Kasus Tari

Badanku lelah sekali sepulangku dari reuni. Keluargaku sudah tertidur pulas. Untunglah aku membawa kunci cadangan, sehingga tak perlu aku membangunkan mereka. Saat ku melihat jam di dinding di kamarku sudah menunjukkan pukul 2.30 . Pastilah mereka sudah ada di mimpi yang indah.

Kuganti bajuku dengan baju tidur, ku bersihkan mike up dan ku lepas sepatuku. Malam ini aku tak bisa menghadiri acara keluarga adikku. Ku pikir besok Gita pasti kan cerita padaku. Pasti ada kabar yang dia sampaikan padaku. Terdengar ponselku berdering, Tari malam malam begini telepon ada apa? Bisikku saat melihat nama Tari di layar ponselku.

"Hallo ..hallo ..Arin tolong aku Arin .." Suara Tari di sela tangisnya.

"Tari , kamu kenapa?" Ada apa dengan Tari? Tadi di reuni ku lihat baik baik saja.

"Arin , tolong sekarang ke rumahku, aku takut Arin.." Suara Tari lagi dengan sedikit gugup. Cepat ku ambil tasku. Aku tak sempat lagi pamit pada orang tuaku, apa yang terjadi dengan Tari? Aku hampiri mobilku yang masih terparkir di luar.

Saat sampai di sana, aku melihat pintu rumah Tari terbuka. Tari memang tinggal seorang diri, ayah dan ibunya tinggal di desa setelah pensiun. Adiknya pun ikut dengan orang tua Tari.

Betapa terkejutnya aku melihat rumah yang sudah berantakan. Ada pecahan gelas tergeletak di lantai, aku melihat Tari duduk dekat kursi sofa, dia menangis tiada henti.

"Tari , Tari ada apa? Kamu tidak apa apa kan?" Ku hampiri Tari ku lihat mukanya merah lebam seperti terkena pukulan. Tari lalu memelukku.

"Arin..aku takut!" Tari memelukku semakin erat .

"Ya, ada apa ceritakan padaku!" Aku melepaskan pelukannya.

"Arin, saat sampai aku di rumah ternyata Leo mantanku itu sudah menungguku, dia kemari. Dia ingin bersamaku lagi, aku menolak dengan alasan diakan baru menikah tak mungkin kan bersamaku lagi, tapi Leo tak perduli dia terus memaksaku untuk menerimanya, hingga kami bertengkar. Leopun memukuli aku!" Tari berkata dengan terbata bata.

"Leo, memukul kamu? Kita harus ke rumah sakit sekarang, ayo kamu harus segera di visum!" Kedua tanganku mengangkat badan Tari agar berdiri.

"Untuk apa Arin?" Tari masih berlinang air mata.

"Kamu harus lapor polisi, ini tidak bisa di biarkan, Leo sudah kelewat batas" Suaraku dengan sedikit emosi.

"Tapi aku takut, aku tak mau!" Tari menggelengkan kepalanya.

"Kamu harus lakukan itu, jika kamu tidak melapor ke polisi keenakan si Leo itu dia harus menerima hukumannya" Aku pegang tangan Tari.

"Aku tak mau, aku tak bisa .." Tari menggelengkan kepalanya.

"Tari dengar aku, ini semua harus di lakukan agar ada efek jera, kamu tahu jika kamu tidak lapor polisi kamu sama jahatnya dengan Leo!" jawabku tegas.

"Apa maksudmu? Aku sama jahatnya?" Tari menatapku.

"Ya, jika kamu tak lapor polisi, dengan begitu suatu saat Leo bisa melakukan hal ini kepada perempuan lain atau mengulang kembali padamu. Apa kamu ingin seperti itu?" Aku memberikannya pilihan. Tari hanya menggeleng lemah. Dia terduduk lemas di kursi, wajahnya sangat bingung.

"Tari aku mohon kita harus ke Rumah Sakit sekarang, lalu kita ke kantor polisi, lebih cepat lebih baik. Kau tak perlu takut aku akan selalu ada mendampingimu, percayalah padaku!" Ku tatap matanya mencoba menenangkan dan meyakinkannya, Tari hanya diam.

Ku papah Tari untuk berdiri, berjalan perlahan menuju mobilku. Tari terdiam duduk di sampingku, sepertinya dia masih shock. Sebentar sebentar Tari mengusap air matanya. Aku membawa Tari ke rumah sakit terdekat untuk di visum , ada rasa sesak di dadaku. Tak ku kira Leo tega melakukan itu pada Tari.

Sesampai di rumah sakit, Tari melakukan berbagai pemeriksaan, sementara itu ku telpon Gita. Aku ceritakan semua yang terjadi, kukatakan agar ayah dan ibu tak kuatir dengan keadaan ku, aku akan menemani Tari untuk saat ini.

Setelah itu ku telpon Dimas, kebetulan dia belum masuk kantor. Suaranya terdengar terkejut.

"Lebih baik kamu tiak usah masuk kantor dulu, biar urusan aku yang handle kau temani Tari saja!" Dimas memberi saran padaku.

"Jam berapa kamu akan ke kantor polisi? Mungkin aku bisa ikut mengantar?" Dimas dari nada suaranya sangat kuatir.

"Mungkin tak usah Mas, setelah Tari baik baik saja dan tak perlu di rawat, mungkin pulang dulu agar bisa berganti pakaian, setelah itu barulah aku dan Tari ke kantor polisi."

"kau berhati hatilah jika kamu membutuhkan bantuan ku kamu telpon saja!" Pesan Dimas.

"Baiklah, aku berterima kasih" Lalu kututup ponselku, tinggal keluarga Tari yang belum aku beri kabar, hanya Tari yang punya nomor teleponnya biarlah Tari sendiri yang mengabari keluarganya.

Aku menunggu lumayan lama, Tari keluar dari ruang pemeriksaan mukanya masih sedikit pucat, dia berjalan menghampiriku.

"Bagaimana Tar sudah selesai?" Tanyaku penasaran.

"Sudah, sebentar lagi keluar bukti visumnya. Apa kita akan langsung ke kantor polisi?" Tersirat ketakutan di wajahnya.

"Tadinya ku pikir ingin ganti baju dulu tapi lebih cepat lebih baik kita ke kantor polisi, setelah visum keluar kita akan langsung kesana menurutmu bagaimana?" Tanyaku.

"Terserah kamu, aku ikut saja apa katamu, aku sedang tak bisa berpikir, aku bingung. Aku juga masih shock" Tari menundukkan wajahnya. Aku tarik dia dalam pelukanku, mungkin bisa memberikannya sedikit ketenangan.

"Lebih baik kamu telpon keluargamu, akan sangat membantumu.." Tari menggeleng pelan.

"Aku tak bisa, ayahku sekarang sedang sakit keras, aku juga tak mau membebani juga pikiran ibuku atau adikku .."

"Oh " Hanya itu yang bisa keluar dari mulutku. Kasihan Tari sudah dipukulin, ayahnya sakit, sendirian lagi aku harus selalu di sampingnya untuk menguatkan hatinya.

Setelah melapor ke kantor polisi serta menyerahkan bukti bukti, aku mengantar tari pulang. Di sana kulihat Gita menunggu di teras rumah Tari, begitu melihat kami Gita menghampiri Tari lalu memeluk Tari dengan eratnya. Tari menangis di pelukan Gita ada rasa haru melihat itu, akupun jadi ingin menangis.

"Sudah di laporkan ka?" Aku mengangguk, Tari ku biarkan masuk kekamar untuk istirahat.

"Bagaimana pertemuan semalam dengan keluarga Ervan Git?" Aku bertanya pada Gita.

"Kami membicarakan lamaran Ervan ka tapi aku katakan mungkin lebih baik bertunangan dulu, aku ingin menyelesaikan kuliahku dulu" Aku menatap Gita ingin bertanya lagi." keluarga Ervan setuju lagipula kan kuliahku hampir rampung, skripsi, sidang dan wisuda aku berdoa lancar dan di kasih kemudahan ka." Ucap Gita yang aku amiiin kan, aku senang melihat Gita pun bahagia.

Kuputuskan malam ini aku menginap di rumah Tari, aku tak tega meninggalkannya sendiri. Kukatakan pada Gita agar menyampaikannya pada ayah dan ibu.

Kami duduk berdua di kamar, Tari kelihatan sudah mulai tenang. Dia menyisir rambut nya yang panjang.

"Bagaimana hubunganmu dengan Dimas?" Aku hanya menghela napas panjang.

"Yah begitu begitu saja, tak ada perkembangan mungkin aku saja yang baper dengan dia" Aku tertawa kecil.

"Aku juga tak berharap dia akan menerimaku seperti dulu." Pandanganku menerawang jauh, Tari pun tersenyum.

"Kamu sendiri belum membuka hati buat lelaki lain Tari?" Tari menggeleng pelan.

"Aku tak tahu, aku belum berpikir kesana aku ingin sendiri dulu .." Suara Tari terdengar pelan.

"Melihat Leo seperti itu membuatku semakin takut untuk menjalin hubungan dengan yang lainnya, mungkin dia akan seperti Leo juga." Tari berkata lagi.

Terdengar seseorang mengetuk pintu dari luar kami saling berpandangan. Siapa malam malam begini bertamu, kulihat muka tari berubah ketakutan dia memegang tanganku.

"Arin" Ucapnya memberi isyarat dengan matanya agar aku tidak membuka pintu.

"Kamu tidak usah takut kalau itu Leo akan ku hadapi!" Aku mencari sesuatu yang mungkin bisa membantuku kalau itu Leo. Ku ambil botol farpumku. Jika Leo macam macam ku semprot saja dengan ini pikirku. Saat mulai mendekati pintu , ku buka dengan perlahan, jantungku berdegup kencang .. ternyata Dimas.

"Maaf, aku mengejutkamu malam malam begini, aku ingin melihat keadaan Tari." Dimas lalu masuk ke dalam, aku meraba dadaku yang masih berdegup.

"Masuklah Mas, Tari ada di dalam!" Aku duduk, di ikuti Dimas yang duduk di sampingku. Tak berapa lama Tari pun keluar dari kamar.

"Aku ikut prihatin, bagaimana kejadiannya, kamu sudah lapor polisi kan?" Tanya Dimas memandang Tari.

Tari lalu menceritakan kejadian itu dari awal, dia pun masih tak percaya karena selama menjalin hubungan dengan Leo, baru kali ini dia melihat watak Leo yang asli sangat kasar. Dimas mendengarkan cerita Tari sambil menggelengkan kepalanya.

"Untunglah kamu tidak jadi menikah dengan dia, coba kalau sudah menikah, mungkin dia akan memperlakukan yang lebih padamu" Dimas memberi tanggapannya.

"Sekarang kamu tak perlu takut untuk menghadapi dia aku pun akan ikut membantumu!" Dimas memberikan semangat pada Tari.

"Aku juga berpikir seperti itu Mas, aku kira tadi kau Leo, takutnya dia masih mengganggu Tari." Dimas hanya menatapku.

"Aku juga mengkhawatirkan mu, apalagi kamu tidak ada di kantor aku jadi sepi." Dimas mulai menggodaku. Aku balas dengan cibiran bibirku.

"Aku tak bohong Arin, sepi karena tak ada yang bisa aku ledekin ha ha" Dimas tertawa senang, ku balas dengan cubitanku.

"Awwh, ya maaf Arin aku hanya bercanda" Dimas meringis kesakitan.

Tari yang melihatku hanya tertawa.

"Kalian ini berdua padahal cocok, kenapa kalian tak jadian saja? Kan juga sama sama jomblo juga." Ucapan Tari membuat kami jadi terdiam .

"Aku mau dengannya, tapi Arin tak mau denganku? Aku harus apa?" Dimas menatapku.

"Siapa bilang aku tak mau, memangnya kamu pernah bilang padaku kau suka aku?" Balik menatap Dimas.

"Kamu lupa, kamu pernah menolakku, dan mungkin juga sekarang pasti begitu juga, aku tak mau di tolak sampai dua kali!" Dimas berkata pelan.

Oh jadi itu sebabnya mengapa dia tak mau nembak aku lagi, aku hanya diam tak mungkin juga aku teruskan malu hati aku bila Dimas nanti menolakku juga.

"Kalau begini ceritanya si, sampai kapan juga kalian tak akan jadian sama sama menangin egonya sendiri" Tiba tiba Tari bersuara.

"Untuk saat ini aku tak mau membahas masalah itu, aku kemari hanya ingin melihat kalian berdua, memastikan kalian baik baik saja" Dimas menatapku berdua.

Dimas mengobrol dengan kami lumayan lama sekitar 2 jam, tapi kami senang dengan kehadiran Dimas, paling tidak ada laki laki di rumah membuat kami sedikit tenang dari gangguan Leo dan mungkin Leo juga belum tahu kalau dirinya sudah di laporkan ke polisi. Kami harus mengatur strategi untuk menghadapi Leo.

Ternyata pihak kepolisian sigap menangani kasus Tari, tiga hari kemudian ada pemanggilan untuk Leo untuk di minta keterangan. Tari memberitahuku tadi pagi, ku genggam tangan Tari untuk memberinya dorongan agar semakin kuat hatinya untuk menghadapi Leo.

Untuk sementara aku tinggal di rumah Tari, aku takut terjadi apa apa dengan dirinya jika aku tak bersamanya, hanya Tari lah sahabat dekatku saat ini.

Kami tertawa bersama sambil berjalan di trotoar, hari ini kami pulang kantor mampir ke cafe yang tak jauh dari tempat bekerja, tiba tiba seseorang muncul di depan kami berdua.

"Tari ! aku mau bicara!" Suara Leo yang sudah ada di depanku, Tari merapat ke arahku mukanya sangat ketakutan melihat Leo yang tiba tiba saja muncul.

"Kamu mau apa mencari kami?" Aku menghadang Leo yang berusaha memegang tangan Tari .

"kamu siapa?Aku tak ada urusan denganmu! Aku perlu bicara dengan Tari!" Leo menoleh ke arahku.

"Tari sayang, aku mau bicara, aku mau minta maaf padamu aku lakukan itu karena aku sayang sama kamu Tari, aku mohon kita perlu bicara!" Leo berusaha menarik tangan Tari lagi, sementara itu Tari terus merapat padaku.

"Arin ayo kita pergi aku tak mau bicara dengan dia, ayo cepat Arin!" Tari menarik tanganku. Kami berjalan sedikit cepat.

Sementara itu Leo masih saja berusaha untuk mengejar kami berdua dia terus memanggil Tari. "Tari sayang, itu hanya kesalah fahaman saja kau harus cabut aduan kamu itu, Tari! Tari!" Leo berteriak dia berhasi menangkap Tari dan menyeretnya menjauh dariku.

"Cukup! Aku tak mau dengar apa apa lagi darimu, cukup!" Suara Tari setengah berteriak.

"Kamu bilang kamu sayang padaku, begitu? Tapi kamu pukul aku, itu kah yang kamu bilang sayang!" Tari menatap tajam Leo.

"Tari, aku mohon kau harus cabut aduan kamu itu, aku janji aku tak akan mengganggumu lagi, aku janji" Leo mengatakan sambil mengepalkan kedua tangannya di depan Tari .

"Apa kamu lupa, saat kamu selingkuh di belakangku, kamu pun bilang minta maaf padaku, saat kamu memutuskan aku kamu bilang minta maaf sekarang kamu pun memukuli aku kamu juga bilang minta maaf,cukup untukku !" Tari memandang Leo dengan penuh kebencian.

"Kamu sekarang begitu berani padaku! apa karena temanmu itu?" Leo menunjukkan jari padaku.

"Kamu sekarang berani padaku, menatapku seperti ini, baiklah kalau itu maumu kamu ingin aku buktikan kemarahanku padamu!" Leo berjalan menghampiriku, ku lihat tangannya ke atas seperti mau menamparku, aku hanya memejamkan mataku.

Saat keadaan seperti itu, seseorang memegang tangan Leo.

"Apa kamu berani hanya sama para perempuan? Apa kamu ini Banci!?" Kubuka mataku. Ternyata Dimas sudah berdiri di sampingku, dia menatap Leo dengan tajam. "Sekarang juga kamu pergi dari sini atau kamu harus berkelahi denganku!" Suara Dimas setengah berteriak, Leo mundur selangkah lalu pergi meninggalkan kami.

Oh, syukurlah Leo sudah pergi menjauh, ku tarik napas dalam dalam, Tari mendekatiku.

"Kalian tidak apa apa?" Dimas memandang kami berdua.

"Untunglah kamu datang, kalau tidak mungkin giliran Arin sekarang yang akan di pukulnya!" Suara Tari sangat senang dengan kehadiran Dimas.

"Ya Dimas kamu tiba tepat waktu!" Hanya itu yang terlontar dari mulutku.

Terpopuler

Comments

ଓεHiatus 🦅💰⋆⃟𝖋ᶻD³⋆ғ⃝ẓѧ☂

ଓεHiatus 🦅💰⋆⃟𝖋ᶻD³⋆ғ⃝ẓѧ☂

like dan vote hadir♥️♥️

2021-01-16

2

Robi Asnuning

Robi Asnuning

makin seru ajah
lanjut baca aaaghhh

2021-01-13

2

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ

semangat

2020-12-31

1

lihat semua
Episodes
1 Permulaan Bertemu
2 Wanita Pengganggu
3 Perselisihan
4 Moment Indah Di Reuni
5 Kasus Tari
6 Pertemuan Dengan Rudi
7 Hal Yang Tak Terduga
8 Persidangan Tari
9 Persidangan Tari 2
10 Keputusan Dan Kecelakaan
11 Pilihanku
12 Permintaan Lestari
13 Pertengkaran
14 Penyelesaian
15 Rudy Oh Rudy
16 Kepergian R
17 Hari Pertunangan
18 Siapa Yang Bahagia ?
19 Masa Dulu Masa Sekarang
20 Kemunculan Sang Mantan
21 Berita Yang Mengejutkan
22 Syarat Dari Reihan
23 Kesedihan Gita
24 Perjalanan Ke Singapura
25 Keinginan Ervan
26 Kepulangan Gita
27 Keputusan
28 Kondisi Ervan
29 Surat Ancaman
30 Sifat Dimas Yang Tak Terlihat
31 Hukuman
32 Malaikat Kecil
33 Yang Tersembunyi
34 Kemoterapi
35 Cerita Dimas
36 Kehidupan Baru
37 Cerita Reihan
38 Mencari Jejak
39 Yang Terungkap
40 Yang Manja
41 Titik Terang
42 Gita Yang Bahagia
43 Menuju Hari ..
44 Pernikahan
45 Penarik Hati
46 Kekesalan
47 Tanpa Hasil
48 Mengembirakan
49 Mencari Kebenaran
50 Masa Lalu
51 Tabir Rahasia
52 Kejujuran Yang Menyakitkan
53 Akhir Cerita Manis
54 Lembaran Baru
55 Pertemuan Tidak Terduga
56 Ke Arah Lain
57 Apakah Benar?
58 Kencan Pertama
59 Tentang Jodoh
60 Dimas Yang Sendiri
61 Niat Baik
62 Menyenangkan
63 Sebuah Janji
64 Memilih Dan Memilah
65 Harus ..
66 Tidak Mendapatkan
67 Permulaan Yang Baru
68 Malam pertama
69 Kelahiran
70 Kehilangan
Episodes

Updated 70 Episodes

1
Permulaan Bertemu
2
Wanita Pengganggu
3
Perselisihan
4
Moment Indah Di Reuni
5
Kasus Tari
6
Pertemuan Dengan Rudi
7
Hal Yang Tak Terduga
8
Persidangan Tari
9
Persidangan Tari 2
10
Keputusan Dan Kecelakaan
11
Pilihanku
12
Permintaan Lestari
13
Pertengkaran
14
Penyelesaian
15
Rudy Oh Rudy
16
Kepergian R
17
Hari Pertunangan
18
Siapa Yang Bahagia ?
19
Masa Dulu Masa Sekarang
20
Kemunculan Sang Mantan
21
Berita Yang Mengejutkan
22
Syarat Dari Reihan
23
Kesedihan Gita
24
Perjalanan Ke Singapura
25
Keinginan Ervan
26
Kepulangan Gita
27
Keputusan
28
Kondisi Ervan
29
Surat Ancaman
30
Sifat Dimas Yang Tak Terlihat
31
Hukuman
32
Malaikat Kecil
33
Yang Tersembunyi
34
Kemoterapi
35
Cerita Dimas
36
Kehidupan Baru
37
Cerita Reihan
38
Mencari Jejak
39
Yang Terungkap
40
Yang Manja
41
Titik Terang
42
Gita Yang Bahagia
43
Menuju Hari ..
44
Pernikahan
45
Penarik Hati
46
Kekesalan
47
Tanpa Hasil
48
Mengembirakan
49
Mencari Kebenaran
50
Masa Lalu
51
Tabir Rahasia
52
Kejujuran Yang Menyakitkan
53
Akhir Cerita Manis
54
Lembaran Baru
55
Pertemuan Tidak Terduga
56
Ke Arah Lain
57
Apakah Benar?
58
Kencan Pertama
59
Tentang Jodoh
60
Dimas Yang Sendiri
61
Niat Baik
62
Menyenangkan
63
Sebuah Janji
64
Memilih Dan Memilah
65
Harus ..
66
Tidak Mendapatkan
67
Permulaan Yang Baru
68
Malam pertama
69
Kelahiran
70
Kehilangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!