Persidangan Tari 2

Sidang dengan Leo kembali di gelar dengan agenda mendengarkan keterangan dari para saksi. Aku dan Dimas tidak ikut hadir karena harus menemui klien di daerah puncak. Untuk sementara hanya Rudy dan Tari yang hadir.

Perjalanan Aku dan Dimas ke puncak terbilang cukup lancar. Pagi pagi sekali Aku dan Dimas sudah berangkat untuk menghindari kemacetan. Kami janjian bertemu di sebuah villa milik sang klien, ini sangat menyenangkan.

"Bagaimana hubunganmu dengan Rudy kau bahagia dengannya?" Dimas mengajakku mengobrol di sela sela perjalanan. Aku tak mau mendengarkan pertanyaan Dimas, mataku tetap fokus ke jalan .

"Arin, aku bertanya padamu kenapa kamu tidak menjawabku?" Dimas kembali bertanya padaku.

Aku lalu menoleh ke arahnya ," Kami hanya berteman saja tak lebih." Jawabku pendek .

Pandanganku ke depan lagi. Tiba tiba Dimas yang mengendarai mobilnya berjalan kesebelah kiri dan menghentikannya di pinggir jalan.

"Kenapa berhenti?" Aku bertanya padanya. Dimas mengambil sebatang rokok dan menyalakannya.

"Sejak kapan kamu merokok? Dimas jawab aku?" Karena Dimas hanya diam membuatku sangat kesal. Ku ambil rokok yang ada bibirnya dan ku buang.

"Apa yang kamu lakukan?" Dimas menatapku. Aku memilih keluar dari mobil dan tidak menjawab pertanyaannya. Dimas pun ikut keluar mengikutiku.

"Kamu kenapa?" Dimas berada di sampingku. "Lihat bukit di sana, ada sebuah rumah kecil di atasnya." Ku tunjuk ke arah bukit itu. Dimas pun mengikuti telunjukku.

"Apa yang ingin kamu katakan? Apa kamu ingin tinggal di bukit itu?" Dimas pura pura tidak mengerti.

"Rumah di bukit itu seperti aku Mas, hanya menunggu yang datang, ada yang sekedar hanya untuk singgah atau ada yang akan tinggal untuk selamanya" Aku berbalik ke arahnya. "Kamu menanyakan hubungan ku dengan Rudy, seperti itulah keadaannya, aku yakin kamu mengerti apa yang kubicarakan." Kulihat Dimas hanya menatap ke depan.

Kudengar Dimas menghela napas . "Jadi kamu masih menungguku, apa itu yang kamu maksud?" Tanya Dimas tanpa menatapku .

"Mungkin bisa di bilang begitu, ka.u tahu arah hubungan kita? Aku hanya menunggu, jika dalam masa itu hatiku masih kosong aku tak bisa menjamin jika nanti ada seseorang yang masuk di dalamnya." Aku menjelaskannya.

Dimas hanya berdiri tanpa reaksi, di masukkan kedua tangannya ke saku celananya.

"Jadi Rudy juga menyukaimu?" Dimas menoleh ke arahku.

"Dan kamu ingin mengatakan jika aku tak bersamamu maka kamu akan menerimanya?" Dimas berasumsi sendiri.

Aku tak menjawab pertanyaan Dimas dia sudah mengerti apa yang ingin kukatakan.

"Kalau begitu kita harus lanjutkan sekarang, klien kita pasti sudah menunggu kita datang." Dimas lalu melangkah pergi menuju mobilnya kembali dan meninggalkanku.

"Dimas, kanu belum jawab pertanyaan ku!" Aku setengah berteriak. Kuihat Dimas sudah menunggu di mobil.

"Ayo Arin kita akan terlambat!" Teriak Dimas lagi. Dengan perasaan kesal akhirnya aku berjalan juga menuju mobil dan duduk di sebelahnya dengan muka cemberut. Dimas tak mengatakan apa apa, dia hanya mengambil kaca mata hitam lalu memakainya dan pergi dari tempat itu.

Aku hanya diam, ini orang yang bener benar bikin kesal, sesekali kulihat dari kaca spion, Dimas melihatku dan tersenyum.

Setiap dia menoleh ke arahku, kupalingkan mukaku ke tempat lain. Melihat suasana alam yang indah tapi tak seindah di hatiku yang sedang memendam rasa jengkel padanya.

Sesampainya di tempat klien, aku hanya bicara seperlunya, aku tidak menatap Dimas sama sekali kami hanya membicarakan bisnis.

Saat Dimas masih mengobrol dengan klien, aku pilih untuk keluar karena pembicaraan itu sudah tidak penting lagi untukku karena hanya Dimas yang kompeten mengurus masalah itu. lebih baik aku telpon Rudy menanyakan perihal sidang Tari di sana. Kebetulan di sana juga sedang jeda istirahat.

Tak berapa lama terdengar suara Rudy "Hallo Arin, kamu dimana? Di sini berjalan dengan semestinya, Tari sekarang sedang bersamaku." Jawab Rudy.

"Masih di puncak, Dimas masih ada di dalam villa dengan kliennya." Aku menjelaskan pada Rudy.

Terdengar Rudy tertawa "Kamu menelpon aku, apa kamu sedang merindukanku?" Aku hanya tertawa kecil mendengar Rudy bertanya itu.

"Itu yang kesekian kali kamu menanyakan padaku pak Rudy, apa kamu mengharapkan aku merindukan mu?" Aku kembali bertanya padanya.

Tiba tiba Dimas sudah ada di sampingku, dia memberi tanda agar aku menutup telpon.

"Rud, maaf yah Dimas mau bicara padaku nanti kita bicara lagi." Ucapku pada Rudy .

"Oke, sip di sini juga persidangan akan di mulai lagi semoga bisnismu dan Dimas sukses bye bye."Jawab Rudy sambil menutup telponnya.

Wajah Dimas mendekat ke arahku . "Kita di sini sedang membicarakan bisnis bu Arin, bukan untuk berpacaran." Suara Dimas terdengar sinis di telingaku.

"Aku sedang tidak berpacaran, aku hanya menanyakan keadaan di sana?" Aku memberi alasan.

"Rudy itu pengacara yang handal kamu tidak perlu mengkuatirkannya, tugasmu di sini adalah menemani aku, oke bu Arin ku harap kamu mengerti!" Suara Dimas sangat tegas. Dia lalu meninggalkan aku.

Aku juga sama sedang bekerja, dasar bos aneh gerutuku sambil berjalan mengikutinya ke dalam. Kami pun lalu melanjutkan lagi pembicaraan dengan klien itu.

Setelah ada kata sepakat kami lalu memutuskan untuk pulang, karena ternyata persidangan Tari masih berlangsung kami memutuskan untuk mampir, sesampai di sana kami tak di perbolehkan masuk dan hanya menunggu di luar.

Sambil menunggu, sesekali Dimas melirik ke arahku, seperti ingin tahu apa yang sedang kurasakan saat ini. Sekitar 20 menit kami menunggu, lalu kulihat Tari dan Rudy keluar dari ruang sidang, muka Tari terlihat bahagia mungkin hasil persidangan hari ini sesuai harapannya.

Rudy dan Dimas bersalaman mereka hanya saling sapa tidak banyak bicara. Kali ini aku menjemput Tari untuk bersama kembali ke kantor Tari pun setuju dia berpamitan pada Rudy. Rudypun kebetulan akan pergi menemui klien yang lain.

Saat kami akan masuk ke mobil Rudy melambaikan tangan memanggilku "Arin nanti malam aku kerumahmu!" Akupun menengok dan mengangguk sambil melambaikan tangan. Dimas menatapku dengan perasaan tidak senang. Di dalam mobil pun kami bertiga tak banyak bicara sibuk dengan pikiran masing masing.

"Kapan sidang lagi Tar?" Tanyaku mencoba mencairkan suasana. Aku dan Tari duduk di belakang, Dimas memperhatikanku dari kaca spion .

"Mungkin dua hari dari sekarang mendengarkan pembelaan dari Leo lalu berikutnya keputusan Hakim." Jawab Tari.

"Aku dengar nanti malam Rudy akan ke rumah Rin." Tari bertanya padaku .

"Tadi si begitu coba saja lihat nanti malam." Aku memperhatikan Dimas di kaca pandangan kami saling bertemu.

Malam harinya Rudy mampir ke rumahku, dia mengenakan kemeja biru celana panjang hitam, cool sekali. Dia juga membawa sebuah buket mawar merah seperti orang yang akan pergi kencan.

Kulihat Tari juga berdandan sangat cantik tak seperti biasanya aku agak aneh melihatnya. Aku pikir Tari sudah move on dari kesedihannya di tinggal sang ayahandanya.

Syukurlah bisikku dalam hati. Saat aku menemui Rudy tiba tiba mobil Dimas datang dia juga berdandan sangat cool dengan membawa sekotak kardus kue di tangannya.

Aku dan Rudy saling berpandangan apa yang di lakukan Dimas di sini. Ayah yang melihat situasi yang tidak biasa mengambil alih peran.

"Silahkan masuk dua arjuna yang ganteng, malam ini malam yang istimewa untuk ayah dan dua arjuna" Ayah bersalaman dengan keduanya.

"Arin, kamu buatkan tiga minuman yang spesial ya nak, ayah akan berbincang dengan dua arjuna ini." Ucap Ayah dengan bercanda.

Dari balik pintu aku menarik napas, bagaimana mungkin dua duanya bisa datang bersamaan. Gita dan ibu mencolek bahuku.

"Kaka hebat sekali ada yang datang dua, siapa yang akan kaka pilih?" Gita meledekku.

"Sudah jangan bikin kakamu jadi bingung seperti itu, lebih baik kamu bantu kakakmu membuat minuman, ayo sana!" Ibu mengisyaratkan kami berdua untuk ke dapur.

Sementara itu ibu keluar dan ikut berbincang juga dengan mereka sebentar hanya untuk basa basi. Setelah itu ibu masuk lagi kedalam rumah.

Tak berapa lama ayah masuk kedalam, aku sudah siap berjalan membawa minuman untuk Rudy dan Dimas ketika tanpa sengaja aku mendengar obrolan mereka.

"Kamu tidak bisa mendekati Arin, dia milikku!" Terdengar suara Dimas tegas pada Rudy. Aku berhenti melangkah dan memutuskan untuk mendengarkan mereka dari balik pintu.

"Apa kamu sudah resmi dengan Arin tidakkan? Selama janur belum melengkung bagiku Arin masih bebas dia bisa pilih siapa yang dia suka!" Suara Rudy tak kalah tegas .

"Aku peringatkan kamu! jika kamu tidak mundur aku akan laporkan kasus pemukulan mu padaku waktu itu jangan kamu kira aku tidak memegang buktinya!" Suara Dimas tak kalah sengit.

"Aku tak perduli apa yang akan kamu lakukan padaku, aku mencintai Arin, sampai kapanpun akan aku perjuangkan cinta ku apa kamu mengerti!" Suara Rudy setengah berteriak membuat Dimas diam.

Aku yang mendengar sedikit panik takut terjadi perkelahian di antara mereka kuputuskan untuk melangkah lagi menemui mereka berdua.

"Ini minumannya nunggu lama ya." Suaraku terdengar santai seolah olah aku tak mendengarkan perdebatan mereka.

Rudy dan Dimas tersenyum bersama lalu melihat ke arahku, ayahkupun muncul sambil membawa papan catur.

"Karena kalian sudah datang kesini dan bapak yakin kalian berdua bisa main catur bagaimana kalau kalian bertanding!" Ayah meletakkan papan catur di atas meja. Baguslah apa yang ayah lakukan jadi mereka tidak lagi berdebat seperti tadi.

Aku menerima bunga dan kue dari Rudy dan Dimas, lalu masuk ke dalam dan tertawa melihat mereka berdua, akhirnya Rudy dan Dimas kemari bukan untukku tapi untuk menemani ayahku bermain catur rasanya plong sekali hatiku.

Ternyata naluriku benar Rudy memang memendam cinta padaku Dimas juga seperti itu. Tapi bedanya Rudy langsung memberi kepastian padaku sementara Dimas seperti ingin menggantung perasaanku lebih dahulu. Aku tak mengerti maksud Dimas di balik semua ini .

Disisi lain Dimas membuat cintaku tak pasti tapi di sisi lain juga dia seperti tak memperbolehkan aku dekat dengan lelaki manapun termasuk Rudy.

"Beruntung sekali kaka di cintai dua lelaki yang hebat" Gita tertawa melihat Aku seperti orang kebingungan .

"Seharusnya kaka membagi satu untuk ka Tari dia juga kan sedang jomblo sekarang" Gita melirik ke arah Tari yang ada di sebelahnya . Tari hanya senyum senyum.

"Atau mungkin kaka punya lelaki lain lagi ka yang kaka suka?" Gita terus saja meledekku. Kulihat mereka dan Ayah yang masih di luar, aku jadi tertawa geli sendiri.

"Kaka sedari tadi aku bicara kaka cuma cuek saja, dengar aku tidak si ka?" Gita menarik bajuku.

"Aku dengar sayang cantik, katamu yang cocok denganku siapa Rudy atau Dimas?" Aku balik bertanya.

"Mana aku tahu ka, kalau bisa si dua duanya." Gita tertawa lebar. Dasar bocah, tadi tidak di jawab dia merajuk giliran di tanya dia ga bisa jawab gerutuku dalam hati. lalu kami mengintip mereka lagi dari balik kaca.

Aku hanya keluar saat Rudy dan Dimas berpamitan akan pulang. Ayah tertawa dan menepuk keduanya.

"Kalian berdua memang jago main catur, kapan kapan kalau ada waktu senggang kalian berdua kemari lagi bertanding seperti tadi" Ucap ayah. Rudy dan Dimas hanya mengangguk sambil tersenyum. Ku antarkan mereka sampai mobil, aku tidak mengatakan apa apa hanya diam sambil tersenyum. Malam yang gagal pikirku.

Pagi itu kulihat Dimas sibuk sekali, dia tak menyinggung masalah kedatangannya kemarin bersama Rudy. Setelah selesai Dimas menghampiriku.

"Arin, aku mungkin sebulan ke Malaysia pamanku semalam mendadak sakit lagi, aku harus cepat membawanya kesana." Aku tersentak kaget mendengarnya.

"Semua urusan biar yang lain yang handle, semua sudah kurapikan di file ku kamu hanya tinggal mengeceknya saja!" Kata Dimas lagi. Sebulan, lama sekali dia akan meninggalkanku.

"Arin apa kamu mendengarkanku?" Tanya Dimas lagi .

"Ya, Mas aku mengerti." Jawabku .

"Jika ada keputusan yang akan kamu ambil kamu harus menungguku oke!" Ucap Dimas ke arahku.

"Arinnn .." Aku yang masih bingung melihat ke arahnya.

"Janji padaku, kamu akan mengambil keputusan apapun setelah aku pulang!" Dimas berucap dengan nada keras. Aku hanya mengangguk.

"Oke, sip that is my girl!" Ucap Dimas sambil melangkah pergi.

Terus terang aku masih bingung apa yang di bicarakan oleh Dimas . .keputusan ..keputusan Apa? Aku sedang tidak menghadapi masalah.

Aku hanya menggelengkan kepalaku. Ada ada saja si Dimas ini . Tapi apa yang akan kulakukan? Tanpa bertemu Dimas pasti sepi tak ada orang yang ngeselin lagi. Lebih baik aku telpon Rudy mungkin Rudy bisa di ajak ngobrol nanti pas jam pulang kerja.

Cukup lama teleponku tak diangkat oleh Rudy ternyata dia sedang menerima klien. Suaranya terdengar sangat bahagia, "Hai Rin, kebetulan kamu telpon, baru aku mau menghubungimu." Suara Rudy sangat sumringah.

"Oh ya ada apa Rud?" Tanyaku.

"Bisa kita bicara sambil makan, sehabis pulang kerja di tempat biasa cafe romantis." Katanya lagi.

Kebetulan sekali Rudy mau mengajakku "Oke kita ketemu di sana bagaimana?" Jawabku bersemangat.

"Baiklah Arinku yang cantik aku tunggu!" Rudy lalu menutup telponnya. Waw, makan malam lagi lumayan selain dapat traktiran bisa curhat juga sama Rudy bisikku dalam hati.

Untuk sekarang aku harus menyelesaikan pekerjaan ku dulu, Dimas pasti sudah akan pergi ke bandara. Jadi aku bisa pulang lebih awal dan mungkin bisa mengajak Tari juga untuk makan bareng. Dia juga pasti bosen dengan kegiatan kerja dan persidangannya terus. Ya ada baiknya aku pergi juga bersama Tari.

Terpopuler

Comments

Robi Asnuning

Robi Asnuning

hhmmm segitiga bermuda dalam cinta

2021-01-13

2

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

like lagi..

bawa semangat💪

2021-01-07

2

Siti Zubaidah

Siti Zubaidah

tambah seruuu ceeitanya👍👍

2020-12-05

1

lihat semua
Episodes
1 Permulaan Bertemu
2 Wanita Pengganggu
3 Perselisihan
4 Moment Indah Di Reuni
5 Kasus Tari
6 Pertemuan Dengan Rudi
7 Hal Yang Tak Terduga
8 Persidangan Tari
9 Persidangan Tari 2
10 Keputusan Dan Kecelakaan
11 Pilihanku
12 Permintaan Lestari
13 Pertengkaran
14 Penyelesaian
15 Rudy Oh Rudy
16 Kepergian R
17 Hari Pertunangan
18 Siapa Yang Bahagia ?
19 Masa Dulu Masa Sekarang
20 Kemunculan Sang Mantan
21 Berita Yang Mengejutkan
22 Syarat Dari Reihan
23 Kesedihan Gita
24 Perjalanan Ke Singapura
25 Keinginan Ervan
26 Kepulangan Gita
27 Keputusan
28 Kondisi Ervan
29 Surat Ancaman
30 Sifat Dimas Yang Tak Terlihat
31 Hukuman
32 Malaikat Kecil
33 Yang Tersembunyi
34 Kemoterapi
35 Cerita Dimas
36 Kehidupan Baru
37 Cerita Reihan
38 Mencari Jejak
39 Yang Terungkap
40 Yang Manja
41 Titik Terang
42 Gita Yang Bahagia
43 Menuju Hari ..
44 Pernikahan
45 Penarik Hati
46 Kekesalan
47 Tanpa Hasil
48 Mengembirakan
49 Mencari Kebenaran
50 Masa Lalu
51 Tabir Rahasia
52 Kejujuran Yang Menyakitkan
53 Akhir Cerita Manis
54 Lembaran Baru
55 Pertemuan Tidak Terduga
56 Ke Arah Lain
57 Apakah Benar?
58 Kencan Pertama
59 Tentang Jodoh
60 Dimas Yang Sendiri
61 Niat Baik
62 Menyenangkan
63 Sebuah Janji
64 Memilih Dan Memilah
65 Harus ..
66 Tidak Mendapatkan
67 Permulaan Yang Baru
68 Malam pertama
69 Kelahiran
70 Kehilangan
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Permulaan Bertemu
2
Wanita Pengganggu
3
Perselisihan
4
Moment Indah Di Reuni
5
Kasus Tari
6
Pertemuan Dengan Rudi
7
Hal Yang Tak Terduga
8
Persidangan Tari
9
Persidangan Tari 2
10
Keputusan Dan Kecelakaan
11
Pilihanku
12
Permintaan Lestari
13
Pertengkaran
14
Penyelesaian
15
Rudy Oh Rudy
16
Kepergian R
17
Hari Pertunangan
18
Siapa Yang Bahagia ?
19
Masa Dulu Masa Sekarang
20
Kemunculan Sang Mantan
21
Berita Yang Mengejutkan
22
Syarat Dari Reihan
23
Kesedihan Gita
24
Perjalanan Ke Singapura
25
Keinginan Ervan
26
Kepulangan Gita
27
Keputusan
28
Kondisi Ervan
29
Surat Ancaman
30
Sifat Dimas Yang Tak Terlihat
31
Hukuman
32
Malaikat Kecil
33
Yang Tersembunyi
34
Kemoterapi
35
Cerita Dimas
36
Kehidupan Baru
37
Cerita Reihan
38
Mencari Jejak
39
Yang Terungkap
40
Yang Manja
41
Titik Terang
42
Gita Yang Bahagia
43
Menuju Hari ..
44
Pernikahan
45
Penarik Hati
46
Kekesalan
47
Tanpa Hasil
48
Mengembirakan
49
Mencari Kebenaran
50
Masa Lalu
51
Tabir Rahasia
52
Kejujuran Yang Menyakitkan
53
Akhir Cerita Manis
54
Lembaran Baru
55
Pertemuan Tidak Terduga
56
Ke Arah Lain
57
Apakah Benar?
58
Kencan Pertama
59
Tentang Jodoh
60
Dimas Yang Sendiri
61
Niat Baik
62
Menyenangkan
63
Sebuah Janji
64
Memilih Dan Memilah
65
Harus ..
66
Tidak Mendapatkan
67
Permulaan Yang Baru
68
Malam pertama
69
Kelahiran
70
Kehilangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!