Sore itu setelah mandi aku bergegas ke rumah Tari aku sudah tak sabar ingin bertemu Tari dan menyelesaikan masalah ini, aku tak ingin berlarut larut, ini tak baik menurutku.
Mobilku sampai ke depan rumah Tari, terlihat dari luar rumah itu kelihatan sepi. Lampu teras pun menyala dengan terang. Setahuku jika Tari pergi dari rumah untuk jangka lama dia pasti akan menyalakan lampu depan untuk jaga jaga katanya.
Jadi kalau ada yang mau iseng tidak akan berani karena dengan tanda lampu menyala itu artinya ada orang di rumah kata Tari waktu itu padaku.
Itu berarti Tari telah pergi tapi kemana, apa mungkin ke rumah orang tuanya tapi kalau jalan sekarang sepertinya tak mungkin aku bisa kemalaman di jalan. Sekarang sedang rawan begal aku tak mau ambil resiko.
Akhirnya aku memutar mobilku lagi berjalan pulang ke rumah. Mungkin esok hari saja aku pergi setelah pulang kerja, akan kuusahakan pulang siang aku akan izin pada bosku kalau aku sedang tak enak badan tak apalah berbohong dikit ha ha ha aku kan beberapa hari ini lembur terus pasti bosku memahami ku.
Begitu sampai aku langsung masuk ke dalam rumah dan kupaksakan untuk tidur lebih awal aku ingin bangun pagi pagi sekali.
Pagi harinya pun aku cepat cepat pergi, ibu yang memanggilku untuk sarapan tak kujawab aku hanya mencium pipi ibu saat hendak pergi. Dengan alasan banyak pekerjaan ucapku pada ibu.
Pagi yang tenang, kantorpun masih sangat sepi hanya cleaning servis dan office boy yang ada di situ mereka juga kaget aku datang pagi pagi sekali tapi tak mengatakan apa apa hanya mengangguk saat ku lewat di depan mereka. Hari ini fokusku menyelesaikan pekerjaan secepatnya.
"Hai selamat pagi" Sapa Rika di balik pintu ruangan kerjaku. Aku tersenyum padanya."Selamat pagi ibu yang cantik." Aku membalas sapanya.
"Tumben kamu sudah datang apakah ada sesuatu yang membuatmu seperti ini atau kamu kurang tidur semalaman hingga kamu ingin cepat cepat masuk kantor." Ledek Rika padaku. Aku mendelik ke arahnya.
"Padahal belum tanggal gajian Rin, ga usah rajin rajin masih single ini belum mikir butuh." Rika menggodaku.
Aku kibaskan sebelah tanganku tanda agar dia menjauh dariku. Rika tertawa renyah sambil meninggalkanku berjalan menuju ke meja kerjanya. Dari jauh kulihat Rika masih tertawa melihatku. Aku hanya menggelengkan kepalaku lalu melanjutkan pekerjaanku yang tadi tertunda.
Ada banyak sekali fail yang harus kubereskan, hingga jam 11 siang pekerjaanku hampir selesai biasanya jam segini bosku pasti lewat untuk melihat lihat kondisi anak buahnya, ternyata dugaan ku benar dari jauh kulihat dia sudah membuka pintu dan masuk ke ruang kerjaku.
"Arin, nanti bapak akan keluar kamu ambil saja berkas yang di atas meja kerja, kamu susun untuk bahan bertemu klien kita nanti " Bosku menyuruhku sambil merapikan jas hitamnya .
"Siap pak laksanakan!" Sahutku seperti seorang polisi kepadanya.
"Tapi pak aku izin keluar duluan bisa kan pak? Aku ada keperluan nanti pekerjaan bapak aku lanjutkan lagi di rumah" Ucapku dengan suara semanis mungkin sambil terus tersenyum .
"Keperluan apa?" Tanyanya.
"Mau mencari vitamin pak, hanya satu hari ini saja pak boleh yaa." Akupun merayu pak bosku .
"Alasan yang aneh, mencari vitamin kan bisa pulang kerja kalau cari alasan itu yang kreatif Ariiin!" Ucapnya dengan tegas.
"Ya pak siap tapi bolehkan aku pulang lebih awal." Pintaku pada pak bos.
"Baik kamu boleh pulang lebih awal cuma satu hari ini saja lain kali kamu seperti ini gajimu bapak potong!" Jelas pak bosku biar kelihatan garang, aku hanya tersenyum senyum, asyik akhirnya bisa pulang.
Ku bereskan semua sisa pekerjaaku aku ingin cepat cepat bertemu Tari, ku tambah kecepatan mobilku agar cepat sampai di rumah orang tua Tari.
Rumah orang tua Tari sangat Asri. Aku sampai di sana sudah hampir sore hari, aku bertemu dengan ibunya Tari yang sedang menyapu di halaman.
"Sore Tante!" Aku menyapa ibunda Tari, dia menoleh ke arahku wajahnya sangat terkejut melihatku. "Arin! Dengan siapa kamu kemari?" Tanya ibunda Tari, aku lalu mencium tangannya dan memeluknya dengan perasaan rindu sudah lama kami tak bersua, karena ada masalah inilah aku jadi bisa kemari lagi.
"Tari kemana tan?" Tanyaku sambil celingukan. Dulu sebelum ada masalah ini, Tari pasti akan keluar rumah dengan berlari lalu memelukku tapi sekarang Batang hidungnya pun tak kelihatan.
"Tari sedang pergi ke makam ayahnya, sejak dia datang kemari dia hanya diam saja tak banyak bicara dengan ibu. Apa ada masalah dengan Tari nak Arin?" Tanya ibunda Tari dengan wajah penasaran menunggu jawaban dariku.
"Tari tak bilang apa apa sama Tante?" Aku balik bertanya. Dahi ibunda Tari berkerut tanda semakin bingung.
"Arin yang tante tahu jika dia punya masalah pasti bicaranya denganmu kan? Kasus dengan Leo sudah selesai kan terus apa yang di hadapi Lestari sekarang?" Tanya ibunda Tari lagi. Aku jadi bingung menjawabnya, jika Tari sendiri tak cerita terus aku harus cerita apa? Lebih baik aku menunggu Tari.
"Akupun tak tahu tan, tapi aku akan cari tahu tante tenang saja ada aku kan" Ucapku dengan senyuman.
"Ya tolong ya nak Arin tante kuatir sekali, tapi waktu dia di jemput siapa ya pengacaranya, Tari sangat bahagia dia selalu cerita tentang pengacaranya itu." Yang di ceritakan ibunda Tari pasti Rudy.
Tari membuatku semakin tambah bersalah. Karena lama menunggu akhirnya ku putuskan untuk menyusul ke pemakaman ayahnya . Dari jauh aku sudah melihat Tari yang masih duduk di depan nisan ayahnya. Kulihat sesekali Tari menyeka air matanya, hatiku jadi trenyuh melihat Tari seperti itu.
Tangan Tari mengusap nisan ayahnya dan seperti sedang berbicara tapi aku tak tahu apa yang dia ungkapkan. Aku tak berani mendekat aku hanya memperhatikannya saja. Sepertinya bukan waktu yang tepat untuk membicarakan masalah aku dan Tari.
Akupun meninggalkan tempat itu. Sepanjang jalan aku berpikir apa yang sudah kulakukan mungkin sudah sangat menyakitinya. Aku langsung memutuskan untuk pulang ke rumah ibunda Tari pasti akan cerita kalau aku sudah mampir ketempat dia. Dan pastilah nanti Tari akan menghubungiku secepatnya.
Aku dan Tari dari pertama kenal tidak pernah mempunyai masalah, kami selalu baik baik saja, dia selalu menuruti yang aku bilang. Aku ambil kertas gambar Tari yang ku letakkan di kursi samping kemudiku tadinya aku akan mengembalikannya tapi karena aku tak jadi bertemu kuputuskan akan ku simpan untuk diriku sendiri.
Sesampainya di rumah badanku sangat lelah sekali. Beberapa kali kugerakkan badanku tapi tetap saja terasa pegal pegal. Gita mengambilkan segelas air putih dingin untukku.
"Jadi kaka tak jadi menemuinya?" Gita bertanya padaku dan langsung duduk di sampingku.
"Tadinya si begitu tapi setelah kulihat langsung Tari di pemakaman ayahnya aku tidak jadi Git, mungkin biarlah dia berdiam sendiri dulu." Jawabku sambil meminum air putih itu terasa dingin sekali di tenggorokan.
"Oh ya ka tadi Rudy kesini mencari Kaka" Ucap Gita .
"Rudy?" Tanyaku pada Gita.
'"Ya ka sehabis magrib dia kesini tapi cuma sebentar dia ingin ketemu sama kaka hanya itu yang dia bilang" Kata Gita lagi.
"Ya sudah nanti aku telpon dia makasih ya Git, kaka mau mandi dulu terus tidur cape sekali kaka." Ucapku lalu berdiri dan meninggalkan Gita menuju kamarku.
Sampai kamar pun aku bingung apa yang harus aku katakan nanti di telpon. Apa akan kukatakan saja apa adanya kalau Tari sangat mencintainya. Tiba tiba ponselku berbunyi terlihat nama Dimas di layar ponsel, akupun lalu mengangkatnya.
"Hai Mas ada apa?" Tanyaku sambil tiduran.
"Hai juga, tidak apa apa aku hanya ingin telpon saja, bagaimana kerjaan kantor apa ada masalah?" Dimas memulai percakapan.
"Oke baik baik saja kamu sendiri kapan pulang?" Aku senang sekali mendengar suara Dimas kembali.
"Mungkin sekitar seminggu lagi, kapan pertunangan adikmu?" Dimas bertanya padaku lagi.
"Tiga hari lagi Mas, hari minggu kau tak bisa hadir ya?" Suaraku dengan nada pelan.
"Aku tidak tahu sepertinya tak bisa, tapi akan kuusahakan datang, ya sudah aku tutup telponnya ya Rin aku ingin tidur." Ucap Dimas lagi.
"Oke bye bye" Akupun menutup telpon.
Dimas tak bisa hadir, kalau Rudy Kuundang juga tak mungkin kalau Tari tahu dan melihat Rudy ada di sini dia akan semakin tak suka padaku. Harus bagaimana? Aku mengacak rambutku sendiri. Tapi kupikir pikir aku akan membicarakan perihal ini dengan Rudy, aku akan bicara dengannya masalah aku, dia dan Tari mungkin ada titik temunya. Emm aku jadi tak bisa tidur.
Sampai malam, aku tunggu Tari telpon tak ada panggilan darinya juga. Aku mencoba telpon pun tak di angkat. Kucoba untuk kirim SMS, itupun hanya di baca saja tak di Jawab.
Pasti dia sudah tahu aku sudah kesana untuk menemuinya tapi kenapa dia tak menanyakan keperluan ku untuk apa bertemu dengannya . Mataku sangat ngantuk sekali hingga akhirnya akupun tertidur dengan ponsel masih di tanganku.
Kugerak gerakkan mataku perlahan, ku dengar suara alarm ponselku berdering, jam berapa ini, lalu kulihat jam di dinding menunjukkan pukul 4.39 pagi hampir masuk sholat subuh. Ponselku kembali berdering siapa yang telpon pagi pagi begini. Mungkin Tari bisikku dalam hati.
Ternyata Rudy yang menelpon "Hallo Arin kamu sudah bangun?" Rudy bertanya padaku. Dengan sedikit menguap aku menjawab Rudy.
"Hallo juga, ya Rud tumben pagi begini sudah telpon?" Aku balik bertanya lalu kugeser badanku ketepi tempat tidur agar lebih enak berbicara.
"Ya ada yang ingin aku bicarakan denganmu jam makan siang bisa tidak kita bertemu?" Suara Rudy di seberang sana.
"Aku juga ingin bertemu denganmu ada yang ingin ku bicarakan tapi kalau pas jam makan siang sepertinya aku tak bisa terlalu pendek waktunya" Kebetulan Rudy menelpon.
"Kalau begitu pas pulang kerja aku jemput kamu bisakan?" Kata Rudy lagi suaranya sangat senang mendengar aku mau jalan dengannya.
"Baiklah karena kamu mau menjemputku aku tak akan membawa mobil hari ini aku akan naik taxi online tapi janji pulangnya kamu antar aku juga ya" Kataku dengan semangat pula.
"Oke jumpa sore ya bye bye." Rudy lalu menutup telpon. Aku lalu bangun dari tempat tidur menuju kamar mandi sekalian mau solat subuh.
Aku merapikan berkas berkas ke dalam map warna biru tak lupa pula ponsel, dompet dan tasku. Hari ini aku harus menyelesaikan pekerjaan ku lagi . Aku sangat bersemangat untuk hari ini. Ibu sudah menyiapkan sarapan di atas meja aku lalu duduk dan mengambil sepotong roti aku celupkan roti itu ke teh manis yang sudah di sediakan ibu.
"Ka Tari tak bisa datang ka ke acara pertunanganku, dia bilang dia sudah janji dengan adiknya akan pergi ke Jogjakarta untuk bertemu dengan budenya." Gita langsung bersuara begitu melihatku duduk di depannya.
"Tapi Tari dan kamu sudah baikkan kan Rin?" Aku lalu menatap keduanya.
"Ya gitu dah bu antara baik dan tidak tapi Tari pasti sudah tahu aku sudah berusaha menemuinya" Jawabku.
"Kalau Tari tak bisa datang ya sudah de mungkin dia sedang mengurus sesuatu dengan keluarga dari ayahnya atau juga dia masih tak enak denganku aku tak tahu." Jawabku asal asalan.
"Tapi baju kebaya ka Tari bagaimana aku sudah buatkan untuknya rencananya hari ini akan aku berikan kebaya itu untuk ka Tari." Suara Gita sedikit sedih.
"Sudah di simpan saja, siapa tahu pas pernikahan Tari bisa datang jadi tak perlu buat kebaya lagi untuknya." Jawaban ibu sangat menghibur Gita. Akupun tersenyum pada Gita menyetujui apa yang di katakan ibu.
Pekerjaan kantor sangat menumpuk janjiku untuk menyelesaikan di rumah tak kutepati. Akupun pura pura lemas saat bosku lewat depan ruanganku.
"Mana Arin yang bapak suruh kemarin kenapa tak kamu letakkan di meja bapak?" Bosku bertanya dengan nada sedikit kesal.
"Ya pak maaf aku salah aku kerjakan sekarang ya pak boskyu yang ganteng" Rayuku dengan tersenyum manis.
"Baik, bapak beri waktu hari ini saja jika tidak selesai gaji kamu bapak potong!" Ucap pak bos sambil mengangkat tangannya sampai leher. Menakutkan sekali pikirku tapi aku malah tertawa si pak bos bisa saja bercandanya.
Aku benar benar ngebut bekerja selain ingin cepat selesai aku juga sudah ada janji dengan Rudy, aku ingin membicarakan masalah Tari dengannya tapi kenapa Rudy mencariku juga ya apa ada juga yang penting yang ingin di sampaikannya padaku. aku jadi semakin penasaran ada masalah apa di antara kita berdua? Atau hanya ingin mengajakku makan malam saja.
Banyak sekali pertanyaan yang terus menggelayut dalam pikiranku tanpa ku tahu jawabannya. Tanpa terasa jam sudah menunjukkan hampir jam 4 sore waktu jam pulang kantor tiba.
Sengaja hari ini aku tak istirahat aku hanya fokus dengan pekerjaan ku. Untunglah ibu tadi sempat membuatkan bekal untukku jadi sambil kerja bisa sambil ngemil ngoyo sekali ya aku bekerja seperti mau ikut promo naik jabatan saja, kerja, kerja, kerja ha ha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
yuhuu... like lagi💃💕
2021-01-15
2
OP_PRO
hai kak udah aku kasih like dan komen yah , semangat terus dan jangan lupa feedbacknya Menanti Cinta Prajurit
2020-12-11
2
Susi Ana
jempol hadir, mampir ya
2020-12-10
1