuni sekolahku yang waktu itu tertunda akhirnya terlaksana juga.
Melihat dari tanggalnya itu berarti satu minggu dari sekarang akan di adakannya, tempatnya pun tak jauh dari Jakarta, aku membayangkan masa masa dulu, gimana ya sekarang teman temanku mungkin lebih tepatnya sudah punya anak berapa mereka.
Ibuku selalu bilang bila bertemu dengan kawan lama bukan harta yang di tanya atau karir sampai mana atau berapa jumlah tabungannya, kata ibuku si anaknya sudah berapa yang di tanyakan.
Ku dengar sekilas juga teman temanku sudah ada yang menikah. Tak heran si, dengan umurku sekarang 28 tahun pastilah sudah ada yang menikah atau mungkin sudah punya anak satu atau dua, tapi mungkin itu juga hanya menurut pendapat ibuku saja. Suara Gita membuyarkan lamunanku.
"Undangan siapa ka?" Gita lalu mengambil undangan itu dari tanganku .
"Oh , Kaka akan reunian, tapi kalau lihat tanggal nya, Ervan dan keluarganya juga akan datang tanggal segitu Ka!" Sekarang Gita memandangku .
"Oh ya, terus gimana, mungkin kaka batalkan saja datang ke reunian itu, bisa kapan kapan." Aku menangkap kegelisahan di wajah Gita .
"Tapi ka, kapan lagi kaka bisa ketemu teman Kaka semua, mungkin cuma di reunian saja kaka bisa bertemu mereka sekaligus, belum tentu juga reunian diadakan dalam waktu dekat lagi, ya kan?" Wajah Gita kembali bersinar.
"Tak apa, pertemuan keluarga Ervan dan keluarga kita lebih penting, kaka tak ingin kau menunda lagi kelanjutan hubungan kalian." Aku juga mengerti Gita pasti ingin juga aku hadir di acara itu.
"Kaka, di rumah kan masih ada ayah dan ibu kita juga bisa mengundang paman dan bibi agar datang kemari, mereka pasti mau kaka pergi saja ke reunian." Saran Gita padaku. Dia lalu mengambil tasnya yang ada di kursi.
"Nanti aku yang bilang ke ayah dan ibu kaka santai saja, saya ingin pergi dulu, saya ingin mencari baju cauple untuk aku dan Ervan biar bagus gitu Ka" Gita berkata dengan senangnya .
"Baiklah kaka terserah kamu saja , hati hati di jalan " Aku melihat Gita berjalan keluar.
Aku lalu merenggangkan badanku dan masuk ke dalam kamar, lalu duduk di tepi tempat tidur. Gita akan segera menemukan jodohnya sedang aku ..dua kali aku gagal, entah kapan menemukan jodoh yang cocok. Ada rasa ingin seperti Gita menemukan seseorang yang tepat mendampingiku tapi siapa?
Ku bayangkan aku bisa berkeluarga mempunyai anak, tak terasa akupun tertidur dan terbawa ke alam mimpi. Di sana kulihat padang rumput yang amat luas dengan warna hijau membentang. Saat ku berjalan di tengah rumput itu, angin menyibak rambut dan bajuku. Aku berjalan tanpa arah yang jelas. Kurasakan tangan yang hangat mencegah jalanku, dia meraih tanganku dan menggenggamnya.
Ku coba melihat tangan itu bergerak ke atas lagi dan kulihat wajahnya, betapa terkejutnya aku itu wajah Dimas, sontak aku terbangun dari tidurku.
Apa itu hanya bunga tidurku? Atau aku yang terlalu memikirkan dia? Tiba tiba ponselku berdering. Aku angkat ternyata suara Dimas di seberang sana.
" Hallo Arin.."
"Yah ada apa Mas?" Pikiranku masih melayang di mimpi itu.
"Selama satu minggu aku tak masuk kantor, semua urusanku aku sudah kuserahkan pada bosmu lagi, pamanku sedang sakit, aku akan mengantarnya berobat di luar negeri, sekarang aku sudah ada di Surabaya, kau bisa selesaikan sisa pekerjaan ku Arin?" Suara Dimas penuh harap.
"Oke Mas, sakit apa Dimas pamanmu?" Akupun bertanya.
" Lebih spesifik nya akupun tak tahu, masih melakukan observasi, aku akan tutup telponnya, aku akan berangkat sekarang!" Suara Dimas tak terdengar lagi. Apa itu arti mimpi ini? Apa Dimas sedang ada persoalan kesehatan pamannya, hingga aku memimpikan nya? Aku pun bangun dari tempat tidurku menuju ke kamar mandi.
Pikiranku masih ke Dimas apa yang sedang dia lakukan di sana? Sudah dua hari aku tak melihatnya, dua hari juga dia tak menelponku rasanya rindu sekali. Ku perhatikan meja kerjanya biasanya dia akan duduk di situ, fokus bekerja, rasanya menyiksa sekali. Padahal aku sudah berusaha untuk melupakannya.
Aku ingin menelponnya pun rasanya tidak enak takut mengganggu dia.
Ku pilih baju di sebuah butik langganan ku. Rencananya akan ku kenakan di reuni nanti, gaun terusan berwarna biru ku kombinasikan dengan tas hitam dan sepatu hitam.
Aku ingin sekali tampil cantik di reuni itu. Siapa tahu aku bertemu seseorang dan berjodoh tapi itukan teman temanku juga ha ha ..aku tertawa kecil, tapikan pasti dengan kemasan yang berbeda. Ku lenggak lenggokkan badanku di depan cermin yang berukuran lumayan besar terlihat aku sangat pas dengan baju itu.
Mungkin Dimas tidak akan hadir di acara reuni ini, sampai detik inipun Dimas tidak ada kabarnya sama sekali, apa mungkin dia tidak akan datang ke acara itu?
Aku menghela napas panjang, ku coba untuk menelponnya kembali tapi ku urungkan niat itu. Kuletakkan ponselku di atas meja lagi.
Akhirnya hari reuni pun tiba, aku masih tak percaya dengan wajahku di cermin...emm..kataku si cantik sekali, Gita benar benar bisa merias aku, rasanya tak bosan melihat wajahku dan diriku di cermin ..cantik sekali tapi apa Dimas akan hadir di reuni itu pikiranku melayang tak karuan.
Mobilku terparkir agak jauh dari tempat acara terlihat mulai ramai, suara gelak tawa pun sudah terdengar mereka pasti sedang bercerita masa lalu, masa yang culun aku tersenyum sendiri. Di depan aku bertemu dengan teman satu bangku denganku Laila.
"Ariin, kamu cantik sekali bak princess " Laila lalu memelukku dengan erat.
"Ya tentu saja princess Arin kan siapa lagi .." Kataku bangga.
"Kau juga cantik, ku dengar kau sudah menikah sudah berapa anakmu Laila? Kenapa kau tak undang aku si, kamu jahaaat " Aku bercanda, mengikuti gaya Dian Sastro.
"Ya Arin aku minta maaf waktu itu keadaannya darurat, ayahku sakit keras makanya kami menikah seadanya saja hanya dengan keluarga, aku belum punya anak aku tunda dulu ..aku ingin melanjutkan sekolahku lagi " Laila bicara sambil sesekali tertawa kecil.
"Hebat, aku sendiri setelah kuliah selesai ..tak bisa berpikir lagi, sudah lihat uang gajian jadi lupa untuk melanjutkan lagi padahal kita sama punya cita cita sampai S2 kan"
"Kamu belum menikah juga? Atau mungkin kamu terlalu pemilih " Kami berjalan sambil mengobrol. "Malas aku bercerita, intinya aku di tinggal nikah sama pacarku ..yah belum jodoh kali ya." Kataku asal.
Di dalam sudah banyak teman teman kami yang menunggu, suasana sangat meriah seperti balik ke masa masa SMA dulu, banyak cerita yang hanya terpendam sekian tahun di tempat inilah kita bisa bercerita secara langsung.
Suara merdu penyanyi yang mengiringi suka cita ini bertambah romantis tapi aku belum juga melihat Dimas sedari tadi. Sepertinya dia memang tidak bisa hadir, terasa kurang jadinya. Aku ambil segelas minuman di atas meja, ku dengar ada yang berbisik
di telingaku.
"Hai, apa kabar kamu terlihat sangat cantik." Suara itu ....cepat ku menoleh, aku tutup mulutku karena terpana.
"Dimas kapan kamu datang ?" Aku tepuk lengan Dimas.
"Aku baru sampai, dari bandara aku langsung kemari, aku di beritahu Tari teman mu itu" Dimas menunjuk Tari di seberang sana. Tari melambai ke arahku dan ku balas lambaiannya.
"Bagaimana keadaan pamanmu sudah baikan Mas?" Aku masih menatapnya tak percaya.
"Mungkin seminggu lagi baru pulang paman menyuruhku pulang duluan, ada keluarga lain yang menunggu." Dimas lalu mengambil segelas minuman lalu di teguknya, matanya menatap ke arah panggung tempat band bernyanyi .
"Kamu sudah bertemu teman temanmu?" Tanyaku, Dimas mengangguk.
"Mereka bilang sekarang aku berbeda dengan yang dulu, lebih keren sekarang kata mereka" Dimas berkata sambil tertawa.
"Aku juga sudah bertemu teman teman , banyak sekali yang buat aku pangling Mas, mereka sangat cantik cantik padahal udah ibu ibu ...kalah akudengan ibu ibu muda itu ha ha" Jawabku dengan tertawa juga.
Alunan musik mulai mendayu, suara penyanyi pun terdengar pelan, bila mendengar musik seperti ini aku jadi ingin berdansa, pasti sangat indah tapi belum ada yang berani ke depan, mereka hanya menggoyangkan badan mengikuti irama.
Beberapa lagu sudah terdengar, saatnya panitia membuka suara terdengar tepukan tangan yang sangat meriah bahkan ada yang memanggil manggil namanya, kalau tak salah dia mantan ketua OSIS dulu.
"Selamat malam, sehat selalu untuk teman temanku tercinta kami dari panitia hanya ingin mengucapkan banyak terima kasih atas kehadiran kalian yang telah sudi untuk meluangkan waktu agar kita bisa bertemu dan berbagi cerita.
"Aku pun berterima kasih pada donatur yang memberikan begitu banyak perhatian dengan tenaga, uang dan pikiran hingga acara ini terlaksana dengan lancar, untuk mempersingkat waktu, kita akan mulai acara ini dengan lomba lomba dan karaoke atau bisa sambil berjoget ria bagaimana? Suara tepuk tangan riuh menggema.
"Tapi untuk memulainya kami butuh seseorang untuk menyanyi di sini, apa ada yang bersedia" Sang panitia berkata dengan penuh semangat.
Semua saling menunjuk temannya dan tertawa, seperti SMA saja menyanyi ke depan tiba tiba tangan Dimas menarikku ke depan aku kaget apa yang akan di lakukan dengan Dimas.
"Kamu akan menyanyi, aku akan iringi kamu dengar gitar, seperti dulu." Kata Dimas dengan suara pelan, riuh teman temanku menggema melihat kami berdua berjalan ke depan.
"Dimas apa maksudmu?" Aku berusaha melepaskan tangan Dimas, dia tambah erat memegang tanganku.
"Aku dulu pernah melihat kamu dan Reihan menyanyi bersama waktu perpisahan, sekarang kamu akan melakukannya denganku!" Ucap Dimas dengan terus menarik tanganku, dia juga tersenyum ke arah teman temanku.
Akhirnya aku tak bisa berbuat apa apa, ku terima mike yang di berikan oleh Dimas, dia duduk di sampingku sambil memegang gitar oh my God apa yang harus aku nyanyikan?
Dentingan gitar Dimas mulai terdengar, itu seperti lagu Melly Goeslaw yang berduet dengan Ari Lasso * hitungan ketiga ...
Jika teringat tentang di kau
jauh di mata dekat di hati
apa kah sama yang kurasa
ingin jumpa ......***
Ada beberapa teman mulai mengikuti laguku, mereka bernyanyi sambil bertepuk tangan. Sesekali ku lirik Dimas, dia pun tersenyum padaku, hingga akhirnya kami selesai juga bernyanyinya.
Tepuk tangan meriah sekali ku dengar, Dimas memegang tanganku ku lepaskan genggaman tangannya perlahan. Aku tak mau salah kira lagi dengan perlakuan Dimas padaku, dia seperti ingin menunjukan pada dunia dia sangat sayang padaku, tapi tak lebih dari seorang teman, untuk apa ku lakukan pikirku hanya untuk menipuku saja.
Tapi ku akui aku senang juga kami seperti seorang yang baru jadi pasangan tapi sekali lagi itu hanya pencitraan saja untuk Dimas, tak lebih tapi aku bahagia.
"Arin .." Dimas mencegahku untuk pergi.
"Ada apa? Sudah kan menyanyinya, apa lagi?" Ucapku .
"Terima kasih kamu mau bernyanyi
denganku itu keinginan lamaku yang dulu, aku sangat iri melihat kamu dan Reihan berdua saat itu." Dimas mengingatkan aku masa masa dulu aku dan Reihan.
"Kamu itu kenapa? Itu kan hanya masa lalu, aku sendiri sudah lupa." Jawabku seenaknya.
"Sungguh? Kamu sudah melupakan itu dengan Reihan?" Tanyanya penasaran, aku hanya mengangguk. "Reihan sudah bahagia dengan orang lain, aku tak mau lagi memikirkan dia." Aku menatap Dimas.
Aku berjalan menjauh darinya, Dimas menarik tanganku, membawaku ke balik pintu di samping tempat acara, di situ terlihat agak sepi" Aku ingin bertanya sesuatu padamu?" Tanyanya, badan kami berdekatan, wajah Dimas hampir mengenai wajahku.
"Kenapa dulu kamu tidak menyukai ku? Apa kurang ku sehingga kamu menolakku?" Tanya Dimas. Dia menggenggam tanganku dengan erat seakan tak ingin melepaskanku. "Aku tidak tahu kenapa aku menolakmu dulu tapi yang pasti aku sedang bersama Reihan waktu itu, jadi tak mungkin aku menerima mu" Wajah Dimas semakin mendekat padaku.
Ku pejamkan mataku, aku tak ingin menatapnya, hidung Dimas sekarang sudah menyentuh hidungku lalu dia mundur selangkah "Hanya itu yang ingin aku ketahui darimu." Dimas menjauh dariku.
"Aku tak mengerti dengan sikapmu, kadang kamu perhatian denganku lalu kamu menjauh dariku, lalu kamu akan mesra padaku tapi kemudian kau pergi dariku, apa kamu hanya ingin mempermainkan aku?" Aku menatapnya tajam.
Sekarang aku yang melangkah ke depannya, Dimas hanya diam, dia palingkan badannya ke arah yang lain.
"Dimas jawab aku! Kamu hanya ingin meledekku kan? Kamu pasti mengerti perasaan ku padamu sekarang, tapi kenapa kamu seperti menahan perasaan mu sendiri padaku?" Dimas hanya diam tak menjawab pertanyaanku.
"Aku yakin kamu masih mencintaiku tapi kamu tak mau menerima kenyataan itu aku tak tahu sebabnya tapi perasaan ku mengatakan demikian, benar kan apa yang kukatakan?" Dimas menatapku kembali, di genggamnya kedua tanganku.
"Beri aku waktu untuk menjawab pertanyaan mu ini tapi untuk saat ini aku tak bisa mengatakan apa apa .." Akupun terdiammencoba menyelami apa yang Dimas katakan.
Suara riuh di dalam semakin ramai tapi hari itu untuk kami berdua seperti sepi tapi entah kenapa aku tetap bahagia meski aku merasa Dimas ingin mempermainkan ku , bisakah ku menolak kharisma di wajahnya? Aku juga tak tahu, kami berdua berdiri bersama memandang ke depan.
Dalam diam kami berdua ada isi hati yang ingin kami sampaikan tapi seperti tak bisa.
Rembulan bersinar terang menerangi malam ini, aku menatap Dimas yang masih berdiri diam di sampingku, ku sandarkan kepalaku di pundaknya meski diam aku bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Robi Asnuning
hhhmmmm jadi ikitan baperrrr😁😁
2021-01-13
3
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
like mendarat lagi kakak😊
dari "asisten dadakan."
kutungggu kehadiranmu kembali.
💪💪💪
2020-12-31
2
Muhammad Bilal
tertinggal
2020-12-26
1