Hal Yang Tak Terduga

Disela sela kasus Tari yang sedang berjalan, kupikir tidak ada salahnya mencari hiburan bersama Rudy. Apalagi sudah ada tiket di tangan Rudy. Aku berniat mengajak Tari, tapi ternyata Tari memilih untuk diam menemani Gita di rumah, dia sedang tak ingin kemana mana ucapnya.

Rudy sudah ada di depan rumahku, dia tidak menggunakan mobil melainkan sepeda motor. Motor lelaki yang cool. Mengenakan kaus biru dan celana blue jeans, Rudy berbeda dari biasanya. Rudy hanya sempat bertemu dengan ibuku, kebetulan ayahku sedang pergi ke rumah teman.

"Tari dan adikmu kemana? Rudy membuka obrolan, sepasang matanya melihat ke sekeliling rumah .

"Mereka tadi pergi, adikku akan mempersiapkan pertunangan, ada barang barang yang harus di belinya, Tari ikut pergi menemani." Aku menjelaskan sambil memberinya secangkir teh.

"Adikmu akan bertunangan?" Ada nada tidak percaya di ucapannya.

"Aku tahu kamu ingin mengatakan kenapa adikku sudah bertunangan aku tidak? Begitu kan?" Tebakanku ternyata benar, Rudy mengangguk pelan.

"Anggap saja dia sudah menemukan jodohnya, dan aku sendiri masih mencari, simple kan!" Aku lalu tersenyum.

"Yuk jalan kalau di sini terus kapan kita nontonnya?" Aku beranjak dari tempat duduk .

"Oh, ya aku pakai sepeda motor, kalau memakai mobil pasti lama di perjalanan, tahu kan sendiri Jakarta!" Rudy pun mengikuti keluar. Dia memberikan helmnya padaku. Aku pun menaikinya.

"Rin, aku mungkin sedikit ngebut, kalau kamu takut kamu bisa memegang pinggangku!" Ucap Rudy yang sudah ada di depanku, aku hanya mengacungkan jempol dan di lihatnya dari kaca spion. Kembali aku tak menyadari ada sepasang mata memperhatikanku lagi.

Benar juga, Rudy mulai menaikkan speed motor nya, angin mulai menerpaku dengan kencang, jika aku tak berpegangan pada pinggangnya, mungkin aku bisa terjatuh. Tapi ada rasa sungkan di hatiku, bagaimanapun juga Rudy sudah ada yang punya meskipun Anita kurang setia padanya.

Akhirnya kuputuskan tanganku hanya menempel saja di pinggang Rudy tapi tangan kiri Rudy menarik tanganku ke depan badannya dan memegang tanganku sebentar.

"Kamu peluk aku saja, aku akan menambah kecepatan ku..." Suara Rudy keras menahan angin yang berhembus kencang.

"Ya ok!" Aku pun mengikuti saran Rudy memeluk pinggangnya. Dadaku berdegup tak karuan, Aroma tubuh Rudy sangat terasa di hidung ku. Rudy sepertinya tipe lelaki yang tak suka pakai parfum yang terlalu strong.

Motor Rudy melaju sangat kencang, berkelak kelok menyalip mobil yang ada di depannya, dia sangat lihai, terus terang ini pengalaman yang berbeda untukku. Sesekali Rudy melihatku dari kaca spion. Setiap Rudy akan menaikkan kecepatannya, tangan kirinya akan memegang tangan ku yang memeluknya. Hangat sekali yang kurasakan.

Sekitar dua puluh menit kami berdua berada di jalan, Rudy mulai menurunkan kecepatan nya dan berhenti untuk masuk ke dalam tempat parkir khusus motor. Aku pun turun perlahan sambil membuka helmku.

"Akhirnya sampai, Alhamdulillah " Aku menaruh helm di atas motor, Rudypun membuka helmnya dan tersenyum.

"Mari Rin!" Rudy mengulurkan tangannya, aku diam memperhatikannya. Apa Rudy ingin memegang tanganku? Lalu Rudy mengangguk menunggu tanganku juga memegangnya, akhirnya ku ulurkan juga tanganku. Akupun menunduk malu.

Perasaan ku bercampur aduk, bagaimana kalau Anita tahu, aku seperti orang yang sedang memanfaatkan situasi.

"Kamu tidak usah memikirkan Anita, dia juga sedang bersenang senang dengan orang lain." Rudy seperti tahu yang terjadi dalam benakku. Aku hanya diam dan mengikutinya berjalan untuk cek tiket masuk.

Di dalam ternyata sudah sangat ramai dengan penonton kami duduk di barisan kursi panjang yang ke tiga, meski bukan VIP tapi lumayan bisa melihat Ariel dengan jelas. Aku duduk di sebelah Rudy. Sebelum acara di mulai kami foto berdua, tanpa aku sadari Rudy memegang pundak ku, pipiku dan pipinya berdekatan. Dia lalu tersenyum manis padaku.

Lampu ruangan mulai berganti dengan sinar yang temaram, hanya panggung yang bersinar terang, suara musik mulai menggema memanaskan suasana. Seisi ruangan bertepuk tangan dengan riuhnya. Kami lalu terhanyut dengan lagu yang di bawakan.

Sepertinya aku pun mulai terbawa alunan musik, dua lagu yang menghentak terlewatkan sudah, suara berganti menyanyikan lagu yang sangat syahdu dan romantis. Ku topang daguku dengan tangan kiriku, kepalaku bersandar di dekat pundak Rudy. Rudy pun melihat ke arahku .

"Arin, apa kamu nyaman denganku?" Karena suara terlalu bising aku hanya samar terdengar.

"Kamu mengatakan sesuatu aku tak dengar!" Ucapku ke arahnya, reflek dia akan membisikkan sesuatu ke telingaku, bersamaan dengan itupun aku menoleh ke arah Rudy. Ada rasa hangat di pipi kiriku, tanpa sengaja pipiku terkena bibirnya Rudy. Kami pun berpandangan, dia menatapku sangat lembut. Oh, tatapan mata itu meluluhkan aku, dia mengenggam tanganku.

Aku hanya tertunduk, bingung apa yang mesti kukatakan.

"Apa kamu senang bersamaku Arin?" Dia bertanya lagi, terlintas bayangan Anita di depanku.

Aku lepaskan genggaman tangannya dan beralih ke panggung lagi. Aku tak mau seperti orang bodoh , Rudy kan masih milik Anita bagaimana kalau Anita sampai tahu? Tapi aku mulai menyukai nya. Pandangan Rudy pun kembali ke depan, dia terlihat tersenyum bahagia lalu bibirnya ikut menyanyikan lagu yang di bawakan Ariel Peterpan.

Beberapa kali ku rasakan getaran ponsel di tasku tapi tidak ku gubris sama sekali, aku berpikir itu hanya panggilan biasa saja. Nanti saja setelah acara selesai akan ku lihat pikirku. Apalagi Rudy sangat mempesona ku, aku baru menyadari dia berbeda dengan Dimas, membuat aku semakin malas untuk mengangkat ponselku.

Tidak terasa konser musik hampir berakhir, Ariel Peterpan menyanyikan lagu yang terakhir berjudul tentang kita. Aku tersenyum sendiri. Mungkin lebih tepatnya tentang aku dan Rudy kali, bisikku dalam hati.

"Kenapa kamu tersenyum adakah yang lucu atau membuatmu senang" Tangan Rudy menyenggol tanganku. Akupun menoleh ke arahnya.

"Tidak, aku cuma bahagia rasanya mimpi bisa lihat konser Ariel, makasih ya Rud" Ku senggol juga tangannya. Tepukan riuh kembali terdengar, menandakan konser berakhir, Rudy memegang tangan ku berjalan menuju pintu keluar menuju tempat parkir.

Karena sedang ramai aku berjalan di belakang Rudy, aku mencoba mengambil ponselku, tiba tiba ada yang menabrakku dari belakang akupun spontan memeluk Rudy.

Aku berhenti berjalan "Maaf Rud!" Aku jadi salah tingkah di buatnya.

"Hati hati Arin." Dia memegang tanganku. Akhirnya kami sampai tempat parkir. Rudy mengambil helmku dan memasangkannya di kepalaku.

Pandangan mata kami kembali bertemu, dia tersenyum kembali padaku. Dia lalu naik terlebih dahulu begitupun aku, kedua tangan Rudy lalu meraih tanganku dan menariknya agar memeluk pinggangnya, dia menoleh dan mengangguk pelan.

Kami berjalan dengan suasana hati yang bahagia, kepalaku ku coba sandarkan di punggung Rudy. Sepeda motor melaju dengan kencang .

Sesampainya di rumah, hari sudah malam kulihat di ponsel ku menunjukan angka 1 . Rudy mengantarku sampai depan teras rumah, aku memberikan helm yang ku pakai padanya. Masih ada di atas motor Rudy juga membuka helmnya.

"Terima kasih kamu sudah mau menemani aku Rin." Ucapnya.

"Aku juga berterima kasih padamu, baru kali ini aku bisa menonton konser Peterpan langsung biasanya hanya lewat televisi." Ucapku dengan menunduk, aku malu bila mengingat kejadian kejadian bersama Rudy saat menonton, ada perasaan berbunga dalam hatiku.

"Aku juga, salam buat ayah dan ibumu, mungkin lain kali kita bisa pergi lagi, itupun kalau mau jalan denganku lagi." Wajah Rudy sangat berharap .

"Tentu saja aku mau, aku sangat menikmati jalan dengan mu." Ku lambaikan tanganku ke arahnya yang di jawab Rudy dengan anggukan lalu dia melaju pergi.

Ku langkahkan kakiku dengan perasaan bahagia, aku masih saja membayangkan tadi aku memeluk Rudy dengan mesranya.

"Arin , kamu sudah pulang nak?" Suara ibu mengagetkanku .

"Ibu belum tidur? Ibu menunggu aku pulang bu?" Aku balik bertanya.

"Ibu mencemaskanmu, sedari tadi ibu menelponmu tapi kamu tak angkat kenapa?" Ibu menatapku dengan raut wajah yang sedih.

"Ada apa bu? Maaf aku tadi tidak sempat jawab, semua baik baik saja kan?" Tanyaku mulai penasaran.

"Tari nak, ayah Tari meninggal." Ucapan ibu membuat badanku sangat lemas. Meninggal, innalilahi bisikku dalam hati.

"Sekarang Tari, Gita dan ayahmu sedang ke kesana mengantarkan Tari" Ibu menuturkan dengan perasaan yang sangat cemas. Aku hanya diam, kasihan sekali Tari, kasusnya belum selesai sekarang ada musibah lain menghampirinya. Aku harus kesana juga.

Cepat cepat kuambil ponselku di dalam tas ternyata benar ada sekitar 20 panggilan tak terjawab dari ibu, Gita dan Tari. Ya ini salahku tadi ponselku tak sempat ku buka karena asyik dengan konser Peterpan. Tapi aku akan pergi dengan siapa? Besok aku juga harus kerja, lebih baik aku telpon Dimas, karena aku pikir Rudy pasti masih dalam perjalanan pulang itu akan membahayakan dirinya bila menerima telpon.

"Hallo Mas, Hallo ! "Ucapku setelah telpon ku di angkat oleh Dimas.

"Ya hallo ada apa Rin?" Suara Dimas terdengar pelan di selingi suara menguap.

"Maaf Mas aku mengganggu, besok aku tidak masuk kerja, aku pergi ke kampung Tari ayahnya meninggal, Tari juga sedang menuju kesana." Ucapku lagi.

Suara Dimas terdengar sangat kaget "Apa ? innalilahi wainnailaihi rojiun , kapan kamu akan pergi aku juga ikut!" Dimas berkata lagi.

"Sekarang Mas, kita jalan bersama kutunggu kamu di rumah yah Mas." "Baiklah, kamu tunggu aku oke!" Lalu Dimas menutup telponnya.

Tak berapa lama Dimas muncul aku langsung pamit dengan ibu dan pergi dengan Dimas.

"Bagaimana kejadiannya Arin?" Dimas bertanya padaku begitu mobil mulai berjalan .

"Aku pun tak tahu persis nya bagaimana ibu bercerita tidak terlalu mendetil." Aku menatap ke arah Dimas.

"Semoga Tari baik baik saja ya Rin." Ucap Dimas lagi, aku hanya mengangguk pelan. Aku tak bercerita pada Dimas kalau aku sendiri baru pulang bersama Rudy, biarlah itui menjadi masalahku saja.

Selama tiga jam perjalanan, kami hanya diam aku dan Dimas sangat mengkhawatirkan keadaan Tari. Tanpa ku sadari aku tertidur di mobil, ku sandarkan kepalaku ke kaca mobil. Rasanya mengantuk sekali, aku belum tidur satu menitpun. Tidak ku sadari juga selama Tidur Dimas terus memperhatikan ku dengan tatapan sayangnya.

Tepukan pelan tangan Dimas kurasakan di pipiku. "Arin, Arin, bangun sudah sampai!" Dimas menepuk pipiku. Ku buka mataku perlahan, pandangan mataku ku alihkan ke sekeliling. Ya, benar ternyata sudah sampai.

Suasana rumah Tari mulai ramai dengan pelayat yang datang, terlebih dahulu aku masuk melihat jasad ayah Tari dan bertemu ibunya Tari. Ayahku pun duduk diam di situ. Dimas menghampiri ayahku dan berbincang . Sementara ibunya Tari mengatakan kalau Tari sedang ada di kamar bersama Gita adikku.

Aku pun menuju ke kamar, begitu melihatku dia langsung memeluk aku dan menangis.

Arin, ini ulah Leo! aku yakin dia ?" Taripun mengusap air matanya. Aku sedikit bingung apa hubungannya dengan si Leo itu.

"Ibuku bilang ada seseorang menelpon ibu, dia ingin berbicara dengan ayah, ibuku tak tahu apa yang di katakan oleh dia, sehabis menerima telpon itu ayah langsung kaget dan terkena serangan jantung" Tari menjelaskan padaku sambil terisak. Ku peluk Tari lagi untuk menguatkannya. Aku coba menahan emosi di dadaku.

"Aku akan telpon Rudy, kamu tenang saja jika memang Leo yang melakukan ini, percayalah kita akan membuat dia membusuk di penjara"

Aku meyakinkan Tari yang masih menangis. Dia sangat kehilangan ayah yang di sayangnya.

Aku lalu menelpon Rudy dan ku ceritakan semuanya, Rudy janji akan datang ke rumah Tari. Ritual memandikan jenazah ayah Tari pun di laksanakan. Aku lihat Tari sudah tak menangis lagi dia dan ibunya sudah ikhlas menerima takdir yang menimpa. Kami pun berjalan mengiringi ke pemakaman, Dimas dan ayah ikut bagian membawa keranda. Aku dan Tari berjalan di belakang dengan membawa sekeranjang bunga mawar.

Tanpa sengaja ku menoleh kebelakang, aku melihat Rudy sudah ada di belakangku memakai kemeja putih polos, dia tersenyum melihatku.

Saat sampai di pemakaman, aku mundur kebelakang dan ku dekati Rudy.

"Aku mendengar dari Tari yang melakukan ini adalah Leo." Aku setengah berbisik di telinga Rudy. Dia menatapku dan ku balas dengan anggukan.

Tiba tiba Dimas datang menghampiri kami berdua, dia bersalaman dengan Rudy, oh my God dua cowok yang sekarang ada di hatiku bersama juga di sini, Dimas yang tampan, kaku dan datar sementara Rudy lelaki yang cool dan penuh kharisma, aku jadi salah tingkah.

"Bagaimana nanti jadwal persidangan, apa tim pembelamu sudah siap?" Dimas memulai percakapan. Rudy hanya mengangguk.

"Ya betul Mas sekitar tiga hari lagi, semoga lancar, tim aku sudah siap." Rudy sangat berharap.

"Oh ya nanti kamu pulang bersama ku lagi atau dengan ayahmu Arin ?" Dimas beralih bertanya kepadaku. Ku tatap Rudy aduuh hatiku jadi bimbang ini bersama Dimas aku tak enak, apa dengan Rudy tapi dengan Rudy pun aku juga tak enak sama Dimas.

"Aku pulang sama ayah" Jawabku.

"Baiklah " Rudy dan Dimas berkata bersamaan. Aku tatap mereka berdua .

"Ya sudah aku akan bersama ayahku sekarang, dadah ketemu lagi nanti." Aku lalu melambai ke arah mereka berdua.

Sebelum persidangan di mulai aku mencoba untuk menemui Leo terlebih dahulu, karena status Leo yang sudah tersangka dan terdakwa Leo mengajukan penangguhan tahanan akhirnya Leopun hanya menjalani wajib lapor.

Persidangan akan segera di mulai, tapi Tari belum juga muncul aku mulai kuatir, seandainya Tari datang ke Jakarta sendiri takut juga terjadi apa apa dengannya.

Akhirnya kuputuskan menelpon Rudy tentang masalah ini, Rudy pun mengatakan padaku dia yang akan menjemput Tari sehingga aku tak usah kuatir lagi.

Ku coba mengerjakan tugas kantorku tapi pikiranku masih ke Tari hingga pekerjaan ku jadi tidak selesai. Dimas menghampiriku.

"Kamu sedang mengkhawatirkan Tari atau Rudy?" Tanya Dimas. Aku sangat kaget mendengar nya dari mana Dimas tahu aku sedang dekat dengan Rudy.

"Apa maksudmu Mas? Aku tidak mengerti." Aku memperhatikan nya.

"Aku tahu kamu sudah jalan dengan Rudy dan mungkin lebih dari itu." Jawaban Dimas bernada sinis."Terus apa yang mesti kamu perdulikan, kamu bukan siapa siapa aku, iya kan?" Jawabku berkilah.

"Memang aku bukan siapa siapa mu tapi asal kamu tahu sampai kapanpun kamu tetap milikku!" Dimas menatapku serius lalu pergi meninggalkanku.

Terpopuler

Comments

Robi Asnuning

Robi Asnuning

so sweet...ucapan dimas mengejutkan

2021-01-13

2

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

Aku datang lagi kakak

bersama cinta pak bos😘

semangat ya.. 💪💪💪

dan mampir lagi yuk

2021-01-07

1

HIATUS

HIATUS

aww nonton konser 😍❤

2020-12-19

2

lihat semua
Episodes
1 Permulaan Bertemu
2 Wanita Pengganggu
3 Perselisihan
4 Moment Indah Di Reuni
5 Kasus Tari
6 Pertemuan Dengan Rudi
7 Hal Yang Tak Terduga
8 Persidangan Tari
9 Persidangan Tari 2
10 Keputusan Dan Kecelakaan
11 Pilihanku
12 Permintaan Lestari
13 Pertengkaran
14 Penyelesaian
15 Rudy Oh Rudy
16 Kepergian R
17 Hari Pertunangan
18 Siapa Yang Bahagia ?
19 Masa Dulu Masa Sekarang
20 Kemunculan Sang Mantan
21 Berita Yang Mengejutkan
22 Syarat Dari Reihan
23 Kesedihan Gita
24 Perjalanan Ke Singapura
25 Keinginan Ervan
26 Kepulangan Gita
27 Keputusan
28 Kondisi Ervan
29 Surat Ancaman
30 Sifat Dimas Yang Tak Terlihat
31 Hukuman
32 Malaikat Kecil
33 Yang Tersembunyi
34 Kemoterapi
35 Cerita Dimas
36 Kehidupan Baru
37 Cerita Reihan
38 Mencari Jejak
39 Yang Terungkap
40 Yang Manja
41 Titik Terang
42 Gita Yang Bahagia
43 Menuju Hari ..
44 Pernikahan
45 Penarik Hati
46 Kekesalan
47 Tanpa Hasil
48 Mengembirakan
49 Mencari Kebenaran
50 Masa Lalu
51 Tabir Rahasia
52 Kejujuran Yang Menyakitkan
53 Akhir Cerita Manis
54 Lembaran Baru
55 Pertemuan Tidak Terduga
56 Ke Arah Lain
57 Apakah Benar?
58 Kencan Pertama
59 Tentang Jodoh
60 Dimas Yang Sendiri
61 Niat Baik
62 Menyenangkan
63 Sebuah Janji
64 Memilih Dan Memilah
65 Harus ..
66 Tidak Mendapatkan
67 Permulaan Yang Baru
68 Malam pertama
69 Kelahiran
70 Kehilangan
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Permulaan Bertemu
2
Wanita Pengganggu
3
Perselisihan
4
Moment Indah Di Reuni
5
Kasus Tari
6
Pertemuan Dengan Rudi
7
Hal Yang Tak Terduga
8
Persidangan Tari
9
Persidangan Tari 2
10
Keputusan Dan Kecelakaan
11
Pilihanku
12
Permintaan Lestari
13
Pertengkaran
14
Penyelesaian
15
Rudy Oh Rudy
16
Kepergian R
17
Hari Pertunangan
18
Siapa Yang Bahagia ?
19
Masa Dulu Masa Sekarang
20
Kemunculan Sang Mantan
21
Berita Yang Mengejutkan
22
Syarat Dari Reihan
23
Kesedihan Gita
24
Perjalanan Ke Singapura
25
Keinginan Ervan
26
Kepulangan Gita
27
Keputusan
28
Kondisi Ervan
29
Surat Ancaman
30
Sifat Dimas Yang Tak Terlihat
31
Hukuman
32
Malaikat Kecil
33
Yang Tersembunyi
34
Kemoterapi
35
Cerita Dimas
36
Kehidupan Baru
37
Cerita Reihan
38
Mencari Jejak
39
Yang Terungkap
40
Yang Manja
41
Titik Terang
42
Gita Yang Bahagia
43
Menuju Hari ..
44
Pernikahan
45
Penarik Hati
46
Kekesalan
47
Tanpa Hasil
48
Mengembirakan
49
Mencari Kebenaran
50
Masa Lalu
51
Tabir Rahasia
52
Kejujuran Yang Menyakitkan
53
Akhir Cerita Manis
54
Lembaran Baru
55
Pertemuan Tidak Terduga
56
Ke Arah Lain
57
Apakah Benar?
58
Kencan Pertama
59
Tentang Jodoh
60
Dimas Yang Sendiri
61
Niat Baik
62
Menyenangkan
63
Sebuah Janji
64
Memilih Dan Memilah
65
Harus ..
66
Tidak Mendapatkan
67
Permulaan Yang Baru
68
Malam pertama
69
Kelahiran
70
Kehilangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!