Adzan subuh berkumandang, Lisa terbangun dari tidurnya, senyumnya merekah mengingat kejadian yang dialaminya kemarin di pantai.
Lisa menggoyang - goyang tubuh Tami membangunkan sahabatnya untuk melaksanakan ibadah bersama, kemudian berjalan menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
Selesai Lisa dan Tami beribadah , Tami yang meminta untuk mandi terlebih dahulu, dan Lisa memilih untuk menyiapkan keperluan untuk dibawa ke kantor, saat sedang menunggu Tami selesai mandi, Lisa duduk di kasur dan menyabut HPnya yang telah full diisi , kemarin HPnya memang mati kehabisan baterai, Lisa menyalakan HP nya dan melihat ada beberapa pesan dan panggilan masuk dari Rafa dan nomor tak dikenal. Lisa membaca pesan-pesan yang masuk, dibacanya dahulu pesan dari nomor tak dikenal yang juga melakukan panggilan telepon beberapa kali,
' Assalamualaikum
Bagaimana kabarmu disana Lis? , ibu, bapak dan adik-adikmu disini baik-baik saja, semoga begitu juga denganmu, ini nomer tetangga kita neng Susi, kemarin baru beli HP, jadi ibu minta tolong untuk menelpon mu, tapi sepertinya kamu sedang sibuk dengan pekerjaanmu, jadi ibu mengirimkan pesan ini, jangan lupa jaga ibadahmu.
Wasallam '
Lisa yang membaca pesan itu langsung menelpon balik, beberapa kali menelpon tapi tidak ada jawaban. Akhirnya Lisa memutuskan untuk membalas pesan itu.
' Wa'alaikum salam wr wb
Ibu, Lisa disini baik-baik saja, sehat dan sedikit tambah gemuk, mungkin karena sudah dua bulan ini Lisa tidak pernah bersepeda lagi, disini tempat kerjanya dekat, hanya berjalan 10 menit sudah sampai . Atasan dan karyawan di perusahaan juga semuanya bersikap baik, salam kangen buat semuanya Bu'.
Lisa mengirimkan pesan itu, menyimpan nomor baru dengan nama Susi. Tiba-tiba pikirannya menerawang jauh, mengingat kenangan bersama keluarganya, teman-teman, tetangga dan kerabatnya di desa, seketika rasa rindu tempat kelahirannya membuatnya ingin pulang.
" Sabar Lisa, tinggal dua bulan lagi disini, kamu pasti bisa, semangat!", Lisa menyemangati dirinya sendiri.
Tami keluar dari kamar mandi yang merasa heran melihat Lisa sedang ngomong sendiri. " Kamu ngapain ngomong sendiri kaya gitu?, lagi keinget kejadian kemarin sama Tuan Rafa ya?", goda Tami.
" Yeee... sok tahu kamu, siapa yang lagi mikirin Kak Rafa, aku lagi kangen rumah, kangen teman- teman kita, kangen suasana desa, hhhhh jadi pengin pulang", keluh Lisa, sambil menghela nafas panjang.
Tami yang melihat Lisa mengeluh merasa aneh, " Bukannya disini kamu bahagia dapat pacar yang ganteng, terus mau apa-apa dikasih sama pacar kamu, enggak harus tiap pagi naik sepeda ke sekolah, nggak harus mikirin pelajaran terus , nggak capek tiap hari bersih-bersih rumah sama nyuci baju orang serumah, disini kamu santai, ngga perlu ngelakuin rutinitas kamu yang melelahkan itu", ucap Tami.
Lisa yang mendengar apa yang dikatakan Tami tersenyum dan berdiri dari duduknya sembari berkata,
" kebahagiaan yang aku rasakan disini dan kebahagiaan yang ku rindukan saat dirumah, itu adalah hal yang berbeda, bagiku kebahagiaan yang aku rasakan disini seperti mimpi yang sewaktu- waktu bisa menghilang disaat aku terbangun, tapi kebahagiaan yang ku rindu saat di rumah bersama keluargaku itulah kebahagiaan yang sesungguhnya, karena meski di rumah aku harus melakukan ini , harus melakukan itu, dan melakukan semua hal yang akan membuatku sangat lelah, tapi aku bahagia dengan semua itu, tidak sekalipun aku merasa sedih, aku menikmati setiap harinya dan tidak sekalipun aku merasa takut itu akan tiba-tiba menghilang dan berakhir". Lisa mengakhiri kalimatnya, mengambil handuk dan berjalan menuju kamar mandi.
" Buruan mandinya Lis, kamu masih harus menepati janjimu, nyeritain kemana kamu pergi kemarin sama si bos", seru Tami yang melihat Lisa menutup pintu kamar mandi.
***
Rafa yang tengah bersiap-siap untuk berangkat ke kantor sesekali melihat layar HPnya, tidak ada pesan ataupun telepon masuk dari Lisa. Padahal dirinya sudah mengirimkan pesan dan menelepon beberapa kali,
" apa jam segini gadis itu belum bangun? " ucap Rafa sambil memakai sepatunya.
" Siapa yang belum bangun sayang?" tiba-tiba terdengar suara bundanya bertanya.
" Bukan siapa-siapa Bunda, itu teman Rafa", jawab Rafa singkat.
" Oh, Bunda dengar kau menyebutnya dengan sebutan 'gadis itu ', apa sekarang putra bunda mulai berteman dengan seorang gadis? ", goda Nyonya Meisi.
" Itu, maksud Rafa.... " menghentikan kalimatnya.
" Ayo kita sarapan dulu, nanti kamu bisa cerita ke bunda dan ayah, tentang gadis itu ", nyonya Meisi merangkul putranya menuju meja makan sambil tersenyum.
Selesai sarapan, Tuan Johan mulai berbicara mengenai rencana perjalanannya ke rumah saudaranya untuk menghadiri undangan pernikahan keponakannya.
" Pagi ini Ayah dan Bunda akan menghadiri undangan dari sepupu Ayah, jadi Ayah belum bisa mengunjungi perusahaan, karena perjalanan jauh kami akan sampai dirumah larut malam, mungkin besok Ayah sempatkan untuk ke kantor, rencananya besok sore Ayah dan Bunda akan terbang ke Singapore lagi, bagaimana dengan kuliahmu?, apa kau mengambil cuti karena harus bekerja menggantikan Ayah?".
" Tidak Ayah, Rafa sudah menyelesaikan skripsi Rafa, tinggal menunggu jadwal sidang.
Jadi meski sekarang Rafa di kantor menggantikan Ayah itu tidak menggangu kuliah Rafa, Rafa berencana untuk melanjutkan S2 disini saja Ayah, Rafa tidak ingin kuliah di luar negeri, apa tidak papa?" , Rafa bertanya pada ayahnya.
" Memangnya kenapa jika kamu kuliah di luar negeri?, apa ada yang membuatmu betah di Indonesia?" , tanya Tuan Johan.
" Sepertinya ada yang membuatnya tidak ingin meninggalkan Indonesia Yah, mungkin seorang yang tadi disebut nya 'gadis itu' ", Nyonya Meisi mengungkit kembali pembahasan yang tadi masih menggantung.
" Siapa 'gadis itu' yang Bunda maksud? " , tanya Ayah.
" Coba tanyakan pada putramu?, dia yang tahu jawabannya ", goda Nyonya Meisi.
Rafa yang dari tadi di goda oleh Nyonya Meisi, akhirnya bercerita.
" Ayah dan Bunda masih ingat cerita Rafa kemarin tentang gadis SMK yang gantiin pekerjaan Winda jadi sekretaris ?, jujur Rafa suka sama gadis itu, hari Jum'at kemarin Rafa menyatakan perasaan Rafa padanya, dia ngga langsung bilang nerima, meski Rafa tau, dia juga memiliki perasaan yang sama, tapi karena dia merasa minder dengan latar belakangnya, dia gadis dari keluarga kurang mampu di desa, setelah Rafa meyakinkannya, perasaan Rafa tulus, sekarang dia mau membuka hatinya untuk menerimaku, apa Ayah dan Bunda keberatan atau tidak setuju dengan apa yang Rafa lakukan?, Rafa tidak mau menyimpan rahasia apapun dari Ayah dan Bunda, karena kalian berdua adalah orang yang paling penting di hidup Rafa " .
Tuan Johan dan Nyonya Meisi tersenyum bahagia mendengarkan apa yang disampaikan oleh putranya.
" Semua orang tua pasti menginginkan putranya bahagia, begitu juga dengan kami sayang, siapapun gadis yang sudah memenangkan hatimu, entah seperti apa latar belakang keluarganya, yang penting dia gadis yang baik dan seiman, Bunda akan mendukungmu , Bunda yakin Ayah juga sependapat dengan Bunda , iya kan Yah? ", Nyonya Meisi melemparkan tatapannya pada Tuan Johan.
" Benar apa yang dikatakan Bunda, Ayah percaya dengan pilihan putra Ayah adalah yang terbaik, jadi gadis itu sekertaris sementara di perusahaan kita, besok Ayah ingin melihat dan menemuinya secara langsung. Ya sudah kau berangkat ke kantor, sepertinya kau sudah gelisah ingin menemui 'gadis itu' ". Tuan Johan ikut menggoda putranya.
***
Lisa dan Tami tengah berjalan di area lobi perusahaan sembari terus mengobrol , sepanjang perjalanan Tami yang sudah diberi tahu bahwa kemarin Lisa pergi ke pantai, kini terus bertanya tentang apa saja yang terjadi di pantai. Lisa yang menjawab tidak terjadi apa-apa membuat Tami terus bertanya karena tidak percaya dengan jawaban sahabatnya, meski terus bertanya namun Tami tidak kunjung mendapatkan jawaban yang diinginkan. Mereka berdua terus berjalan menuju ruang kerja masing - masing, dan
tanpa menyadari bahwa dirinya sedang ada yang memperhatikan, pintu lift terbuka, Lisa, Tami dan beberapa karyawan lain masuk ke dalam lift,
" Hai gadis cantik, apa salah satu dari kalian adalah orang yang sedang disukai Tuan Rafa?", tanya salah seorang pria yang berdiri didalam lift. Lisa dan Tami melirik bersama kearah orang yang bertanya.
" Maaf apa maksud ucapan Anda Tuan? ", Lisa balik bertanya.
" Bukankah kalian gadis yang lagi praktek kerja disini dan tinggal di lantai tiga, mess perusahaan ?, semua karyawan di perusahaan ini sedang hangat - hangatnya memperbincangkan kalian. Jadi apakah kamu gadis itu?" , tanyanya kembali sambil melihat kearah Lisa.
" jegleg..." , pintu lift terbuka, Tami yang sudah sampai di lantai 8 tempat ruang kerjanya berada hendak keluar lift dengan menarik tangan Lisa, berharap Lisa mengikutinya. Tapi Lisa melepas genggaman tangan sahabatnya itu, " tidak papa Tam, kau keluar saja, aku akan sampai di ruang kerjaku dengan baik-baik saja", Lisa melambaikan tangan pada Tami, pintu lift kembali menutup. Lisa menoleh ke arah pria yang tadi bertanya padanya.
" Apa ada yang ingin Anda sampaikan kepada saya, jika benar saya orangnya", tanya Lisa balik bertanya.
Pintu lift kembali terbuka, pria itu keluar dari lift sambil berkata , " Kau memang cantik ! ", pintu lift kembali menutup
Lisa sampai di meja kerjanya, belum sempat dia duduk, telpon di meja kerjanya berbunyi , Lisa pun mengangkatnya, mendengarkan suara yang ada ditelepon, ternyata itu suara Rafa yang menelponnya untuk langsung masuk ke dalam. Lisa pun langsung masuk ke dalam ruangan, menutup pintu dan tersentak kaget karena tiba-tiba Rafa memeluk tubuhnya.
" Jangan seperti ini Kak, ini di kantor , bagaimana jika ada yang melihatnya ?" , ucap Lisa sambil berusaha melepaskan pelukan Rafa, tapi Rafa memeluknya semakin erat, membuat Lisa pasrah.
" Apa kau begitu sibuk sampai tak mengangkat teleponku, pesanku juga tidak kau balas, apa kau tidak merindukanku seperti aku merindukanmu?" bisik Rafa lirih di telinga Lisa.
" Kau yang menyuruhku untuk tidur yang nyenyak, aku mengikuti apa katamu, malah sekarang kau bertanya padaku apa aku tak merindukanmu, jelas aku merindukanmu, tapi jangan bersikap seperti ini, aku takut lama-lama bersamamu seperti ini , kita tidak bisa menahan diri", jawab Lisa lirih.
" Ya sudah kita menikah saja, aku sudah menceritakan tentang hubungan kita pada orang tuaku, mereka akan bahagia jika aku bahagia", jawab Rafa santai, tapi tidak dengan Lisa, dia benar-benar terkejut.
" Apa katamu, menikah? kamu kan tahu aku baru 17 tahun, dan juga masih sekolah, satu setengah tahun lagi aku baru lulus SMK, apa kamu mau aku dikeluarkan dari sekolah, mana ada sekolahan yang memperbolehkan siswinya menikah? , ayo dong Kak, jangan begini, bapak dan ibuku tidak tahu tentang hubungan kita, aku sengaja belum memberi tahukan mereka, karena mereka pasti akan khawatir jika aku mengatakan bahwa aku punya pacar disini".
" Kenapa mereka akan khawatir?, seharusnya mereka akan bahagia karena anaknya mendapatkan kekasih yang tampan dan sangat mencintai putrinya", masih dalam posisi memeluk Lisa.
" Tindakanmu yang seperti ini yang akan membuat orang tuaku khawatir, kau bilang mau menikah , padahal aku belum siap, aku tau kau mengatakan hal itu karena kau sungguh- sungguh mencintaiku, tapi apa yang akan dipikirkan oleh orang lain, mungkin mereka akan berpikir jika aku yang menggodamu. Orang tuaku juga akan khawatir jika tau kita berpacaran, takut jika aku tidak bisa menjaga nama baik keluarga, aku sendiri takut pada diriku sendiri, takut karena rasa cinta ini aku jadi tidak bisa menahan hasratku, aku takut kita kebablasan,
sekarang saja kau tidak mau melepaskan pelukanmu, sampai aku merasa sesak nafas", Lisa sengaja mengatakan hal itu agar Rafa melepaskan pelukannya.
Sesuai yang diharapkan, Rafa melepaskan pelukannya setelah Lisa mengatakan jika dia sesak nafas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Etik Widarwati Dtt Wtda
waduhhhh
2022-10-17
1