Wanita Pengganggu

Saat kami berdua sedang asyik membicarakan tentang masa masa dulu, tiba tiba seseorang menepuk tangan Dimas "Hallo, kamu Dimas kan?" Seorang gadis cantik menyapa.

"Oh, hai Anita apa kabarmu?" Dimas menjulurkan tangannya.

"Ya Mas masa sudah lupa?" Gadis yang bernama Anita itu menyambut uluran tangan Dimas.

"Gimana kabarmu?" Tanya Dimas. Anita tak menjawab, dia memandang kami berdua.

"Oh ya, kenalkan ini Arin dia asistenku" Dimas memperkenalkan aku pada Anita. "Hai saya Arin"

"Hai juga saya Anita" Mereka saling berpandangan, aku menoleh ke arah Dimas.

"Anita ini putrinya om dan tante Haris, kami berteman saat kuliah, kebetulan kami satu universitas tapi berbeda jurusan" Kata Dimas menjelaskan padaku.

"Bagaimana kabarmu? Om dan Tante kamu?" Tanya Anita dengan suara manjanya. "Alhamdulillah semua sehat termasuk aku" Dimas bercanda pada Anita.

Anita lalu meninju lengan Dimas, tapi aku kesal melihatnya. Mataku jadi terasa panas.

"Oh ya kalian ngobrol aja dulu, aku kesana dulu ya Mas" Jariku menunjuk suatu tempat, Dimas mengangguk. Padahal itu caraku saja menghindar dari mereka. Melihat Anita seperti gadis yang manja gitu, bikin gerah hati. Sok akrab gerutuku. Aku ambil minum lagi, aku teguk dan ku teguk lagi. Rasanya tenggorokan ini kering sekali.

Aku masih melihat mereka dari kejauhan, ku lihat Anita semakin manja. Kadang dia bicara sambil mempermainkan rambutnya, dasar gadis manja, ingin rasanya aku tinggalkan tempat ini.

Lama mereka berdua mengobrol hingga ku lihat Anita melambai pada Dimas dan meninggalkannya. Mataku masih memperhatikannya dari jauh. Anita berjalan manja dan mendekati seorang lelaki yang berbadan athletis. Dia memeluk lelaki itu sambil berbisik di telinganya.

Apa dia pacar Anita? Mungkin saja dasar cewek centil, tadi manja manjaan sama Dimas sekarang dengan orang lain. Lelaki atletis itupun memeluk Anita juga mereka tertawa bersama.

Mataku tiba tiba tertutup telapak tangan seseorang, lalu dia melepaskannya. Ternyata telapak tangan Dimas.

"Arin, kamu sudah makan"Tanyanya.

"Oh, be ..belum ..nunggu kamu Mas" Aku sangat gugup menjawab pertanyaan Dimas ketahuan sedang memperhatikan Anita.

"Kamu tadi sedang melihat siapa? Serius amat seperti seorang mata mata" Dimas tertawa.

"Bukan siapa siapa Mas, ayo kita makan, aku sedari tadi nunggu kamu" Aku mengalihkan pembicaraan, mengajak Dimas ke tempat makan.

Kali ini aku yang menggandeng tangannya, Anita saja bisa bermanja manja begitu masa aku tidak, Dimas terbengong bengong melihatku, berjalan layaknya seorang kekasih. Ketika kami mengambil makanan, suara seorang pembawa acara di panggung memberi tahu, sebentar lagi akan mulai pemotongan kue ulang tahun.

Kamipun urung untuk makan, melihat pemotongan kue dulu pikir aku. Om Haris mesra menggandeng istrinya ke atas panggung. Kue ultah itu bagus sekali berhiaskan boneka pasangan pengantin di atasnya.

Sebelum acara di mulai om Haris memberikan kata kata sambutan untuk istri tercinta nya, dia mulai membaca selembar kertas berisi kata kata yang sudah di pegangnya.

Untuk istriku,

Saat kulihat kamu sekarang mungkin tak secantik dulu, rambutmu tak sehitam dulu, dulu dan tubuhmu mungkin tak seramping dulu,

Om Haris diam, tamu tamu ada yang tertawa kecil mendengarnya. Om Haris melanjutkan lagi.

Tapi bukan itu, keistimewaan mu yang jelita. Keistimewaan mu adalah selalu bersamaku sepanjang waktu saat di mana aku susah dan senang. Ku harap di kehidupan nanti kita akan bersama selalu i love you honey.

Om Haris meraih tangan istrinya dan menciumnya. Tepuk tangan para tamu menggema, aku pun terharu tak sadar kepalaku bersandar di bahu Dimas. Menitikkan air mata, sangat romantis. Kurasakan tangan Dimas memegang bahuku dan mengusapnya pelan, aku jadi berdebar debar. Tak lama kemudian Om Haris memulai untuk memotong kue.

Potongan pertama untuk istri tercinta, potongan kue kedua untuk Anita putri semata wayangnya yang manja itu, entah kenapa aku sudah tak suka melihat Anita padahal kami baru bertemu.

Apa ini tandanya aku cemburu pada Dimas? Kalau benar aku cemburu itu berarti tandanya cinta? Apa aku benar benar sudah jatuh cinta sama Dimas? Kami berada di pesta itu sampai acara selesai, tengah malam baru kami pulang.

Dalam perjalanan pulang hujan sangat deras, udara begitu dingin, ku usap usap tanganku sendiri agar sedikit hangat. Ternyata diam diam Dimas memperhatikanku, ditariknya jaket hitam yang bergantung di kursi yang di dudukinya dengan tangan kirinya, lalu memberikannya padaku.

"Pakailah, AC nya akan ku matikan agar tidak terlalu dingin." Aku terima jaket itu dan langsung memakainya, sedikit mulai hangat, hujan memang sangat deras dan lebat.

"Apa kamu ingin berhenti dulu di suatu tempat?" Dimas bertanya padaku, aku hanya menggeleng.

"Tidak usah, nanti kemalaman di jalan orang tuaku pasti sudah menungguku, aku tak mau membuat mereka khawatir."

"Jalan saja pelan pelan Mas !" Kataku padanya. Dimaspun mengangguk.

Sampai rumahku pun hujan masih belum berhenti, aku hendak membuka pintu mobil tapi Dimas mencegahnya, dia mengambil payung lipat di balik kursinya, lalu keluar dan membukakan pintu untukku, ternyata dia ingin memayungi ku agar aku tak terkena hujan, di pegangnya bahu badanku lalu kami berjalan pelan.

Dia mengantarku sampai teras rumah. Dimas menolak untuk mampir dia hanya menitipkan salam untuk orang tuaku. Aku kembalikan jaket yang tadi kupakai padanya.

"Mandi pakai air panas langsung istirahat." Pesan Dimas, senang sekali hatiku layaknya pesan dari kekasih.

Hari ini aku semangat sekali untuk bekerja. Aku berdandan cantik memakai baju warna merah maroon dengan rok hitam, kali ini aku memakai sepatu dengan high heels.

Lestari kaget melihatku saat kami bertemu di depan lift.

"Hah ! Tak salah, kamu sangat cantiiik sekali wajahmu berseri seri, pasti kamu sedang jatuh cinta." Suara Tari terdengar meledekku, aku hanya mengacungkan jari ke bibirku tanda untuk diam. Kami lalu masuk kedalam lift, kebetulan kali ini lift sedang kosong hanya kami berdua.

"Boleh aku bilang satu lagi nona cantik?" Tari semakin meledekku. "Dia pasti Dimas ya kan? Benar kan aku lagi?" Mataku mendelik ke arahnya hanya jariku lagi yang ku acungkan ke bibirku.

"Baik, baiklah, kalau kamu tak mau menjawab, terserah terserah saja." Tari melenggang keluar lift dia melambaikan tangan dan memberikan kiss bye padaku, untung nggak ada yang lihat nanti bisa bisa orang melihat aku melon makan melon hiiiy.

Aku langkahkan kakiku memasuki ruangan. Ku bersihkan meja kerja Dimas dan juga meja kerjaku tapi kali ini aku berikan vas berisi bunga mawar di atas mejaku, sweet sekali. Aku mulai duduk manis di kursi kerjaku sambil menunggu Dimas masuk, tak berapa lama terdengar langkah kakinya masuk ke ruangan, dia agak kaget melihat ku.

"Waw..selamat pagi Arin, hari ini kamu berbeda sekali, ada bunga mawar lagi, kamu sedang merayakan sesuatu?" Kata Dimas sambil menutup pintu, sikapnya sangat cuek.

"Ya, selamat pagi pak Dimas, tidak ada yang di rayakan pak, hanya ingin mengganti suasana agar tak boring " Aku berkata sekenanya.

"Bagus itu Arin jadi kita kerja tambah semangat." Dimas berjalan menuju meja kerjanya.

Ini orang benar benar dataaar sekali masa si ga tau perasaan aku, tidak melihat ada yang berubah dari diriku.

Terdengar ketukan halus di pintu, seorang wanita cantik sudah di ambang pintu dia menghampiriku.

"Selamat pagi " Sapanya ternyata Anita teman Dimas anak om Haris yang waktu itu merayakan ulang tahun pernikahan.

"Selamat pagi, kamu Anita? Apa yang bisa ku bantu?" Jawabku. Anita juga masih mengenaliku tapi sepertinya dia tak ingin menemuiku.

"Aku ingin bertemu Dimas, oh itu kelihatan dia dari sini, biar aku yang kesana!" Anita melihat Dimas lalu melangkah meninggalkan aku yang baru beranjak berdiri, Dimas juga sudah melihat kehadiran Anita.

Aku hanya diam saja melihat mereka berdua, mereka berbincang sangat akrab tak berapa lama Dimas dan Anita keluar dari tempat kerja Dimas.

"Arin, aku dan Anita akan pergi keluar sebentar, Anita ingin membuka usaha baru dia ingin aku ikut membantunya, kalau ada yang mencari aku katakan saja aku sedang keluar" Pesan Dimas padaku.

"Baik pak .." Aku hanya memperhatikan mereka. Akan kemana Anita membawa Dimas atau sebaliknya Dimas yang mengajak Anita? Dadaku bergemuruh turun naik menahan rasa cemburu di hatiku.

Aku menunggu mereka dengan perasaan kesal, kenapa aku jadi begini aku coba mengalihkan pikiranku yang terus tertuju pada mereka berdua dengan membuat teh panas tanpa sadar air yang ku tuang berlebihan dan berceceran, mengenai sedikit tanganku, rasanya perih sekali.

Ku cari obat luka di laci meja kerjaku tapi tak menemukan juga, saat itulah Dimas muncul di balik pintu, dia heran melihatku sibuk sendiri.

"Kamu kenapa? Tanyanya melihatku yang masih meniupi lukaku.

"Coba ku lihat" Dimas meraih tanganku yang sedikit merah.

"Kenapa bisa begini Arin?" Dimas bertanya lagi.

"Mari ke mejaku, aku punya sedikit salep di kotak P3K ku." Lalu ku ikuti arah langkah kakinya menuju ke meja kerjanya.

Aku duduk didepan meja kerja Dimas, dia mengeluarkan sebuah kotak dan mengambil salep di dalamnya. Dimas mulai mengolesi tanganku perlahan.

"Kamu dari mana? Lama sekali kamu pergi dengan Anita?" Aku berusaha menyembunyikan rasa cemburuku.

"Aku hanya pergi makan sebentar, kenapa?" Dimas malah balik bertanya.

"Tidak, tak apa apa" Jawabku asal.

"Ya sudah, besok lebih hati hati Arin.." Dimas memasukkan salep itu lagi, aku hanya mengangguk. Asal kamu tak pergi lagi saja dengan dia lagi gerutuku.

Ternyata hari hari berikutnya Anita jadi lebih rajin datang menemui Dimas, bahkan kali ini dia berpakaian lebih seksi, pernah aku melihat Anita bergelayut manja di lengan Dimas. Satu kali mereka tidak pergi, di dalam ruang kerja Dimas, Anita begitu sangat kecentilan. Tawanya Anita itu yang membuat kupingku sakit.

Dia sekarang berani untuk memeluk Dimas, cuma kadang terlihat Dimas juga agak risih di perlakukan seperti itu . Aku mencoba mengatakan pada Dimas, tingkah Anita itu tidak wajar untuk ukuran seorang teman tapi Dimas tak menggubrisnya dengan alasan dia tak enak hati dengan kedua orang tua Anita. Biasanya Dimas paling fokus dengan bekerja, sekarang sudah sedikit berbeda. Membuat diriku tak tahan lagi untuk bicara.

Seperti pagi ini, Anita kembali muncul mereka tertawa bersama, aku lalu mendekati mereka.

"Maaf pak Dimas, bukankah bila sedang bekerja harus fokus?" Tiba tiba aku berkata seperti itu di depan Dimas dan Anita. Dimas kaget di tegur olehku seperti itu.

"Arin, di sini ada Anita, apa kamu tidak tahu?" Dimas memandangku tajam, Anita melihatku dengan tatapan tak senang.

"Ya, apa maksud kamu mengatakan seperti itu bila aku tiap hari kesini kenapa?" Tanya Anita. Sepertinya tahu tujuan arah pembicaraan ku.

"Aku minta maaf tapi kan ini sedang jam kerja!" Kami saling bertatapan.

"Arin, kita akan mengobrol nanti." Dimas mencoba menengahi di antara kami berdua .

"Aku pulang Mas, bikin ga mood saja, beritahu asistenmu aku tamu di sini, tak sopan rasanya dia berlaku seperti itu!" Anita berdiri lalu pergi. "Maaf Bu Anita, saya.... "

Anita menoleh dan pergi tidak menghiraukan aku yang ingin menjelaskan padanya. Akupun mencoba meluruskan masalah ini dengan Dimas.

"Kamu pasti tahu pasti maksud ku?" "Jujur aku tak mengerti sikap kamu, dia tamu saya, kami berkawan lama ini juga ruangan saya!" Wajah Dimas tersirat sedikit ketidak senangan.

"Aku tahu aku hanya asisten, aku juga tahu itu tamu kamu, di ruangan kamu tapi apa kamu tidak berpikir selain ruangan kamu ada ruangan karyawan lain di luar ruangan ini juga! Apa kamu juga tidak memikirkan hal itu?" Kataku dengan tegas.

Dimas menarik napas panjang .

"Lalu mau kamu apa?" Dia menatapku sangat tajam.

"Bila kamu ingin bertemu dia jangan di kantor, kamu bisa bertemu dia sepulang kerja atau di hari lain yang tak sibuk mungkin!" Saranku padanya dengan nada yang masih kesal.

"Kami di sini juga membicarakan pekerjaan tak lebih!" Suara Dimas terdengar keras.

"Yah, dengan dia suka memeluk kamu atau dia manja manjaan dengan kamu, begitu kan maksud kamu?" Lalu akupun menatapnya dengan tajam juga.

"Aku tak mengerti dengan jalan pikiran kamu andai dia bermanja denganku kenapa? Aku masih sendiri" Dimas membela diri.

"Aku tak mau berdebat lagi denganmu, ku akui bertemu Anita di jam kantor itu suatu kesalahan tapi bila kamu terlalu menyudutkan Anita aku juga tak suka, aku akan pergi keluar, ku harap sepulang aku dari sana, kita tak membahas ini lagi aku akan ikuti anjuran mu untuk tidak bertemu Anita di sini!" Dimas merapikan tasnya lalu dia pergi meninggalkanku.

Aku hanya menghela napas, inilah perdebatan pertama kami aku jadi penasaran dengan Anita, apa jangan jangan Anita juga jatuh cinta pada Dimas, jadi pekerjaan di jadikan alasan agar dia bisa terus berdekatan dengan Dimas.

Sepulang bekerja aku memutuskan untuk pergi ke mall, suntuk rasanya melihat Dimas yang diam saja setelah perdebatan itu. Dia hanya bicara seperlunya padaku jadi seperti awal kita bertemu lagi kaku dan dataaar.

Ketika asyik melihat lihat kosmetik tiba tiba kulihat Anita berjalan dengan seorang lelaki yang berbadan athelis itu. Dia menggandeng tangan lelaki itu mesra sekali mereka lalu ke tempat makan ngobrol berdua dengan romantisnya seperti pasangan kekasih.

Seperti seorang detektif aku mengikuti mereka berdua. Penasaran aku di buatnya, setelah makan Anita dan lelaki itu berjalan menuju ke gerai tas. Dia memilih milih tas dan sepatu, hampir saja Anita melihatku cepat ku ambil topi fashion yang ada situ sehingga aku aman tak terlihat olehnya. Selanjutnya dia pergi ke tempat koleksi baju baju wanita bermerk mahal.

Anita benar benar wanita berkelas, seleranya di atas rata rata, setelah itu barulah Anita ke tempat parkir. Aku ikuti dari jauh ku hapalkan warna baju mereka berdua sehingga tak tertukar dengan yang lain, seperti di film film detektif dan aku mata matanya.

Aku melihat Anita dan lelaki itu masuk kesebuah mobil lalu berjalan pelan menuju pintu keluar, cepat cepat ku menghampiri mobilku dan mengejarnya. Ku jarak agak jauh antara mobilku dan mobil Anita ada kendaraan lain, sengaja aku tidak di belakangnya persis itu bisa terlihat di kaca spionnya.

Kalau ada mobil lain di tengah kami, kemungkinan Anita tak curiga aku sudah mengikutinya.

Mobil itu berhenti di sebuah rumah yang sangat besar, seorang pembantu wanita membukakan pintu pagar lalu mobil itu masuk ke dalam.

Aku tunggu sampai mobil itu masuk lalu kuhentikan mobilku, pembantu itu masih di pintu pagar cepat cepat ku hampiri.

"Mbak maaf, tadi mba Dwi yah yang masuk kedalam." Aku pura pura bertanya sesuatu. Pembantu itu bingung dia memperhatikanku.

"Mbak cari siapa?" Pembantu itu bertanya lagi.

"Yang barusan masuk itu namanya Dwi kan?" Tanyaku sekenanya.

"Oh itu mbak Anita sama pacarnya Mas Rudi, mbak mungkin salah lihat." Aku menutup mulutku.

"Oh, maaf mbak saya kira dia teman saya, soalnya kami mau mengadakan reuni, aku pikir dia Dwi teman saya." Aku beralasan.

"Maaf ya mbak sudah mengganggu" Aku pamit pulang.

"Ya ga pa mbak" Pembantu itu lalu menutup pagar.

Rudi pacarnya Anita? Kalau dia sudah punya pacar kenapa dia mendekati Dimas.

Aku semakin yakin tujuan utama dari Anita sering menemui Dimas di kantor, aku harus memberi tahu masalah ini ke Dimas tapi ketika kukatakan ini pada Dimas apa yang ada di kepalaku, sikap Dimas biasa saja, dia seperti cuek dan tidak percaya dengan ucapanku.

"Baguslah kalau dia sudah punya pacar, apa hubungannya denganku, Anita sudah lama berteman denganku, jadi dia tak mungkin jatuh cinta padaku!" Ucapan Dimas setengah tidak percaya dengan apa yang kukatakan.

"Tapi aku mlihat perlakuannya pada mu mengisyaratkan dia sedang jatuh cinta padamu!" Aku tetap bersikeras dengan keyakinan ku.

"Ariin..percayalah, Anita tidak seperti itu mungkin nanti aku tanyakan langsung saja padanya, kebetulan aku ada janji makan siang ini dengannya."

Aku hanya diam, percuma juga bilang, mungkin benar juga kata Dimas aku hanya berburuk sangka saja dengannya.

Setelah pulang kerja aku memutuskan untuk jalan jalan. Ada yang ingin ku cari untuk hiasan kamarku. Saat aku mengendarai mobilku tiba tiba di tempat sepi ada yang menyalipku dan berhenti pas di depanku, aku kaget setengah mati. Aku berpikir itu perampok ternyata Anita yang keluar dari mobil itu.

Dia mengetuk kaca mobilku.

"Arin..kita harus bicara!" Aku pun mengikuti Anita keluar dari mobil lalu kami berbincang di sebelah mobilku.

"Ada apa? Kamu mengagetkanku!" Aku menatap Anita yang tidak senang melihatku "Aku tidak sengaja melihat mobilmu, kamu pasti tahu apa yang ingin ku katakan!" Anita balik menatapku.

"Kamu pasti tahu! Jangan bilang kamu tidak tahu!" Suara Anita sangat keras. Aku masih bingung dengan yang Anita bicarakan. Aku mulai menebak arah pembicaraan Anita.

"Apa ini tentang Dimas?" Tanyaku

"Ya apalagi, kenapa kamu selalu usil mengurusi urusanku, itu urusan pribadiku!" Anita terlihat sangat marah. "Aku tahu itu urusanmu tapi kulihat kamu ingin sekali mendekati dimas, kamu mengatakan padanya kamu ingin menbuka usaha tapi aku tidak pernah melihat kesungguhan itu di matamu kamu hanya ingin mendekati Dimas, iyakan?" Ucapku kembali .

"Sok tahu, memang kamu paranormal bisa baca pikiranku!" Ejek Anita.

"Kita sama sama perempuan Anita, aku memperhatikan apa yang kamu lakukan, kamu jatuh cinta pada Dimas tapi kamu juga sudah punya kekasih?" Anita hanya diam.

"Aku tak sengaja melihat kamu dan pacarmu di mall, lantas apa tujuanmu kalau kamu sudah punya kekasih tapi kamu mendekati lelaki lain, coba jelaskan padaku!" Ucapku tegas.

"Apa pedulimu! itu urusanku kamu tak bisa ikut campur, aku mau apa terserah aku kamu tak bisa mendikte aku!" Teriak Anita.

"Kalau yang kamu dekati bukan Dimas aku tidak perduli!" jawabku.

"Oh, memang kamu apanya Dimas, pacarnyakah atau mungkin istrinya? Kamu cuma asistennya? Apa kamu tak malu? Pikir itu baik baik!" Anita mengarahkan telunjuk jarinya ke kepalaku. Aku terdiam benar juga apa kata Anita, apa urusanku?

Dimas juga aku beritahu tidak perduli padaku, apa urusanku?" Anita lalu meninggalkan ku, dia terlihat senang melihatku tidak bisa menjawab pertanyaannya.

Anita pergi aku jadi terdiam aku menangis, apa urusanku? Kalimat itu masih terngiang di telingaku.

Anita benar, aku menangis lagi mungkin aku hanya cemburu dan jatuh cinta sendiri, aku yang salah, aku yang sangat bodoh bisikku dalam hati.

Aku masuk ke dalam mobil dan menangis, sesampainya di rumah ku merenung apa yang harus kulakukan kedepannya, mungkin harus menjauh atau tak perduli dengan urusan Anita dan Dimas. Lama aku memikirkan hal itu.

Akhirnya aku mengambil keputusan aku tak ingin lagi perduli, terkadang Dimas pergi dengan Anita pun aku tak menanyakannya, aku hanya fokus untuk kerja, di kantor pun aku tak banyak bicara.

Ternyata Dimas dan Anita suka berjalan berdua dan mulai di ketahui oleh teman kerja lain, saat minum kopi di pantry Rika teman kerjaku mulai kasak kusuk dengan teman kerja yang lain.

"Aku mendengar waktu itu Arin sudah menegur pak Dimas tapi pak Dimas tidak mau mendengar, sebenarnya siapa perempuan yang seringkali datang kesini? Ada yang bilang mereka partner kerja tapi aku rasa bukan begitu?" Rika menyenggol bahuku .

"Kenapa?" Masa bodoh dengan yang sedang dia bicarakan .

"Kamu jangan pura pura tidak mendengar apa yang sedang kita bicarakan." Rika berkata lagi, aku menghela napas.

"Mengapa kalian menanyakan itu padaku? Aku hanya asisten kerja bukan asisten pribadi, kalau kalian penasaran tanyakan langsung pada pak Dimas!" Sahutku dengan ketus.

"Kenapa jawabanmu jutek begitu? kamu cemburu?" Rika tertawa lepas, temannya ikut tertawa juga.

"Tapi kalau aku jadi Arin pasti aku juga cemburu siapa juga tidak bakal jatuh cinta tiap hari ketemu bos ganteng seperti itu, aku juga mau." Rika bercanda sambil menyanyikan sebuah lagu.

"Jadikan aku yang kedua buatlah diriku bahagia" Teman Rika mendengar lagu itu cekikikan bikin pedas telingaku saja.

Akhirnya kutinggalkan ruang pantry ke meja kerjaku. Kulihat Dimas sedang fokus dengan berkas berkasnya, aku sedang tidak mau melihat dia, akupun pura pura sibuk dengan kopiku.

Sehari itu aku memang tidak banyak bicara hanya menjawab apa yang Dimas tanyakan atau minta tolong, Dimas merasa ada yang aneh, diapun keesokan harinya menanyakan langsung padaku.

"Kamu sedang marah padaku?" Tanya Dimas saat mulai masuk ke ruangan kerja, aku hanya menggeleng tanganku bergerak di mulutku seperti orang yang sedang mengunci pintu lalu seolah olah kulemparkan kuncinya. Dimas tertawa.

"Kamu seperti anak kecil yang sedang minta mainan tapi tidak di belikan!" Dimas masih dengan tawanya .

"Kamu pikir aku merajuk!" Aku menjawab sengit, ku bereskan berkas berkas di mejaku.

Dimas berdiri tepat di depanku.

"Apa masih ada hubungannya dengan Anita?" Tanya Dimas lagi, wajahnya lebih mendekat ke arah wajahku. Kali ini aku tidak mau menatap wajahnya, ku tutup wajah Dimas dengan telapak tanganku dan mendorongnya sedikit.

"Aku tak mengerti di mana salahku kadang aneh wanita." Dimas bergumam sendiri sambil berjalan menuju meja kerjanya aku ingin menjawabnya tapi dia sudah duduk di tempat kerjanya, sekilas dia melihat ke arahku.

Aku selesaikan tugas tugasku tanpa ada pembicaraan, sepi sekali aku pun tak mau menoleh ke arahnya seperti robot yang sedang bekerja. Tak perduli. Tak mau tahu.

Tak terasa sudah masuk Jam makan siang, tiba tiba seseorang mengetuk pintu dari luar, Rika teman kerjaku bersama seseorang,

"Ada kurir mencarimu Rin!" Rika menunjuk kurir itu dengan telunjuk jarinya ."Ya terimakasih."

Kurir? Sepertinya aku sedang tidak memesan apa apa. Kurir itu menghampiriku, di tangannya ada buket bunga mawar yang segar.

"Bu Arin? Ada kiriman bunga." Kurir itu lalu menyerahkan bunganya padaku.

"Oh, ya terima kasih" Aku menerimanya sambil memberi tanda tanganku pada nota yang kurir berikan.

Bunga mawar, siapa yang mengirim ?

Ada tulisan huruf kecil.

Dari D dengan permohonan

maaf yang terdalam.

Aku berpikir siapa D, apa jangan jangan, aku menoleh ke arah Dimas. Dimas juga melihatku tanpa reaksi, karena penasaran ku hampiri Dimas .

"Apa kamu yang mengirimkan bunga ini?" Aku bertanya padanya, dia menutup laptopnya .

"Apa kamu masih marah padaku?" Dimas balik bertanya, aku hanya diam saja balik ke meja kerjaku .

Kuletakkan bunga itu di atas meja. Bunga yang bagus. Coba kalau kirim bunga bank seru kali yaa bisikku dalam hati tapi setidaknya itu bisa memperbaiki hubungan kami.

Acara bertemu keluarga adikku Gita batal karena dari pihak orang tua Ervan kekasih Gita sedang ada yang sakit. Tidak etis rasanya bila masih melanjutkan acara keluarga .

"Bagaimana kaka dan ka Dimas hanya sebatas teman kerja?" Gita bertanya padaku.

"Aku tak tahu kali ini ada teman dia juga namanya Anita, dia juga sedang ada pendekatan dengan Dimas." Malas sekali aku menjawab pertanyaan Gita.

"Seharusnya Kaka mengatakan apa isi hati Kaka pada ka Dimas dengan begitu Kaka akan mendapatkan kejelasan!" Saran Gita padaku.

"Aku juga sendiri sebenarnya masih bingung apa aku benar benar suka padanya atau karena aku kagum saja pada dia." Aku melihat ke arah Gita dan terdiam lagi.

"Kaka, kalau hati Kaka sendiri merasa tidak nyaman bila ada wanita lain hadir itu pasti Kaka sudah benar benar suka pada ka Dimas" Gita memberi pandangan yang lain padaku .

"Mungkin kamu benar tapi aku tidak mau terlalu larut juga dengan perasaan ku, aku tidak mau nanti aku kecewa sendiri, aku pernah menolaknya dulu. Aneh rasanya sekarang aku suka sama dia!" Aku bicara dengan diriku sendiri.

"Itu terserah kaka, apapun itu aku akan selalu ada buat kaka." Gita memelukku dengan sayang.

"Kamu juga, sabar yah bila acara di tunda banyak berdoa biar di kasih kelancaran dan kemudahan untuk mu menikah itukan juga ibadah ya kan" Hiburku pada Gita. Adikku sayang.

Terpopuler

Comments

ଓεHiatus 🦅💰⋆⃟𝖋ᶻD³⋆ғ⃝ẓѧ☂

ଓεHiatus 🦅💰⋆⃟𝖋ᶻD³⋆ғ⃝ẓѧ☂

like dan rate hadir

2021-01-03

2

zsarul_

zsarul_

hai thorr aku mampir nihh 🤗
semangatt
yuk baca juga cerita aku yang judulnya CONVERGE!!
dijamin baper deh bacanyaa ❤️
mari saling support 😍
thanks

2021-01-03

1

Aral Sidiq

Aral Sidiq

suka

2020-12-26

2

lihat semua
Episodes
1 Permulaan Bertemu
2 Wanita Pengganggu
3 Perselisihan
4 Moment Indah Di Reuni
5 Kasus Tari
6 Pertemuan Dengan Rudi
7 Hal Yang Tak Terduga
8 Persidangan Tari
9 Persidangan Tari 2
10 Keputusan Dan Kecelakaan
11 Pilihanku
12 Permintaan Lestari
13 Pertengkaran
14 Penyelesaian
15 Rudy Oh Rudy
16 Kepergian R
17 Hari Pertunangan
18 Siapa Yang Bahagia ?
19 Masa Dulu Masa Sekarang
20 Kemunculan Sang Mantan
21 Berita Yang Mengejutkan
22 Syarat Dari Reihan
23 Kesedihan Gita
24 Perjalanan Ke Singapura
25 Keinginan Ervan
26 Kepulangan Gita
27 Keputusan
28 Kondisi Ervan
29 Surat Ancaman
30 Sifat Dimas Yang Tak Terlihat
31 Hukuman
32 Malaikat Kecil
33 Yang Tersembunyi
34 Kemoterapi
35 Cerita Dimas
36 Kehidupan Baru
37 Cerita Reihan
38 Mencari Jejak
39 Yang Terungkap
40 Yang Manja
41 Titik Terang
42 Gita Yang Bahagia
43 Menuju Hari ..
44 Pernikahan
45 Penarik Hati
46 Kekesalan
47 Tanpa Hasil
48 Mengembirakan
49 Mencari Kebenaran
50 Masa Lalu
51 Tabir Rahasia
52 Kejujuran Yang Menyakitkan
53 Akhir Cerita Manis
54 Lembaran Baru
55 Pertemuan Tidak Terduga
56 Ke Arah Lain
57 Apakah Benar?
58 Kencan Pertama
59 Tentang Jodoh
60 Dimas Yang Sendiri
61 Niat Baik
62 Menyenangkan
63 Sebuah Janji
64 Memilih Dan Memilah
65 Harus ..
66 Tidak Mendapatkan
67 Permulaan Yang Baru
68 Malam pertama
69 Kelahiran
70 Kehilangan
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Permulaan Bertemu
2
Wanita Pengganggu
3
Perselisihan
4
Moment Indah Di Reuni
5
Kasus Tari
6
Pertemuan Dengan Rudi
7
Hal Yang Tak Terduga
8
Persidangan Tari
9
Persidangan Tari 2
10
Keputusan Dan Kecelakaan
11
Pilihanku
12
Permintaan Lestari
13
Pertengkaran
14
Penyelesaian
15
Rudy Oh Rudy
16
Kepergian R
17
Hari Pertunangan
18
Siapa Yang Bahagia ?
19
Masa Dulu Masa Sekarang
20
Kemunculan Sang Mantan
21
Berita Yang Mengejutkan
22
Syarat Dari Reihan
23
Kesedihan Gita
24
Perjalanan Ke Singapura
25
Keinginan Ervan
26
Kepulangan Gita
27
Keputusan
28
Kondisi Ervan
29
Surat Ancaman
30
Sifat Dimas Yang Tak Terlihat
31
Hukuman
32
Malaikat Kecil
33
Yang Tersembunyi
34
Kemoterapi
35
Cerita Dimas
36
Kehidupan Baru
37
Cerita Reihan
38
Mencari Jejak
39
Yang Terungkap
40
Yang Manja
41
Titik Terang
42
Gita Yang Bahagia
43
Menuju Hari ..
44
Pernikahan
45
Penarik Hati
46
Kekesalan
47
Tanpa Hasil
48
Mengembirakan
49
Mencari Kebenaran
50
Masa Lalu
51
Tabir Rahasia
52
Kejujuran Yang Menyakitkan
53
Akhir Cerita Manis
54
Lembaran Baru
55
Pertemuan Tidak Terduga
56
Ke Arah Lain
57
Apakah Benar?
58
Kencan Pertama
59
Tentang Jodoh
60
Dimas Yang Sendiri
61
Niat Baik
62
Menyenangkan
63
Sebuah Janji
64
Memilih Dan Memilah
65
Harus ..
66
Tidak Mendapatkan
67
Permulaan Yang Baru
68
Malam pertama
69
Kelahiran
70
Kehilangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!