Perselisihan

Hari berikutnya terasa berbeda, bunga yang di terima olehku seperti membuka buku kosong, menjadi awal dan babak baru lagi untukku. Aku merasa itu pertanda yang baik, tak perlu di permasalahkan lagi apa yang terjadi antara kita berdua.

Mungkin agar lebih mengenal diri kita masing masing, entahlah aku juga sedikit tidak mengerti tapi aku mencoba menikmati hari hariku.

Akupun tahu Dimas masih suka jalan berdua dengan Anita, entah untuk keperluan apa? Mereka sekarang bertemu di depan kantor. Baguslah jadi menghilangkan gosip yang kemarin lumayan ramai. Aku pun mulai tak perduli, meski kadang suka masih sedikit kesal bila sedang melihat mereka berdua tak secara langsung.

Sore ini, sepulang kerja aku sedang malas untuk pulang ke rumah, aku putuskan untuk pergi ke sebuah cafe langgananku, mungkin hanya untuk minum secangkir kopi, paling tidak untuk menghilangkan penat di pikiranku. Tak sengaja aku melihat dua orang lelaki dan seorang wanita berada di pinggir jalan.

Sepertinya aku mengenali mereka, itu kan Dimas dan Anita dan si lelaki athelis itu, aku pun menepikan mobilku lalu keluar dan menghampiri mereka. Aku melihat lelaki athelis itu meninju bibir Dimas.

"Jangan kamu dekati pacarku lagi mengerti !" Teriak lelaki athelis itu dia sepertinya marah sekali pada Dimas dan Anita. Dimas pun mencoba melawan, ku pegang dia agar tak melayani lelaki athelis itu.

"Cukup Dimas jangan !" Aku mencoba membuat Dimas untuk bersabar, dengan memegang tangannya.

"Aku dan Anita hanya teman biasa. " Dimas mengusap darah yang keluar dari bibirnya dengan tangan kirinya.

"Tapi Anita mencintai kamu !" Lelaki athelis itu masih terlihat kesal. Anita nampak kebingungan " Sudah sayang, aku hanya bercanda saja, aku memang suka pada Dimas tapi Dimas hanya menganggap ku sebatas teman." Anita mencoba menjelaskan.

Lelaki athletis itu tetap tidak mau mengerti, dia mencoba untuk memukul Dimas lagi.

"Cukup ! Dimas memang tidak ada hubungannya dengan Anita aku teman Dimas." Lelaki itu menatapku tajam yang membela Dimas.

"Percayalah padaku, mereka hanya berteman kamu mungkin sudah salah faham .." Aku mencoba meyakinkan lelaki itu.

"Baiklah aku percaya padamu tapi kamu katakan pada temanmu itu jangan dekati Anita lagi !" Lelaki itu berkata dengan tegas, dia lalu menarik tangan Anita dan membawanya masuk ke mobilnya.

Untuk sesaat aku terdiam, bingung, apa yang harus kulakukan lagi? Kejadian ini sungguh tak terduga.

"Terima kasih Arin" Dimas memperhatikan mobil yang membawa Anita pergi. Aku melihat bibirnya sedikit robek terkena pukulan lelaki athelis itu. Aku jadi kuatir melihatnya.

"Mari ku obati lukamu dulu, ada kotak P3K di mobilku." Ku pegang tangan Dimas.

"Tak perlu Arin, aku tak apa apa." Tangan Dimas meraba luka di bibirnya.

"Ayolah itu akan infeksi nanti kalau di biarkan tanpa di obati." Aku meraih tangan Dimas, lalu menuju mobilnya dan mengambil obat luka, di bersihkannya luka Dimas dan kutetesi sedikit demi sedikit obat antiseptik, Dimas sedikit menyeringai merasakan perih.

"Aku sudah bilang padamu ada yang aneh dengan Anita, aku pun sudah bilang dia sudah punya kekasih kamu tidak percaya padaku, beginilah kalau mendekati orang yang sudah punya kekasih!" Kataku dengan nada yang cerewet.

Dimas tertawa "Oh, jadi kamu senang melihatku seperti ini?"

" Ya" Aku lalu menatapnya .

"Aku pikir aku hanya berteman saja, aku tidak ada perasaan khusus pada Anita dia saja yang salah faham." Dimas membela dirinya .

"Tapi tetap saja kamu salah, kamu dan Anita seperti TTM teman tapi mesra, lelaki manapun pasti tak mau pacarnya seperti itu!" Suara ku dengan nada sedikit tinggi, sudah di gebukin masih saja membela si Anita itu.

"Kamu mau ku antarkan Mas? Tapi mobilmu bagaimana tidak ada yang membawa."

"Tidak usah aku hanya luka sedikit, aku masih bisa pulang sendiri." Dimas lalu berjalan menuju mobilnya .

"Kamu yakin Mas?" Dimas menoleh ke arahku .

"Aku baik baik saja, sekali lagi terima kasih Arin." Ku lihat dia masuk ke mobilnya, lalu berlalu sampai tidak terlihat olehku lagi.

Besok libur, mungkin lebih baik aku menengoknya, memastikan Dimas lagi. Hari ini aku sengaja memasak. Aku berencana ingin membawa makanan untuk Dimas sekalian melihat keadaannya kemarin, aku tahu alamat Dimas dari bosku.

Saat ku sampai di sana terlihat rumah yang tidak begitu besar tapi dengan halaman yang lumayan luas, terlihat mobil Dimas terparkir di sana, Aku coba mengetuk pintu perlahan sambil melihat ke sekitar.

Aku dengar Dimas tinggal sendiri, ada ART pun hanya datang pagi terkadang hanya saat Dimas menyuruhnya datang saja.Tidak berapa lama pintu terbuka sedikit, kulihat muka pucat Dimas berdiri di ambang pintu.

"Arin, aku kira siapa? Masuklah!" Dimas membuka pintunya. Aku turuti langkah Dimas ke dalam dan duduk di sofa ruang tamu.

"Dari mana kamu tahu rumahku?" Dimas bertanya padaku tapi aku tak menjawabnya.

"Kamu terlihat pucat apa kamu baik baik saja?" Aku malah balik bertanya padanya. Dimas hanya diam.

"Aku kebetulan masak tadi pagi, aku ingin kamu mencicipinya." Dimas yang duduk di seberang lalu menerimanya.

"Terima kasih Arin, aku baik baik saja hanya sedikit demam." Dimas seperti tidak bersemangat.

"Kalau demam itu bukan baik baik saja, kamu harus ke Dokter Mas!" Cerewetku mulai keluar dari bibirku. "Tak perlu, kamu ingin minum apa?" Dia lalu beranjak berdiri, menuju ke dapur.

"Tidak usah, bolehkah kulihat lihat rumahmu?" Dimaspun mengangguk "Terserah kamu, saya ke belakang sebentar."

Mataku lalu melihat ke seluruh ruangan. Di ruang tamu itu ada beberapa foto dia dan pamannya, ada juga foto dia dan orang tuanya yang sudah lama meninggal. Waktu kecil Dimas terlihat lucu tapi aku sedikit terpana ketika melihat fotoku ada terlampir di salah satu foto.

Hanya foto aku yang belum terbingkai, aku ingat itu adalah foto saat aku menolak cintanya dan kami pun foto berdua untuk acara perpisahan. Ku ambil foto itu yang terselip di depan fotonya Dimas.

"Itu kamu Arin!" Suara Dimas mengejutkanku.

"Kamu masih menyimpannya?" Aku balik bertanya. Ada kebingungan dalam pikiranku "Waktu itu aku ingin menyerahkannya sendiri padamu tapi saat ku lihat kamu bersama Reihan aku urungkan niatku." Dimas melihat foto itu .

"Aku melihat kalian berdua begitu serius bicara aku tak ingin mengganggu kalian akhirnya ku simpan foto itu kembali."

"Aku pikir suatu saat bila bertemu denganmu aku akan memberikannya sendiri!" Dimas berdiri di sampingku.

"Tapi saat mulai bertemu denganmu aku urungkan niatku, aku tak jadi memberikannya karena kupikir hanya foto ini yang ku punya darimu, aku ingin menyimpannya apalagi ku dengar saat itu kamu sudah bersama dengan orang lain lagi." Aku tak bisa berkata kata hanya diam dan diam.

"Bila kamu ingin mengambilnya, ambillah dan ku harap kamu bingkai foto itu." Suara Dimas terdengar.

"Untuk apa kamu masih menyimpan foto ini Mas?" Dia hanya tersenyum. "Aku pun tak tahu, tapi foto inilah yang merubah hidupku, setiap kali ku lihat kita berdua seperti si buruk dan putri cantiknya aku jadi sangat bersemangat untuk merubah diriku lebih baik, hanya itu yang ada di pikiranku."

"Pantas kamu berpenampilan lain sekarang, karena ini?" Aku bertanya sambil menunjuk foto itu. Dimas meraih tanganku .

"Aku tahu kamu menolakku karena aku culun tak berpenampilan menarik seperti lelaki lelaki yang mendekatimu tapi dalam lubuk hatiku ini aku sangat tulus mencintaimu ..dulu " Ucapan Dimas seperti kembali ke masa lalu . Tersirat di wajahnya dia seperti mengenang masa masa dulu.

"Waktu itu aku memang menolakmu tapi sekarang justru aku...." Ucapanku terhenti seperti ada yang mencegah bibirku untuk jujur di hati mengungkapkan perasaanku yang sekarang.

"Sekarangpun kamu masih menganggapku teman benarkan? Arin, aku tahu seleramu itu bukan seperti aku ha ha" Dimas tertawa.

Dia melepaskan pandangannya.

"Kamu minumlah aku ingin makan buatanmu pasti rasanya seperti dulu" Aku pandangi Dimas yang duduk lagi, dia mengambil makanan yang ku bawa.

Jadi inilah perasaan dia sekarang padaku hanya teman biasa.

Masa dia tak tahu apa yang kurasakan? Rasanya menusuk sekali, aku memutuskan pulang cepat untuk apa juga berlama lama di sini membuat diriku seperti orang yang bodoh .

Sesampainya di rumah, aku tertegun melihat Anita sudah ada di ruang tamu dia sedang mengobrol dengan Gita adikku.

Apa yang di lakukan di rumahku? Jangan jangan dia akan membuat masalah lagi.

"Apa yang kamu lakukan di sini ?" Aku langsung bertanya dengan tatapan mataku yang tajam. Masih teringat yang telah dia lakukan padaku.

"Ka Arin, Anita sedari tadi menunggu kaka." Gita yang menjawabku .

Anita hanya duduk diam .

"Bisakah kita bicara?" Suara Anita terdengar pelan. Gita pun pergi menjauh, ada raut kebingungan di wajahnya.

"Apa yang ingin kamu bicarakan? Aku juga bingung darimana kau tahu rumahku!" Aku mengambil duduk berhadapan dengan Anita.

"Kamu tak perlu tahu dari mana aku tahu rumahmu, aku ingin membicarakan masalah yang terjadi antara kita!" Anita menjelaskan padaku maksud kedatangannya. "Aku ingin tahu ..apa kamu yang memberitahu pacarku kalau aku sedang mendekati Dimas?" Tanyanya.

Aku terperangah" Kamu ini mengada ngada saja, darimana aku tahu pacarmu, kenal pun tidak!" pertanyaan aneh yang membuatku tambah bingung. "Tapi kamulah yang tahu persis aku sedang bersama Dimas!" Kalimat Anita terdengar tak percaya padaku.

"Untuk kepentingan apa aku berbuat seperti itu?" Aku balik bertanya.

"Aku tahu kamu suka pada Dimas, Dimas sudah menceritakan semua padaku kalian dulu berteman, kalau kamu tak mengatakannya lalu itu ulah siapa?" Anita kembali melontarkan pertanyaan .

"Sungguh aku tak tahu Anita!" Jawabku lirih. "Aku tahu posisiku mungkin salah di sini tapi aku memang suka dengan Dimas."

Anita seperti berkata pada dirinya sendiri.

"Kalau kamu suka Dimas seharusnya kamu putuskan dulu pacarmu itu, tidak seperti ini!" Jawabku ketus.

"Saat itu pacarku sedang tidak memperhatikanku, dia lebih suka dengan hobi barunya aku merasa dia sudah berbeda denganku hingga rasa kosong di hatiku mulai terasa, saat itulah aku bertemu kamu dan Dimas, Dimas seperti magnet yang menarikku untuk mendekatinya." Alasan Anita padaku .

"Tidak ada yang salah dengan perasaan Anita tapi kamu meletakkan sukamu itu pada posisi yang salah, kamu sedang menjalin hubungan dengan seseorang meskipun kamu hanya terlena, itu tetap saja salah." Kataku sok bijak.

"Itulah mengapa aku kemari, aku membutuhkan pertolongan mu!"

Hah? Tidak salah Anita ini, dasar tak tahu malu sepertinya lupa dia apa yang sudah dia katakan padaku.

"Arin aku ..aku tahu ..mungkin perasaanku salah dan aku ingin meluruskan masalah ini, pacarku tidak percaya padaku dia ingin putus denganku, aku tak ingin itu terjadi, hanya kamu yang bisa membantuku." Suara Anita begitu berharap, aku terdiam sesaat .

"Apa yang bisa kulakukan untukmu?" Aku bertanya padanya.

"Aku tahu kamu tak suka padaku tapi aku sungguh sangat mencintai pacarku kamu katakan padanya kalau aku dan Dimas hanya berteman biasa saja tak lebih." Anita memegang tanganku.

"Aku tak tahu, jujur aku masih kesal padamu dan terus terang juga aku senang melihat keadaanmu sekarang tapi aku akan memikirkan untuk membantumu." Kataku akhirnya.

"Aku sangat berharap dan sebelumnya juga aku berterima kasih kamu masih menerimaku di sini dengan baik, padahal aku jahat padamu."Aku hanya tersenyum kecil mendengar penuturan Anita.

Akhirnya aku dan Anita menemui si lelaki athelis itu yang bernama Rudi di sebuah cafe .

Rudi memperhatikanku dan mendengarku bicara, aku mencoba menjelaskan apa yang telah terjadi antara Anita Dimas dan dia.

"Jadi kamu di sini ingin mengatakan kalau di antara mereka tidak ada hubungan yang serius hanya kesalah fahaman saja?" Rudi bertanya padaku.

"Bisa di bilang begitu, yang saya tahu Anita dan Dimas berteman sudah cukup lama, kebetulan orang tua Anita adalah klien Paman Dimas yang sekarang usahanya sedang di pegang oleh Dimas, bila Anita dekat dengan Dimas juga apa ada yang salah." Aku menjawab pertanyaan Rudi.

"Aku tahu itu, aku bukan anak kecil tapi saat Anita mengatakan dia suka pada Dimas aku tak bisa tolerir itu!" Suara Rudi tertahan menahan emosi, matanya sekilas melirik Anita

"Jika seorang wanita mengatakan itu, saya pikir itu tidak sepenuhnya perasaan dia yang terdalam, Anita tak bertemu Dimas cukup lama, Dimas dulu tak berpenampilan semenarik ini, bila mereka bertemu dan Anita merasa perasaan yang beda untuk Dimas itu wajar, itu perasaan sesaat, mungkin juga saat itu kamu kurang memperhatikan Anita sehingga Anita melirik lelaki lain itu bisa saja ya kan? Tapi itu kan bukan cinta tapi hanya suka, itu berbeda artinya, aku yakin kamu mengerti apa yang kubicarakan!" Rudi hanya mengangguk perlahan mencoba untuk mengerti.

"Baiklah aku percaya padamu, aku akan memaafkan Anita aku akan anggap ini tak pernah terjadi."Rudy menatap Anita, terlihat Anita senang dengan perkataan Rudi.

"Terima kasih sayang, aku tak akan berbuat hal sebodoh itu lagi." Anita menggenggam tangan Rudi dan meremasnya perlahan.

"Tapi Rud, bisakah aku bertanya padamu?" Sepintas ada yang mengganjal dalam hatiku.

"Darimana kamu tahu Anita sedang mendekati Dimas? Apa kamu mungkin kenal dengan salah seorang dari kantor saya atau mungkin kamu juga mengenal Dimas pribadi?" Aku jadi penasaran .

"Aku mendapat berita ini dari seseorang akupun tak tahu dia siapa dia mengatakan padaku dia kenal dengan Dimas dan Anita itu saja."

"Ada yang menelponmu? Dan kamu langsung percaya begitu saja?" Anitapun kaget mendengarnya.

"Aku tak tahu namanya, suara seorang lelaki dia mengatakan Anita suka pada Dimas bila aku tak percaya tanyakan sendiri pada Anita itu ucapannya" Ucap Rudy lagi .

Seorang lelaki? Siapa dia yang sudah berani menelpon Rudy.

"Tapi kamu tahu suara siapa dia ..mungkin teman mu?" Aku tambah penasaran.

"Aku tidak tahu ..dia meneleponku dua kali..semula aku tak percaya tapi saat ku tanyakan hal ini pada Anita dan Anita mengakui hal tersebut aku baru tahu kalau itu adalah hal yang benar." Rudy meyakinkanku apa yang di dengarnya itu benar.

"Tapi sayang aku hanya ingin membuatmu cemburu, aku tak berpikir kau akan mencari Dimas dan menghajarnya seperti itu tanpa mendengar dulu apa yang akan Dimas katakan!" Anita mencoba membela dirinya.

Sedang aku sendiri terdiam siapa lelaki itu yang ku tahu hanya akulah yang tahu persis apa yang terjadi antara Dimas dan Anita, aku harus cari tahu siapa lelaki itu .

"Bisa aku pinta nomornya lelaki itu !" Ucapku ke arah Rudy lalu Rudy memberikan nomor telepon lelaki itu.

Saat ku coba telpon, nomornya tak aktif sepertinya nomor itu sudah tidak di pakai lagi oleh orang itu, aku jadi semakin penasaran tapi aku senang melihat Anita bersama Rudy lagi meski di pikiranku masih bertanya tanya siapa yang telah ikut campur lagi dalam urusan ini.

Ku coba menanyakan perihal ini kepada Dimas, dia hanya tertawa kecil.

"Untuk apa aku mengatakan itu, pada siapa si Rudy itu lalu aku senang di pukuli seperti itu!" Kata Dimas.

"Aku tak bilang begitu, aku juga tak menuduhmu cuma hanya kita bertiga yang tahu persis masalah ini yang tahu Rudy pun hanya aku dan Anita." Ucapku

"Mungkin kamu menyuruh orang agar aku di pukuli dia di sini kan hanya kamu yang tak senang dengan Anita ..? "

Apa? Dimas malah balik menuduhku, gila kali yaa.

"Kamu tak perlu panik begitu, kalau kamu bisa mengatakan aku si penelpon itu mungkin kamu juga termasuk si penelpon itu ya kan!"

Mataku menatap tajam pada Dimas dan menggelengkan kepalaku.

"Tapi kamu tak usah kuatir, aku tak menuduhmu mungkin hantu yang menelpon Rudy, bila diantara kita tak ada yang melakukannya simple kan" "Aku menggelengkan kepalaku, ini lebih aneh lagi pikirku.

Terpopuler

Comments

Atha Uji

Atha Uji

bagus lo critanya

2021-01-16

3

ଓεHiatus 🦅💰⋆⃟𝖋ᶻD³⋆ғ⃝ẓѧ☂

ଓεHiatus 🦅💰⋆⃟𝖋ᶻD³⋆ғ⃝ẓѧ☂

semangat

2021-01-10

3

Aral Sidiq

Aral Sidiq

terus

2020-12-26

2

lihat semua
Episodes
1 Permulaan Bertemu
2 Wanita Pengganggu
3 Perselisihan
4 Moment Indah Di Reuni
5 Kasus Tari
6 Pertemuan Dengan Rudi
7 Hal Yang Tak Terduga
8 Persidangan Tari
9 Persidangan Tari 2
10 Keputusan Dan Kecelakaan
11 Pilihanku
12 Permintaan Lestari
13 Pertengkaran
14 Penyelesaian
15 Rudy Oh Rudy
16 Kepergian R
17 Hari Pertunangan
18 Siapa Yang Bahagia ?
19 Masa Dulu Masa Sekarang
20 Kemunculan Sang Mantan
21 Berita Yang Mengejutkan
22 Syarat Dari Reihan
23 Kesedihan Gita
24 Perjalanan Ke Singapura
25 Keinginan Ervan
26 Kepulangan Gita
27 Keputusan
28 Kondisi Ervan
29 Surat Ancaman
30 Sifat Dimas Yang Tak Terlihat
31 Hukuman
32 Malaikat Kecil
33 Yang Tersembunyi
34 Kemoterapi
35 Cerita Dimas
36 Kehidupan Baru
37 Cerita Reihan
38 Mencari Jejak
39 Yang Terungkap
40 Yang Manja
41 Titik Terang
42 Gita Yang Bahagia
43 Menuju Hari ..
44 Pernikahan
45 Penarik Hati
46 Kekesalan
47 Tanpa Hasil
48 Mengembirakan
49 Mencari Kebenaran
50 Masa Lalu
51 Tabir Rahasia
52 Kejujuran Yang Menyakitkan
53 Akhir Cerita Manis
54 Lembaran Baru
55 Pertemuan Tidak Terduga
56 Ke Arah Lain
57 Apakah Benar?
58 Kencan Pertama
59 Tentang Jodoh
60 Dimas Yang Sendiri
61 Niat Baik
62 Menyenangkan
63 Sebuah Janji
64 Memilih Dan Memilah
65 Harus ..
66 Tidak Mendapatkan
67 Permulaan Yang Baru
68 Malam pertama
69 Kelahiran
70 Kehilangan
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Permulaan Bertemu
2
Wanita Pengganggu
3
Perselisihan
4
Moment Indah Di Reuni
5
Kasus Tari
6
Pertemuan Dengan Rudi
7
Hal Yang Tak Terduga
8
Persidangan Tari
9
Persidangan Tari 2
10
Keputusan Dan Kecelakaan
11
Pilihanku
12
Permintaan Lestari
13
Pertengkaran
14
Penyelesaian
15
Rudy Oh Rudy
16
Kepergian R
17
Hari Pertunangan
18
Siapa Yang Bahagia ?
19
Masa Dulu Masa Sekarang
20
Kemunculan Sang Mantan
21
Berita Yang Mengejutkan
22
Syarat Dari Reihan
23
Kesedihan Gita
24
Perjalanan Ke Singapura
25
Keinginan Ervan
26
Kepulangan Gita
27
Keputusan
28
Kondisi Ervan
29
Surat Ancaman
30
Sifat Dimas Yang Tak Terlihat
31
Hukuman
32
Malaikat Kecil
33
Yang Tersembunyi
34
Kemoterapi
35
Cerita Dimas
36
Kehidupan Baru
37
Cerita Reihan
38
Mencari Jejak
39
Yang Terungkap
40
Yang Manja
41
Titik Terang
42
Gita Yang Bahagia
43
Menuju Hari ..
44
Pernikahan
45
Penarik Hati
46
Kekesalan
47
Tanpa Hasil
48
Mengembirakan
49
Mencari Kebenaran
50
Masa Lalu
51
Tabir Rahasia
52
Kejujuran Yang Menyakitkan
53
Akhir Cerita Manis
54
Lembaran Baru
55
Pertemuan Tidak Terduga
56
Ke Arah Lain
57
Apakah Benar?
58
Kencan Pertama
59
Tentang Jodoh
60
Dimas Yang Sendiri
61
Niat Baik
62
Menyenangkan
63
Sebuah Janji
64
Memilih Dan Memilah
65
Harus ..
66
Tidak Mendapatkan
67
Permulaan Yang Baru
68
Malam pertama
69
Kelahiran
70
Kehilangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!