Bagaimana gadis ini menyayangi keluarganya? bahkan ibunya saja tidak menganggap dia anak. Aku semakin tertarik dengan gadis ini.
"Kau memang mainan yang tepat." batinku.
...••••••••••••••••••••••••••••••...
Hah, aku Acarl Xelone. Gadis lugu tapi sok tegar diluar ini adalah pilihanku. Ya, dia adalah senjataku. Keluarga Xelone dan Guston, akan jadi musibah. Keluarga Guston tak akan berani padaku, dan keluarga Xelone yang menjujung tinggi reputasi akan hancur dalam sekejap.
"Ehem... Apa kau ingin tau kenapa kau disini? " tanyaku padanya yang mendapat anggukan kecil darinya.
"Apa kau tau apa konsekuensi berhadapan dengan keluarga Xelone? " tanyaku lagi dan dia menggelengkan kepalanya pelan.
"Tuan muda, saya tau saya telah berhadapan dengan keluarga Xelone. Tapi itu suatu pembelaan bagi saya!" ujar Abel dengan lirih seperti takut padaku.
"Lalu menurutmu aku akan melepasmu? " tanyaku dengan smirk andalanku.
"Saya tau jika ini berdampak besar bagi XLN company. Tapi saya tidak bisa diam saat nama dan harga diri saya diinjak!" jawabnya dengan menunduk menahan kesal.
" Kau tau juga kalau itu berdampak besar bagiku. Aku tak peduli dengan keluarga Xelone, tapi aku peduli dengan perusahaan itu. Apa kau mau bertanggungjawab? " kataku yang membuatnya sedikit tersentak.
" Apa yang bisa saya lakukan tuan muda? " tanya gadis itu yang ku tau dia bimbang, karena dia memilin jemarinya.
"Sangat mudah. Kau hanya perlu menjadi asisten pribadiku, Cheiz akan menjadi asisten yang bertanggungjawab masalah pekerjaan, sementara kau menjadi asisten yang mengurus ku." ujarku yang seketika membuatnya mendongak menatap ku tidak percaya.
"Tapi tuan... saya ma.sih seko.lah." jawabnya tergagap karna ku tatap intens.
"Menurutmu aku peduli? Dan jika kau menolak, Gust office ada ditanganku dengan setengah saham itu." jawabku dengan bibir ku angkat sebelah.
Tidak ada respon dari Abel, sepertinya dia memang bimbang dengan ucapanku. Bahkan , saat ini dia hanya menunduk sampai membuat rambutnya yang panjang terjatuh menutupi mukanya.
"Akan kuberi kau waktu sampai besok. Akan kutunggu kau di gerbang sekolahmu!" ujarku. Kemudian aku bangkit meninggalkan gadis itu yang melihat kepergianku dengan wajah menahan air mata.
Abel pov
"Sangat mudah. Kau hanya perlu menjadi asisten pribadiku, Cheiz akan menjadi asisten yang bertanggungjawab masalah pekerjaan, sementara kau menjadi asisten yang mengurus ku."
Kalimat laknat itu terus terngiang dikepalaku. Apa tujuannya? jika dia bilang kalau dia tidak peduli dengan keluarga Xelone lalu apa tujuannya? Aku tau sepenuhnya aku salah, aku bertindak tanpa memikirkan akhirnya . Tapi aku hanya membela diriku, harga diriku, harga diri keluarga ku.
Tuhan, bantu aku. Apa yang harus aku pilih? Disatu sisi jika aku menerima pasti akan memudahkan ayah, tapi disisi lain aku tidak akan hidup normal seperti biasa. Tuhan, aku percaya padamu. Tunjukkan padaku pilihan yang tepat. Aku ingin semuanya berjalan lancar .
Aku berjalan menyusuri jalanan kota. Yah, dari restaurant tadi aku berjalan kaki. Pikiranku kacau untuk sekedar memanggil taksi. Bahkan aku tak peduli dengan ucapan orang lain yang melihatku masih memakai seragam sekolah dan berjalan dengan tatapan kosong. Sekarang yang aku pikirkan adalah tawaran dari lelaki laknat yang membuat hidupku akan hancur jika aku memilihnya.
Din Din
DIIIINNNNNNNNNN!!!!!
Suara klakson dan suara pengemudinya yang memarahiku tak terdengar ditelingaku. Aku kacau, sangat kacau. Hatiku berkata bahwa aku harus menerimanya, tapi pikiranku menolaknya.
DIIIINNNNNNN!!!!!!!!!
GREPP
Badanku terasa terhuyung kebelakang namun aku tidak jatuh. Seketika aku tersadar dan melihat sepasang tangan kekar memelukku. Aku mendongak untuk melihat siapa orang itu, dan bertepatan saat aku melihat, dia juga melihat kearahku. Tatapan kami bertemu.
"Apa kau punya 9 nyawa sampai kau mau menyumbang untuk aspal ini? " tanyanya yang menurutku sangat cerewet.
"Makasih." kata itu yang hanya bisa keluar dari mulutku.
Diapun melepaskan pelukannya tetapi masih menatapku dan menganggukkan kepalanya.
"Siapa namamu? " tanyanya dengan senyumnya sekarang.
"Aku Abel.. Dan kamu? " jawabku sekaligus bertanya nama lelaki yang menyelamatkan ku dari maut.
Kenapa lelaki? karna pakaian yang dia pakai adalah baju kantor, dan style nya persis dengan orang-orang kantor yang sering dia temui saat dia berada dikantor ayahnya.
"Akan kuberi tau saat kita bertemu lagi." jawabnya setelah dia melihat jam tangan yang bertengger di pergelangan tangan kirinya.
"Oh ya hemm baiklah." ujarku bingung.
"Aku pergi dulu ." ujarnya yang terlihat sangat buru-buru.
Dia berlari kearah mobilnya dan langsung mengemudikan dengan kecepatan yang terlalu cepat menurutku.
" Apakah dia jawaban dari Tuhan? " gumamku sambil tersenyum tanpa ku sadari.
Hai kakak-kakak❤
Makasih banget masih setia menunggu aku up🥺
Dan aku minta tolong buat kakak yang baik buat vote ceritaku😭 Biar aku tambah semangat buat Up..
Gimana buat part ini?
Kurang ya?
Maaf ya😅 ini juga mapel ku aku tinggalin demi kalian...
Jangan lupa like, komen dan Vote nya ya🥰
see you next part👋
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments