Waktu sudah menunjukkan jam pulang kerja. Kebetulan pekerjaaku sudah selesai semua. Pas tepat waktu, Saat Rudy berada di depan kantor dia melambaikan tangan ke arahku. Akupun lalu mendekatinya.
"Hai, kamu sudah lama di sini?" Aku lalu menghampirinya.
"Tidak juga, baru aku mau telpon kamu tapi kulihat kamu sudah berada di luar." Rudy menghampiriku juga.
"Ya, jangan menunggu lagi kita jalan sekarang bagaimana?" Rudy bertanya lagi.
"Kamu akan mengajakku kemana?" Aku balik bertanya .
"Nona cantik tidak usah tahu aku membuat suprise untukmu?" Katanya lagi. Akupun masuk kedalam mobilnya, dengan sigap diapun menyalakan mobilnya dan berjalan dengan perlahan.
Wajah Rudy sangat terlihat bahagia, sesekali dia kulihat senyum senyum sendiri entah apa yang ada di pikirannya. Baru berjalan sebentar Rudy lalu menepikan mobilnya. Aku pun melihat lihat tempat itu.
"Apa kita sudah sampai Rud?" Aku lalu melihat keadaan.
"Belum, sebentar lagi tapi ada yang ingin kulakukan padamu." Terlihat wajah Rudy penuh arti.
"Apa?" Tanyaku penasaran.
"Kamu tutup matamu dulu nanti kamu juga tahu." Jawabnya meyakinkan diriku.
"Kamu pasti mau macam macam denganku, aku akan turun saja." Aku berusaha membuka pintu mobil. "Tunggu Arin, Kamu tidak percaya padaku?" Rudy memegang pergelangan tanganku .
"Baiklah aku pejamkan mataku , tapi bila kamu yang aneh aneh aku turun" Jawabku sambil menatap kearahnya, Rudy hanya mengangguk sambil tersenyum padaku .
Akupun lalu menutup mataku, kurasakan Rudy mulai mendekat ke arahku, dia mengikatkan sehelai kain di mataku, aku memegang tangannya.
"Rudyiii.." Panggilku lirih .
"Percaya padaku Arin " Ucapnya lagi lalu menyelesaikan ikatan itu di kedua mataku. Sangat gelap kurasakan.
"Kamu tak boleh membukanya sampai aku bilang sudah tiba oke!" Suara Rudy di selingan tertawanya.
"Ya oke jangan lama lama, aku tidak betah!" Rudy lalu menjalankan mobilnya lagi. Rudy lalu menyalakan musik lagu lagu romantis. Ada apa dengan Rudy ini membuat badanku jadi panas dingin.
Tak berapa lama kami tiba di tujuan, Rudy menghentikan mobilnya lalu kudengar dia melangkah keluar membukakan pintu untukku, dia lalu memegang tanganku dan memapahku berjalan aku hanya mengikuti saja yang dia inginkan.
Kami berjalan beberapa langkah ke depan entah dia membawaku ke jalan mana. Dengan perlahan dia membukakan kain penutup mataku. Mataku terasa perih dan kugerak gerakkan mataku sedikit.
Pandanganku sangat takjub, kulihat sebuah kolam renang yang tak terlalu besar dengan lampu yang berkelap kelip. Sekeliling tempat itu terbingkai dengan vas bunga mawar berjajar rapi dan sampai ke sebuah meja dengan dua buah kursi di hiasi kain putih dan ada lilin di atas meja tepat di depan kolam renang. Oh indah sekali bisikku dalam hati..
Rudy berdiri di belakangku, Dia lalu membisikkan sesuatu di telingaku.
"Ini kejutan untukmu Arin sayang." Ucapnya menatapku. Aku menoleh ke arahnya bingung hendak mengatakan apa, ada rasa haru dan bahagia dalam hatiku.
"Mari Arin, ikut bersamaku!" Rudy meraih tanganku lalu kami berjalan bersama mendekati meja.
Meja itu sangat indah di hiasi dengan bunga mawar juga. Aku ambil setangkai mawar dan kucium perlahan ini pasti mawar merah yang Rudy tanam, baunya sangat harum. Sudah terdapat menu kesukaan ku juga sebuah pizza dengan macaroni panggang dari mana dia tahu makanan yang sangat ku suka.
"Adakah yang spesial hari ini Rud?" Aku menatap Rudy dengan bingung. Rudy tak menjawab pertanyaanku, dia menarik kursi kebelakang mempersilahkan aku duduk.
"Rudy aku bertanya padamu apa ada yang spesial hari ini?" Aku bertanya lagi dengan wajah kedepan Rudy, mungkin ucapanku tak terdengar di telinganya. Rudy hanya mengambil setangkai mawar lalu memainkan di wajahku.
"Wajahmu lucu kalau sedang bingung seperti itu." Rudy tertawa dengan bahagianya.
"Sebenarnya hari ini aku yang punya acara spesial my birthday " Kata Rudy sambil memainkan alisnya tapi terlihat wajahnya sedikit malu .
"Oh ya, wah maaf Rud, aku tidak tahu kalau begitu selamat untukmu dan doa terbaik untukmum" Ucapku dengan wajah bahagia, aku tak menyangka kalau ini hari jadi Rudy.
"Terima kasih Arin, aku minta tambahan hadiah darimu lagi bisa kan?" Tanyanya hati hati.
"Oh ya apa yang kamu minta dariku?" Aku balik bertanya dengan nada serius jantungku mulai berdegup tidak karuan. Aku melihat Rudy mengeluarkan sesuatu dari balik bajunya kotak ukuran kecil berselimutkan beludru warna merah cantik sekali kotak merah itu berbentuk hati.
"Maksudnya Rud?" Aku pura pura tak tahu, perasaanku semakin tak karuan. Rudy tak menjawab pertanyaanku lagi dia hanya membuka kotak merah itu. Di dalamnya terdapat sebuah kalung emas berwarna putih dengan liontin perak bergambar hati.
"Maukah kamu menerima ini sebagai tanda kelanjutan hubungan kita Arin?" Rudy dengan wajah yang mencoba meyakinkan diriku .Aku jadi bingung di buatnya.
Seketika terlintas bayangan wajah Dimas dan Tari di pelupuk mataku. Aku hanya diam. Aku tutup kotak warna merah hati itu dengan tangan kananku.
"Ada yang ingin kubicarakan dahulu tentang masalah kita sebelum ke tahap yang lebih lanjut Rud!" Aku berkata sambil menganggukkan kepala.
"Oke, apa yang ingin kamu bicarakan lebih dulu Arin katakan saja aku pasti akan me jawabnya." Suara Rudy tak kalah yakin seperti seorang pejuang yang tak kalah sebelum berperang.
Aku menarik napas panjang "Begini Rud pertama akan kukatakan isi hatiku padamu terlebih dahulu jujur aku suka padamu sangat menyukai mu sungguh meski aku belum mengenalmu terlalu lama ada sisi sifatmu yang aku suka keterbukaan dan apa adanya" Aku terdiam sesaat menunggu reaksi Rudy. Tapi ternyata Rudy hanya diam saja dia memberi tanda padaku agar melanjutkan ceritaku.
"Dan yang kedua ada rintangan di antara kita." Aku memperhatikannya lagi.
"Rintangan apa itu Arin apa kamu sudah klik dengan Dimas hingga kamu menolakku dengan halus." Tebak Rudy padaku.
"Bukan seperti itu Rud tapi Tari juga mencintaimu, kamu kan tahu dia temanku tak mungkin aku bersamamu jika ada hati yang terluka apalagi Tari sahabatku." Aku diam menunggu lagi Rudy untuk berkomentar.
"Aku sudah tahu Tari suka padaku." Rudy berkata pelan aku tersentak kaget mendengarnya.
"Dari caranya bersikap yang berbeda padaku aku sudah mengira tapi Arin itu hak setiap orang untuk mencintai seseorang tapi bukan kewajibanku untuk menjawab cintanya juga!" Kata Rudy dengan tegas.
"Aku mohon Rudy maafkan aku aku tak bisa melanjutkan hubungan ini aku tak mau bahagia di atas luka sahabatku aku sungguh minta maaf" Aku tutup kotak hati merah itu.
"Arin aku pernah mencintai Anita ya kuakui itu kalau kamu menolakku karena Tari menyukaiku aku tak bisa terima kecuali kamu memang benar benar mencintai Dimas lebih dari aku!" Rudy menatapku. Ingin mencoba mencari jawaban apa yang ada di benaknya.
"Aku mencintai kalian berdua itu kesalahanku Rud aku minta maaf sekali lagi." Aku terdiam. Kurasakan tangan Rudy menggenggam tanganku.
"Tak ada yang salah dengan cinta Arin kadang memang datang dalam waktu dan posisi yang tidak tepat kamu tak perlu minta maaf tak ada yang salah." Rudy seperti berbicara pada dirinya sendiri mencoba untuk menghiburku dia juga pasti tahu aku juga ikut terluka.
"Kamu menolakku bukan karena Tari semata tanpa kamu sadari kamu memang benar mencintai Dimas melebihi aku." Rudy lalu melepaskan genggaman tangannya.
Aku hanya tersenyum ,"Aku sangat berterima kasih kamu telah hadir untukku Rud, kamu tetap akan selalu punya posisi di hatiku tak akan tergantikan dengan yang lain aku hanya berharap kamu lelaki yang baik kamu akan menemukan wanita yang baik pula." Rudy tersenyum pahit mendengar penuturan ku
"Bagaimana mungkin aku mendapat yang baik jika yang baik seperti kamu hilang dari genggaman tanganku." Rudy tersenyum sendiri seperti sedang merenungi kepahitannya.
"Tapi Arin sampai kapanpun aku akan tetap menunggumu, kamu juga akan selalu di hatiku." Rudy tak bisa melanjutkan kata katanya sendiri.
"Tanpa kamu sadari ada Tari Rud yang mencintai kamu kenapa tak coba pintu hatimu untuknya seperti kau membuka hatimu padaku" Aku memberi saran padanya.
Rudy tersenyum kecil lalu tertawa dengan lepas seperti ingin lepas dari beban di hati yang memuncak.
"Arin, Arin kamu memang terlalu baik kamu rela mundur dariku agar Tari bisa denganku begitu kan maksud penolakan ini?" Rudy bertanya padaku dengan tetap memegang keyakinan di hatinya kalau aku akan menerimanya.
"Rud, cobalah pahami posisiku ini saat kamu terluka Tari lah yang bisa membantumu, dia berkonflik dengan Leo mungkin itu agar bertemu denganmu apa kamu tak melihat alam ini juga seakan mendukungmu" Aku berusaha untuk meyakinkannya.
"Kamu tahu persis aku juga dalam hal ini ikut terluka kamu berbeda dengan Dimas tapi aku tak beruntung untuk bisa memilikimu akan ada wanita lain yang beruntung mendapatkan dirimu." Ku pegang tangan Rudy dia hanya menatapku.
"Bagaimana kalau kita lanjutkan acara makan ini aku tak mau di hari ulang tahunku ini semua yang sudah kusiapkan terbuang dengan percuma." Rudy lalu menggeser kursinya mencari posisi duduk yang enak. Dia memasukkan kembali kotak hati merah itu ke dalam bajunya ada rasa kecewa yang kutangkap di wajahnya. Rudy kelihatannya tak mau membahas Tari lagi.
"Leo mengajukan banding tapi mungkin aku sudah tak bisa mendampingi Tari, aku tak mau antara aku dan klienku terlibat emosi terlalu jauh." Kata kata Rudy terhenti dia meminum segelas air di depannya pandangannya ke arah yang lain.
"Bagaimana rasa pizza-nya apa sesuai seleramu, Tari yang memberitahuku waktu aku jemput dia dulu?" Rudy mengalihkan pembicaraan.
"Kenapa kamu tak mencoba mencintai Tari dengan seiring waktu kalian akan menemukan kecocokan"
Rudy menggelengkan kepala sambil tertawa lepas.
"Tari itu bukan tipeku Arin, kalau Kusuka dari pertama aku sudah mendekat padanya takkan aku mendekatimu Tari harus mendapatkan lelaki yang lebih dariku dia gadis yang baik." Rudy mengambil sepotong pizza lalu di suapnya dengan perlahan.
"Kalau kamu sudah tak mendampingi Tari siapa yang akan bersama Tari?" Aku meminta jawaban dari Rudy.
"Ada salah seorang temanku yang bersedia mendampingi Tari, aku akan telpon dia apa mau dengan temanku sebagai pengacaranya." Rudy mengambil secuil pizza yang ada diatasnya terdapat macaroni dia lalu mencoba menyuapiku aku hanya diam .
"Please untuk kesenanganku." Rudy memohon padaku. Akhirnya ku buka mulutku dan mengunyah pemberian Rudy.
"Apa rencana mu setelah menolak aku? Apa kamu akan langsung menikah dengan Dimas?" Suara bercampur dengan nada sinisnya.
"Rudy, akupun belum jadian dengan Dimas kalau aku menikah dengan Dimas aku pasti mengundangmu tapi aku berharap aku melihat kamu yang menikah terlebih dahulu." Aku menganggukkan kepala meyakinkan dirinya.
"Aku tidak tahu " Rudy menjawab tak bersemangat sama sekali.
Makan malam hari itu sangat romantis meski kami berdua sama sama terluka. Rudy terluka karena penolakanku sedangkan aku terluka karena tak mungkin aku mendapatkan dirinya Tari lebih penting buatku.
Rudy lalu mengantarkan aku sampai rumah. Kebetulan ayah masih ada di teras rumah sedang bersantai. Rudy dan ayah lalu mengobrol. Rudy sangat hebat meskipun cintanya tak sampai padaku tapi sikap pada ayahku seperti biasanya tak berbeda seperti sebelumnya. Aku memperhatikan mereka lewat kaca ruang tamu . Maaf ya Rud semoga kamu mendapatkan kebahagian selalu di ulang tahunmu ini doaku untukmu.
Sampai larut malam ayah dan Rudy bermain catur entah berapa gelas kopi yang sudah mereka habiskan agar sepasang matanya masih bisa bertahan sampai dini hari. Karena terlihat ayah sudah mulai lelah Rudy pun berpamitan. Aku mengantarnya sampai pintu mobil.
"Makasih ya Rud sudah menemani ayahku kamu sangat bersikap dewasa aku kagum padamu." Ucapku saat Rudy hendak masuk ke mobilnya .
"Tak usah berterima kasih aku sangat menikmati bermain catur dengan ayahmu mengingatkan aku pada ayahku dulu sebelum meninggal aku dan ayah sering bermain bersama." Tutur Rudy masih dengan raut wajah yang sedikit sedih.
"Sekali lagi aku minta maaf aku telah mengecewakanmu kamu memang lelaki hebat." Aku mengangkat dua jempolku untuknya.
"Oke selamat malam Arin selamat tidur mimpi yang indah lain kali kita akan bertemu lagi." Dia berkata seperti ucapan perpisahan aneh sekali pikirku pasti Rudy bercanda.
"Oke kamu juga hati hati di jalan mimpi yang indah juga untukmu." Akupun melambaikan tangan mobil Rudy melaju perlahan lalu menghilang di tikungan jalan.
Aku berjalan lemas masuk ke dalam rumah. Ayah yang sedari tadi memperhatikanku mulai bertanya
"Kamu sudah ambil keputusanmu di antara Dimas dan Rudy?" Ayah memasukkan pion pion catur ke dalam tempatnya.
Akupun menghampiri ayah.
"Dari mana ayah tahu aku sudah memilih? " Aku balik bertanya.
"Kamu kira ayah langsung setua ini ayah juga kan muda dulu Arin." Ucapnya mentertawaiku .
"Jangan jangan ayah dulu seperti aku yaa, ada dua cowok di kehidupan ibu yang akhirnya ibu memilih ayah begitu." Aku bercanda pada ayah. Aku bergelayut manja di pundak ayah.
"Ayah tak mau menjawab pertanyaan mu biarlah itu jadi masalah ayah sendiri kamu yakinkanlah dirimu sendiri apa yang kamu pilih itu sesuai dengan hati nuranimu sendiri."
Ayah menasehati yang kujawab dengan anggukan pelan tanda akupun mengerti maksud pembicaraan ayah itu Lalu kami berjalan berdua masuk ke dalam rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
haiihaiii
cinta pak bos hadir lagi😘
bawa like💕
bawa semangat💪
jejak juga🐾
mampir juga yuk😉
2021-01-15
1
lalalisa
Hai kak ceritanya menarik aku suka, udah aku like and rate.
Btw mampir juga yuk ke karya aku,
judulnya: pengagum kakak santri.
2021-01-13
2
I.S.DINIa
halo sayang.....kami pasukan ketika hati bicara dan kawan- kawan nya hadir lagi untuk memberi dukungan dan semangat...👋👋👋👍💪
2020-12-15
1