Kepergian R

Malam semakin larut tapi aku sungguh tak bisa tidur. Dua hari lagi Gita adikku akan bertunangan dengan Ervan, selangkah menuju kebersamaan. Sedang aku hanya begini saja.

Kusisir rambutku dengan perlahan dan kupandangi wajahku di depan cermin, muka yang kuyu, lesu dan tak bersemangat. ponsel di sampingku mulai berdering kulihat di layar nama Tari ada di sana.

"Hallo Arin!" Suara Tari saat ku terima panggilannya.

"Arin, apa kamu masih marah padaku?" Tari bertanya dengan suara pelan. Aku sangat bahagia sekali mendengar suara Tari di seberang sana, ternyata Tari sudah tak marah lagi buktinya dia menelpon aku malam begini.

"Aku tak marah dan tak bisa marah!" Aku mencoba tertawa untuk mencairkan suasana.

"Aku minta maaf atas sikap kekanak kanakan ku seharusnya aku lebih dewasa dalam berbicara." Suara Tari berat seperti sangat menyesal atas kejadian kemarin. "Aku juga minta maaf, aku juga salah terlalu terbawa emosi." Ku akui kesalahanku juga padanya.

"Arin, kemarin Rudy menelpon aku dia bicara banyak tentangmu dan tentang aku juga ..." Suara Tari terdiam." Aku baru menyadari kalau perasaan itu tidak bisa di paksakan meskipun itu untuk kebaikan, aku salah Arin." Suara Tari lagi terdengar lemah dan pelan.

"Kamu tidak usah pikirkan hal itu lagi kita mulai dari awal justru kata ibuku biasanya dua orang sahabat bila sedang salah faham dan berbaikan itu akan lebih erat dari sebelumnya." Hiburku padanya.

"Aku juga merasa bersalah Arin, Rudy juga berpamitan padaku akan pergi menjauh dari kita berdua. Dia tidak ingin karena kehadirannya jadi merusak persahabatan kita." Terus terang aku sedikit bingung dengan ucapan Tari.

"Tari, kamu bilang Rudy akan pergi, apa dia bilang padamu dia akan kemana?" Tanyaku penasaran.

"Aku tidak tahu tapi saat dia menelpon aku sepertinya dia sedang membereskan semua barang barangnya ke koper bahkan dia bilang padaku sudah membatalkan semua pekerjaannya." Penjelasan Tari membuatku sedikit kuatir, karena saat berpamitan padaku pun dia seperti akan pergi jauh.

"Karena aku penasaran juga akhirnya ku telpon teman Rudy yang akan mendampingiku dia katakan padaku Rudy memang akan pergi setelah Leo naik banding hanya itu yang aku tahu." Tambah Tari lagi.

"Arin aku tutup telponnya ya, aku ngantuk sekali, nanti kita ngobrol lagi dan aku minta maaf karena mungkin tak bisa hadir di pertunangannya Gita, masalahku di sini belum selesai nanti aku ceritakan padamu sepulang aku dari rumah bude." Tari lalu terdiam .

"Ya oke kita ngobrol lagi lain waktu salam untuk budemu ya dadah." Lalu akupun menutup ponselku.

Aku terduduk lemas di tepi tempat tidur, ada masalah apa lagi yang akan kuhadapi setelah mendengar Rudy akan pergi dari Tari. Sepertinya besok sepulang kerja aku harus cari tahu informasi itu. Hari ini aku ingin membaringkan badanku di atas ranjang dan bermimpi indah.

Sebelum aku ke rumah Rudy ada baiknya kalau aku bertanya dulu pada Anita siapa tahu Anita lebih tahu dariku. Akhirnya aku telpon Anita.

"Anita aku Arin apa kita bisa bicara nanti? Apa kamu sedang sibuk?" Tanyaku langsung pada Anita. "Hai kamu ada perlu denganku?" Anita bertanya.

"Ya, aku ingin membicarakan perihal Rudy bisakan?" Aku balik bertanya.

"Baiklah aku sedang free hari ini aku tunggu kamu didepan kantormu oke!" Ucap Anita lagi. Lalu akupun duduk di tepi tempat tidur setelah Anita menutup telponnya. Aku sangat penasaran dengan apa yang sudah Tari katakan.

Sepulang kerja Anita ternyata telah menungguku di depan kantor sesuai dengan janjinya. kami berduapun duduk melihat ke arah jalan melihat karyawan lain yang hendak pulang .

"Apa yang terjadi dengan kamu dan Rudy?" Anita langsung bertanya padaku "Apa maksudmu?" Aku balik bertanya padanya.

"Aku tahu kamu ingin menemuiku karena kamu ingin tahu kemana Rudy pergi iyakan?" Anita bersuara lagi tanpa menoleh ke arahku tatapannya masih kedepan.

"Itu salah satunya aku ingin bertemu denganmu karena aku ingin jujur padamu kalau Rudy jatuh cinta padaku dia memutuskan hubungan denganmu karena aku." Aku berusaha menjelaskan sambil menatap Anita yang tak mau melihatku.

"Aku sudah tahu " Jawab Anita pelan "Kenapa kamu tidak menerima Rudy?" Kali ini Anita menoleh ke arahku.

"Karena ..karena ..Tari sahabatku juga mencintainya aku tak mungkin menerima Rudy." Pandangan kami saling bertemu.

"Saat Rudy ingin putus dariku aku sudah menduga dia sedang suka dengan seseorang tapi Rudy tidak pernah cerita padaku kalau dia jatuh cinta padamu." Ucapan Anita seperti menerawang jauh.

"Anita, jujur aku suka pada Rudy dia selalu berusaha menyenangkan aku dia selalu berusaha menunjukkan kalau aku sangat berarti dalam hidupnya" Aku lalu terdiam. Anita tersenyum sinis padaku. "Karena memilihmu Rudy jadi meninggalkan aku naif sekali."

"Aku minta maaf kerena akupun terbawa dengan arus cinta Rudy aku sangat menikmatinya aku tak mau jadi orang munafik tidak jujur dengan hati sendiri" Aku berkataapa adanya pada Anita.

"Tak perlu minta maaf padaku saat dia ingin bersamamu dia memilih untuk pisah denganku aku menghargai itu." Anita lalu merubah letak tempat duduknya dia bergeser lebih dekat ke arahku.

"Rudy sudah menghubungi aku dia berpamitan padaku dia sudah menceritakan semuanya termasuk penolakanmu." Anita lalu terdiam.

"Dia bilang padaku dia ingin menenangkan diri sejenak penolakanmu sungguh sangat melukai hatinya." Lanjut Anita lagi.

"Jadi benar kata Tari kalau Rudy sudah pergi?" Suaraku sangat penasaran ada perasaan bersalah dalam hatiku.

"Ya Arin dia pergi ke Canada dia katakan padaku ingin melanjutkan pendidikannya yang tertunda dia ingin awal kembali dia juga ingin melupakanmu! itu yang Rudy katakan padaku." Anita menjelaskan lagi.

Aku tak bisa berkata apa apa, aku pun tak menjawab apa yang Anita tanyakan padaku. pikiranku hanya tertuju pada diriku sendiri. Rasanya ada yang hilang dalam diriku entah itu apa akupun tak tahu.

Setelah berbincang sebentar mengenai keadaan masing masing Anita pun lalu pamit meninggalkanku. Kepergian Rudy sangat membekas di diri Anita.

Dia katakan padaku saat hendak pulang dia juga akan selalu mencintai Rudy meski itu juga membuatnya belajar untuk menghargai seseorang yang mencintai dirinya .

Hatiku semakin sedih apa lagi yang mesti kulakukan bisikku dalam hati. Akan kulabuhkan hatiku kemana hatiku lagi.

Sepanjang jalan itu aku tidak berhenti memikirkan Rudy ada rasa tidak tenang dalam hatiku aku berpikir apa salahnya kalau aku ke rumah Rudy siapa tahu ada orang di sana? Kang Asep yang menjaga rumah Rudy aku bisa menanyakan hal Rudy padanya.

Mobilku sengaja terparkir di pinggir jalan aku turun dan perlahan melangkah menuju rumah Rudy kelihatan sangat sepi. Kepalaku celingukan mencari orang siapa tahu ada yang melihatku ada di luar. Aku pukul pukul pagar rumah Rudy dengan kunci mobilku .

"Permisi, kang, kang Asep ...ada orang gak ya?" Aku memanggil dengan nada setengah berteriak. Beberapa kali aku bersuara tapi tak ada yang menjawab. Akhirnya kuputuskan untuk melangkah kembali menuju mobilku.

Benar mungkin kata Anita Rudy telah pergi jauh aku mungkin belum tentu bisa menemuinya lagi. Saat akan masuk ke mobilku tiba tiba seseorang memanggil dari belakangku.

Neng Arin, neng tunggu.." Seperti suara seseorang yang aku kenal itu pasti kang Asep yang memanggilku. akupun reflek menoleh ke belakang ternyata benar kang Asep berjalan menghampiriku.

"Neng tunggu neng .." Ucap kang Asep setelah hampir dekat denganku. "Maaf neng tadi neng manggil saya lagi di belakang kurang begitu dengar hanya samar samar." Kata kang Asep sambil mengatur napasnya.

"Ya kang saya juga minta maaf udah ganggu kang Asep." Kataku dengan nada pelan. "Aku mencari Rudy kang apa dia ada di rumah?"

"Pak Rudy sudah pergi dari semalam neng katanya sih bilang ke saya dia mau melanjutkan sekolahnya lagi gitu neng" Kang Asep menjelaskan padaku.

"Aku juga mendengar itu tapi aku tidak yakin makanya aku kemari mau langsung tanya ke kang Asep saja langsung." Kataku mencari jawaban dari kang Asep .

"Memangnya pak Rudy tak bilang ke neng akan pergi?" Kang Asep balik bertanya padaku. Aku hanya menggeleng pelan.

"Kalau aku tahu ngapain aku tanya ke kang Asep!" Aku jadi tertawa mendengar pertanyaan kang Asep.

"Ya neng maaf saya tidak tahu oh ya neng sebelum pergi pak Rudy menitipkan sesuatu pada saya untuk neng Arin." Kata kang Asep .

"Oh, apa itu kang kalau boleh saya tahu?" Tanyaku penasaran .

"Sebentar saya ambilkan neng, ada di dalam sebentar ya tunggu!" Ucap Kang Asep lagi "Ya sudah sana ambil aku jadi penasaran kang."

Lalu Kang Asep pergi meninggalkanku dan berjalan masuk kedalam rumah mengambil titipan Rudy untukku. Tak berapa lama dia keluar dari rumah Rudy dengan membawa sebuah kotak. Dia lalu menyerahkan padaku.

"Ini neng kata pak Rudy kalau neng kemari di suruh di kasihkan tapi kalau neng Arin tak kesini ya gak usah gitu neng pesan pak Rudy pada saya."

Aku lalu menerima kotak itu apa isinya? Untung aku kemari kalau tidak aku takkan pernah tahu apa yang Rudy titipkan padaku.

"Terima kasih kang Asep saya pamit pulang ya udah terlalu sore terima kasih sekali lagi kang Asep." Aku pun berpamitan lalu melangkah lagi berjalan menuju ke mobilku lagi. Meninggalkan kang Asep yang masih berdiri hingga aku tak melihat dia lagi.

Aku meletakkan kotak itu di kursi sampingku, apa maksud Rudy menitipkan untukku? Tadinya aku berpikir ingin membuka kotak itu bila sudah sampai di rumah tapi rasa penasaran semakin bertumpuk di dadaku.

Aku lalu berhenti di pinggir jalan di depan sebuah taman kota yang masih terlihat ada beberapa orang yang main di sana. Aku lalu duduk di kursi taman seorang diri aku pikir ini tempat yang enak untuk melihat isi kotak itu.

Pelan pelan ku buka Kotak itu dengan hati hati Rudy menutupnya dengan sangat erat mungkin dia takut jika ada yang membukanya selain aku.

Aku gerakkan perlahan penutupnya lalu ku lihat di dalamnya ada sebuah kotak hati berwarna merah mirip yang waktu itu dia ingin berikan padaku. Aku lalu mengambilnya dengan hati hati dan membukanya sebuah kalung dengan liontin hati pula. Sangat bagus sekali.

Kulihat lagi di dalamnya ada sebuah surat berwarna biru muda dengan didepannya ada dua gambar hati saling bertaut. Rudy memang sosok seorang yang sangat romantis. Ku buka surat itu dengan hati yang tak karuan. Aku pun membacanya dalam hatiku.

Arinku,

Sengaja ku tulis surat ini untuk mu aku tahu berkata mungkin lebih baik tapi aku tak ingin menggangumu lagi .

Kau hadiah terbesar untukku meski aku akhirnya tak bisa memilikimu.

Aku tahu ini terdengar naif tapi aku sangat mencintai dirimu.

Aku hanya bisa mengejar bayanganmu dalam

angan ku sendiri

Arin , meski aku sudah tak bisa menggapaimu lagi izinkan aku untuk menitip hatiku padamu .

Anggap saja aku tinggalkan hatiku padamu

Sebelum melangkah lagi menggapai apa yang sudah tertinggal dalam hatiku

Aku harap kau mau menerimanya

Salam Rudy ..

Aku menutup surat itu dan melipatnya kembali , aku menarik napas panjang jadi inilah isi hati Rudy.

Kupegang kalung berliontin hati itu, ku perhatikan dan kulihat ada inisial di hati liontingnya huruf R apa itu dari Rudy. Ya aku yakin R Itu pasti Rudy.

Aku lalu mencium kalung itu dan kusimpan kembali di kotak kecil itu berikut dengan surat dari Rudy lalu aku menutup nya perlahan dan memeluk kotak itu seakan aku memeluk Rudy.

Aku juga sangat merindukannya air mataku terasa di kelopak mataku dan jatuh tepat di atas kotak itu.

Aku tambah memeluknya seakan tak ingin melepas apa yang telah Rudy titipkan padaku yaitu hatinya lalu aku menangis dengan Isak yang kutahan, Rudy maafkan aku, maafkan aku.

Gerimis mulai terasa seakan ingin larut dalam kesedihanku juga cinta yang kembali kandas untuk kesekian kali kurasakan lagi. Cinta yang tak bermuara dan cinta yang sudah layu sebelum waktunya.

Aku sudah memilih keputusanku tak mungkin aku tarik lagi kebelakang dan kuubah apa yang sudah terjadi .

Rudy sudah pergi meninggalkanku , entah kapan aku bisa bertemu lagi atau tepatnya apa dia mau menemuiku lagi? Aku tak bisa menjawab pertanyaanku sendiri. Aku hanya bisa diam dan membiarkan semua ini terjadi dan terlewat sebagai sebuah pengalaman hidup yang sangat berharga untukku.

Pengalaman dimana aku belum bisa menemukan hatiku seperti Rudy yang sudah menemukan hatinya dan di titipkan kepadaku.

Aku berjalan dengan lunglai menuju ke mobilku lalu aku mengemudikannya dengan pelan aku seperti tak bertenaga tak ingin pergi tak ingin juga merasakan kepahitan ini.

Badanku mulai terasa limbung mataku seperti berkunang kunang entah aku ini sadar apa tidak tapi badanku seperti melayang ke atas dingin mulai kurasakan di sekujur tubuhku rasanya sudah tak bernyawa lagi.

Tidak ada yang bisa ku pegang, kulihat samar rumahku yang berdiri kokoh menyambutku. Aku sudah tak kuat lagi tapi tanganku masih meraih kunci mobil dan mematikannya dan tanpa terasa kepalaku terkulai di atas kemudi dan menimpa klakson mobil hingga aku merasakan diriku terkulai lemah.

Terpopuler

Comments

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

lanjutt lagi😊

2021-01-15

2

Siti Zubaidah

Siti Zubaidah

ketinggalan lagi... lanjut thor.. makin seruuu👍👍👍👍

2020-12-19

2

PROMISE🌺

PROMISE🌺

like this KK semangat terus kk feedback karya aku yuk ditunggu kedatangannya 🤗

2020-12-13

1

lihat semua
Episodes
1 Permulaan Bertemu
2 Wanita Pengganggu
3 Perselisihan
4 Moment Indah Di Reuni
5 Kasus Tari
6 Pertemuan Dengan Rudi
7 Hal Yang Tak Terduga
8 Persidangan Tari
9 Persidangan Tari 2
10 Keputusan Dan Kecelakaan
11 Pilihanku
12 Permintaan Lestari
13 Pertengkaran
14 Penyelesaian
15 Rudy Oh Rudy
16 Kepergian R
17 Hari Pertunangan
18 Siapa Yang Bahagia ?
19 Masa Dulu Masa Sekarang
20 Kemunculan Sang Mantan
21 Berita Yang Mengejutkan
22 Syarat Dari Reihan
23 Kesedihan Gita
24 Perjalanan Ke Singapura
25 Keinginan Ervan
26 Kepulangan Gita
27 Keputusan
28 Kondisi Ervan
29 Surat Ancaman
30 Sifat Dimas Yang Tak Terlihat
31 Hukuman
32 Malaikat Kecil
33 Yang Tersembunyi
34 Kemoterapi
35 Cerita Dimas
36 Kehidupan Baru
37 Cerita Reihan
38 Mencari Jejak
39 Yang Terungkap
40 Yang Manja
41 Titik Terang
42 Gita Yang Bahagia
43 Menuju Hari ..
44 Pernikahan
45 Penarik Hati
46 Kekesalan
47 Tanpa Hasil
48 Mengembirakan
49 Mencari Kebenaran
50 Masa Lalu
51 Tabir Rahasia
52 Kejujuran Yang Menyakitkan
53 Akhir Cerita Manis
54 Lembaran Baru
55 Pertemuan Tidak Terduga
56 Ke Arah Lain
57 Apakah Benar?
58 Kencan Pertama
59 Tentang Jodoh
60 Dimas Yang Sendiri
61 Niat Baik
62 Menyenangkan
63 Sebuah Janji
64 Memilih Dan Memilah
65 Harus ..
66 Tidak Mendapatkan
67 Permulaan Yang Baru
68 Malam pertama
69 Kelahiran
70 Kehilangan
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Permulaan Bertemu
2
Wanita Pengganggu
3
Perselisihan
4
Moment Indah Di Reuni
5
Kasus Tari
6
Pertemuan Dengan Rudi
7
Hal Yang Tak Terduga
8
Persidangan Tari
9
Persidangan Tari 2
10
Keputusan Dan Kecelakaan
11
Pilihanku
12
Permintaan Lestari
13
Pertengkaran
14
Penyelesaian
15
Rudy Oh Rudy
16
Kepergian R
17
Hari Pertunangan
18
Siapa Yang Bahagia ?
19
Masa Dulu Masa Sekarang
20
Kemunculan Sang Mantan
21
Berita Yang Mengejutkan
22
Syarat Dari Reihan
23
Kesedihan Gita
24
Perjalanan Ke Singapura
25
Keinginan Ervan
26
Kepulangan Gita
27
Keputusan
28
Kondisi Ervan
29
Surat Ancaman
30
Sifat Dimas Yang Tak Terlihat
31
Hukuman
32
Malaikat Kecil
33
Yang Tersembunyi
34
Kemoterapi
35
Cerita Dimas
36
Kehidupan Baru
37
Cerita Reihan
38
Mencari Jejak
39
Yang Terungkap
40
Yang Manja
41
Titik Terang
42
Gita Yang Bahagia
43
Menuju Hari ..
44
Pernikahan
45
Penarik Hati
46
Kekesalan
47
Tanpa Hasil
48
Mengembirakan
49
Mencari Kebenaran
50
Masa Lalu
51
Tabir Rahasia
52
Kejujuran Yang Menyakitkan
53
Akhir Cerita Manis
54
Lembaran Baru
55
Pertemuan Tidak Terduga
56
Ke Arah Lain
57
Apakah Benar?
58
Kencan Pertama
59
Tentang Jodoh
60
Dimas Yang Sendiri
61
Niat Baik
62
Menyenangkan
63
Sebuah Janji
64
Memilih Dan Memilah
65
Harus ..
66
Tidak Mendapatkan
67
Permulaan Yang Baru
68
Malam pertama
69
Kelahiran
70
Kehilangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!