Rafa mengantarkan kedua orang tuanya ke bandara, cuaca malam ini nampak mendung, sepertinya akan turun hujan.
Tuan Johan dan Nyonya Meisi melambaikan tangannya pada Rafa, lima menit lagi pesawat tujuan Singapore akan lepas landas, Rafa terus memandangi kepergian kedua orang tuanya yang terus berjalan menjauhi tempat Rafa berdiri hingga akhirnya mereka tak terlihat lagi.
Dreeet...dreeet, ponsel Rafa bergetar, dilihatnya ada panggilan masuk dari Doni, Rafa mengedarkan pandangannya melihat ada kursi kosong tak jauh dari tempatnya berdiri, dia memutuskan untuk duduk di kursi itu, melakukan panggilan telepon pada Doni sambil menunggu pesawat yang ditumpangi oleh orang tuanya lepas landas.
" Halo Don, ada apa?"
" Selamat malam Tuan, saya hanya ingin menyampaikan pada Tuan bahwa pengganti sementara sekertaris Tuan besok sudah mulai bekerja, apa saya perlu menyampaikan kabar ini pada Nona Lisa juga Tuan?
" Tidak usah, biar aku yang memberi tahunya", jawab Rafa singkat.
" Baik Tuan".
Tut tut tut, terdengar suara telepon yang sudah ditutup, " aku kan belum selesai berbicara, belum aku kasih tau siapa yang akan menjadi sekertarisnya, langsung main tutup saja", gerutu Doni yang kesal karena telponnya ditutup begitu saja oleh Rafa.
Pesawat sudah lepas landas lima menit yang lalu. Rafa keluar dari bandara memutuskan untuk mampir ke mess Lisa sebelum kembali ke rumahnya, Rafa ingin memberitahu Lisa bahwa besok akan ada sekertaris pengganti yang baru, dia tidak akan kelelahan lagi gara-gara terlalu banyak pekerjaan, beberapa kali Rafa mencoba menelepon Lisa, tapi masih tetap tidak diangkat, merasa Lisa masih marah padanya, Rafa mengurungkan niatnya untuk menemui Lisa, dia teringat perkataan Lisa tadi siang, jika hari ini Lisa tak ingin bertemu dengannya, dan ini adalah hukuman untuk kesalahan yang sudah dilakukannya.
Rafa memutar balik mobilnya, malam itu hujan lebat , jalanan kota nampak lengang, hanya beberapa mobil yang lewat, Rafa sengaja menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi, berharap segera sampai dirumah, sebentar - sebentar Rafa melirik ke ponselnya berharap Lisa balik menelepon, tapi tidak ada juga panggilan masuk seperti yang diharapkan. Rafa terkejut saat tiba-tiba ada truk besar menyalib mobil yang berpapasan dengan mobilnya, Rafa dengan cepat membanting setir ke pinggiran jalan,
braaaaak.......
Rafa menabrak pohon besar yang ada di pinggir jalan raya, kepalanya membentur setir mobil dengan keras membuatnya merasa pusing dan seketika tak sadarkan diri.
Beberapa orang berlari menghampiri mobil Rafa membuka paksa mobil itu dan menarik Rafa yang tengah pingsan agar keluar dari mobilnya.
Mobil polisi pun tiba di tempat Rafa kecelakaan, beberapa personil polisi memberi garis batas polisi di sekitar TKP.
nguing...... nguing....nguing.....
suara sirine ambulans berdengung, beberapa perawat mengangkat Rafa ke dalam ambulans dan langsung membawanya ke rumah sakit.
***
Berulang kali ponsel Lisa bergetar, ada panggilan masuk dari Rafa, sudah sejak sepuluh menit yang lalu, tapi tak dihiraukannya, diletakkannya ponsel itu diatas meja .
Lisa yang sudah merasa agak baikan dengan perutnya mulai merasa lapar, Lisa mengajak Tami untuk mencari makan malam, tapi diluar hujan sangat lebat, membuat mereka mengurungkan niatnya untuk pergi.
"Bagaimana jika kita makan saja buah-buahan yang dibawa si bos, kan banyak banget ni, terus kita juga ngga ada kulkas, dari pada busuk mending kita makan buat ganjal perut", Tami mengutarakan pendapatnya.
" Ya sudah kita makan apa yang ada saja, hujannya terlalu deras, mau keluar jadi males", ucap Lisa, sambil mengambil pisau untuk memotong buah- buahan yang sudah dicucinya. " Makan apel, pisang dan buah pir pasti juga akan kenyang".
Lisa mengupas buah apel yang sudah dicucinya, tapi entah kenapa, tiba-tiba dengan tak sengaja Lisa menggores jarinya.
" aawww....", Lisa terkaget dan menjerit.
Tami yang melihat darah menetes langsung lari mengambilkan tisu untuk membersihkan darah pada jari Lisa. Setelah membersihkan jari Lisa yang terluka, Tami mengambil plester yang ada di saku tasnya, dia memang selalu menyimpan plester untuk berjaga-jaga jika tiba-tiba terluka.
" Apa lukanya sangat pedih?, sini aku pakaikan plester di lukamu, kalau kamu masih lemes seharusnya kamu nyuruh aku saja yang ngupas buahnya, kan kamu jadi ngga terluka", Tami mengambil apel dan pisau dari tangan Lisa dan meneruskan untuk mengupasnya.
dreeet... dreeet... dreeet....
ponsel Lisa kembali bergetar, Tami yang dari tadi melihat Lisa mengacuhkan panggilan masuk di ponselnya kali ini memberanikan diri untuk berbicara.
" Kalau kau tidak mau menerima panggilan telepon, kenapa tidak kamu matikan saja ponselmu Lis",
Lisa beranjak dari duduknya dan berjalan menuju meja disamping tempat tidur, kemudian mengambil ponselnya, ada nomer baru yang menelponnya beberapa kali, mungkin ini panggilan penting, kemudian Lisa balik menelepon nomer itu.
" Halo selamat malam , Rumah Sakit Harapan Kita, ada yang bisa kami bantu?", terdengar suara seorang wanita di seberang sana, Lisa merasa bingung karena yang menghubunginya adalah nomer telepon rumah sakit.
" Maaf Nyonya, mungkin saya salah sambung, saya hanya mencoba menelepon balik, karena tadi nomer ini menghubungi ponsel saya", jawab Lisa merasa bingung, kemudian menutup teleponnya.
" Kenapa Lis? kok ekspresi wajahmu begitu, sepertinya orang lagi bingung", Tami menyuapkan apel kedalam mulut Lisa.
" Yang meneleponku nomer rumah sakit, tapi kenapa aku tutup sebelum menanyakannya" , Lisa yang bingung dengan apa yang dilakukannya sendiri berniat untuk menelpon ulang ke nomer tadi, tapi belum sampai melakukannya, tiba-tiba ada panggilan masuk dari Rafa, dan tak sengaja diangkatnya, saat Lisa akan menutup kembali panggilan itu terdengar suara wanita dari ponselnya.
" Halo selamat malam Nona"
" selamat malam, maaf ini siapa yang berbicara?", Lisa heran karena ponsel Rafa ada pada seorang wanita.
" Saya dokter Sinta dari rumah sakit harapan kita, apa nona mengenal Tuan Rafa Novanda?"
" iya saya kenal, Kak Rafa kenapa dok?"
" Tuan Rafa tadi mengalami kecelakaan, saat ini dia berada di rumah sakit kami, karena keluarganya tidak ada yang bisa dihubungi kami mencoba memanggil nomor telepon yang terakhir dihubunginya dan kondisiny saat ini masih belum sadarkan diri", dokter Sinta terus menjelaskan keadaan Rafa melalui telepon, tapi belum selesai menjelaskan Lisa memotong kalimatnya,
" tolong beritahu saya dimana alamat rumah sakitnya dok", dan dijawab oleh dokter Sinta, Lisa langsung menutup teleponnya, mengambil dompet dan jaket di lemari, buru-buru membuka pintu sambil berkata,
" Tam aku mau pergi ke rumah sakit tolong kamu hubungi Tuan Doni dan suruh dia untuk segera ke Rumah Sakit Harapan Kita, bilang tadi Kak Rafa kecelakaan dan sampai sekarang dia belum sadar", Lisa menutup pintu dan langsung berlari keluar, distopnya taksi yang lewat, Lisa langsung menyuruh pak sopir menuju rumah sakit harapan kita.
Di dalam taksi Lisa terus menyalahkan dirinya sendiri, kenapa dia harus berpura-pura marah pada Rafa dan tidak mengangkat teleponnya, bahkan saat tadi siang Rafa menjenguk ke mess Lisa tidak mau menemuinya, air mata Lisa terus mengalir semakin deras, seperti derasnya hujan yang turun dimalam yang gelap ini.
Sesampainya di rumah sakit Lisa langsung berlari menuju meja resepsionis, menanyakan dimana Rafa dirawat, kemudian berlari menuju IGD, didepan IGD Lisa berdiri gemetar, saat salah satu dokter yang menangani Rafa keluar dari ruangan Lisa langsung memburunya dengan pertanyaan - pertanyaan, " Bagaimana keadaan Kak Rafa dok?, apa lukanya parah?, dia sudah sadar atau belum dok?" .
Dokter Sinta yang melihat gadis muda didepannya gemetar, panik dan ketakutan, memegang bahunya dan menepuk-nepuk punggungnya. " Apa anda keluarganya?" tanya dokter Sinta.
" Saya Lisa dok, sekertarisnya, orang tuanya baru saja terbang ke Singapore, kalau saudaranya saya tidak tahu", Lisa bingung harus menjawab apa, karena dia tidak tahu apapun tentang Rafa, saat ini Lisa baru menyadari betapa minim yang ia ketahui tentang Rafa. Lisa merasa menjadi pacar yang sangat buruk.
" Nona Lisa Tuan Rafa sudah sadarkan diri, saat ini dia akan dipindah ke ruang rawat inap, silahkan Nona menyelesaikan biaya administrasinya di depan....", belum selesai kalimatnya ada seorang lelaki memotong kalimat dokter Sinta.
" Sudah saya selesaikan administrasinya dok, jadi tinggal memindahkan Rafa ke kamarnya saja", Doni berjalan menghampiri Lisa dan dokter Sinta.
" Selamat malam Nona Lisa, terimakasih sudah mengabari ku dengan cepat, kata dokter, tuan Rafa sudah siuman dan keadaannya sudah lebih baik, ini sudah malam, apa Nona mau saya antar pulang?" , tanya Doni dengan tatapan lembut.
" Kalau boleh, aku mau tetap disini saja, aku ingin menemaninya, sebaiknya tuan Doni saja yang pulang dan istirahat, anda besok harus berangkat ke kantor dan harus menyelesaikan banyak pekerjaan. Lalu coba anda hubungi orang tua Kak Rafa, mungkin mereka sudah sampai di Singapura, mereka harus tahu keadaan putranya".
Doni menyetujui saran Lisa, mereka berdua mengantar Rafa ke ruang rawatnya, lalu membahas beberapa urusan pekerjaan dengan Doni, karena Rafa besok dan untuk beberapa hari kedepan belum bisa masuk kantor. Rafa menyuruh Doni untuk membawa ke rumah sakit jika ada berkas yang harus ditandatanganinya. Selesai berdiskusi Doni meminta pamit untuk pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Etik Widarwati Dtt Wtda
takutttt
2022-10-17
1
Aqiyu
deg degan
2020-12-26
1