"Aku akan mencari tahu bergolongan darah apa dia" Senyum menyeringai seraya mengambil plastik kecil dan memasukkan darah di lantai itu ke plastik.
Matahari telah menampakkan sinarnya menembus jendela melalui pantulan sinarnya. Pagi ini Deni telah bersiap_siap mengunakan jas berwarna navy sepadan dengan celana panjangnya di tambah kemeja putih di dalamnya ia sangat terlihat tampan.
"Pagi Mama, pagi juga istriku." Deni menuruni tangga.
"Pagi juga sayang." Mama Lala lagi duduk di sofa, sambil menikmati teh.
"Pagi juga mas." Jawab Dita yang masih memegang sapu membersihkan ruangan.
"Pagi sekali kau sudah bersiap mau berangkat ke kantor lagi? Tanya mamanya penasaran.
"Tentu saja ma lihatlah aku sudah rapi dan ada urusan penting aku harus segera pergi."
"Baiklah, hati-hati di jalan iya sayang."
"Iya Ma."
"Mas kamu sarapan pagi dulu sana sebelum pergi?" Dita melihat Deni.
"Tidak Dita aku buru-buru sekali nanti aku beli di jalan saja."
"Oke" Memegang kemoceng membersihkan bunga di meja.
Terdengar bunyi deruman mobil yang perlahan melaju menjauh dari rumah ke Rumah sakit Rembulan dan dengan anak buah Deni yang sudah mengikutinya.
"Dok saya mau mengecek golongan darah apa yang ada di dalam plastik kecil ini"
"Baiklah, tunggulah sampai hasil pemeriksaan keluar"
Setelah beberapa jam menunggu hasil pemeriksaan telah keluar.
"Apa hasilnya dok"
"Berdasarkan hasil pemeriksaan darah ini bergolongan B"
"Terimakasih dok, saya permisi dulu"
Setelah membayar ke bagian administrasi Deni dan anak buahnya pergi menuju markas.
"Hei kalian anak buahku yang setia, yang telah aku anggap seperti sahabatku sendiri, jangan pernah kalian berkhianat kepadaku?"
"Kenapa bos tiba_tiba berbicara seperti itu, biasanya bos tidak pernah mengucapkan hal ini" Tanya salah satu anak buah.
"Aku sangat curiga dia orang terdekatku. Kenapa setiap aktivitas yang kita lakukan dia selalu tahu, bahkan detektifpun susah mencari markas kita. Mereka belum menemukannya sampai sekarang"
"Iya bos, biasanya orang akan terkecoh dengan permainan kita"
"Cari tanda bekas luka di tangan kirinya, bukankah bos sempat membuatnya luka parah" Sahut anak buah lainnya.
"Ide bagus, seorang wanita yang terluka di tangan kirinya mari kita cari"
Mereka bergegas menuju lapangan besar untuk mengadakan pengumuman bahwa akan ada pengecekan terhadap semua gadis. Semua orang telah berkumpul dan tampak bingung suara riuh saling bertanya terdengar.
"Emang ada apa iya"
"Iya aneh sekali seorang presdir perusahaan Company group sampai mengumpulkan kita di sini"
"Saya mengumpulkan kalian semua di lapangan ibukota ini karena saya sengaja mau melihat tangan kiri kalian semua karena saya sedang mencari seseorang penting"
Anak buah Deni pun beringsut segera memeriksa semuanya dengan sigap tapi tak menemukan yang mereka cari. Mereka semua bubar dan Deni pergi meninggalkan lapangan itu dengan raut wajah penuh amarah.
"**S**iapa sebenarnya pahlawan bertopeng itu aku sangat penasaran Agggh...." Deni berteriak sambil membanting setir mobil dan menepikan mobilnya.
"Bos kenapa" Tanya anak buah yang menurunkan kaca mobilnya tepat di sebelah Deni.
"Aku benar-benar kesal rencana kita gagal terus"
"Tenang bos, tenang. Bagaimana kalau kita mencari tahu lewat cctv dekat dengan TK.
"Apa kau tidak tahu bahwa cctv di sekitar sana telah aku rusak agar rencana kita tidak terendus"
"Iya juga bos, kami hampir lupa"
Hari tampak sudah sore mereka semua telah lelah berkeliling mencari pahlawan bertopeng itu tapi nihil, pukul 16.00 Deni pulang ke rumah.
"Ceklek" Deni membuka pintu ruang utama.
"Eh anak mama sudah pulang"
"Assalamualaikum ma"
"Wa'alaikumus'salam sayang"
"Dita mana ma kok tidak kelihatan"
"Dia ada, sedang mengambil jemuran baju di loteng atas"
"Deni ke atas dulu iya ma mau menyusul Dita"
"Iya sayang"
Deni pergi ke loteng atas terlihat Dita sedang berdiri menatap pemandangan ibu kota yang padat itu dari atas.
"Kau tidak keluar sama sekali hari ini"
"Tuan sudah pulang, saya keluar rumah tadi sebentar" Jawab Dita datar.
"Oh baiklah, siapkan saya air hangat saya ingin mandi saya lelah"
"Baik tuan" Dita mau berjalan menuju tangga bawah namun tiba-tiba Deni menarik tangan kirinya.
"Aww" Dita refleks sedikit berteriak sambil terlihat meringis.
"Kenapa kau seperti menahan sakit padahal aku menarikmu pelan"
"Tidak tuan saya hanya sedikit terkejut"
"Kenapa dengan tangan kirimu terlihat seperti air namun lengket di lengan bajumu sini aku periksa seperti darah"
"Oh tidak tuan ini tadi hanya terkena getah nangka, saya ke rumah teman saya membantunya mengupas nangka" Jawab Dita yang mengendalikan rasa gugupnya.
"Oh baiklah"
"Saya turun dulu tuan" Segera berlari menuruni tangga.
"Ah tidak mungkin, dia kan tidak tahu bahwa aku psikopat" Monolog Deni.
Deni pun bergegas turun untuk segera menuju kamar dan mandi.
"Hei sudah siap"
"Iya sudah tuan" Keluar dari kamar mandi sambil menunduk.
Deni melihat Dita sekilas lalu menarik tangan kirinya dan Dita meringis.
"Kenapa kau seperti menahan sakit yang luar biasa?" Deni mengintrogasi karena penasaran.
"Tidak tuan tidak ada, lepaskan! Saya mau pergi ke bawah mama sudah menunggu" Menghempaskan tangan Deni dan segera berlari.
"Hei wanita sialan emangnya kau siapa" Teriak Deni sambil menatap punggung Dita dari kejauhan.
Sesampai di bawah Dita menemui mamanya.
"Ma Dita izin iya mau menginap di rumah teman Dita, mama tolong bilang ke mas Deni karena Dita buru_buru teman Dita sakit. Dia minta temani Dita" Dita bicara terburu_buru dengan raut wajah panik.
"Baiklah sayang, hati-hati di jalan."
"Iya ma, Dita pergi dulu" Menyalami tangan mamanya dan tak lupa mengucapkan salam.
Dita berhamburan keluar dengan kaki setengah berlari menuju bagasi mobil dan dengan cepat mengendarainya. Tanpa dia sadari sepasang mata memperhatikan dari atas balkon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Biah Kartika
Dita ya wanita bertopeng itu
2023-03-14
1
Kinayyah Azmhi Mokodompit
aku ska dengan alur ceritanya.... faitting👍👍👍👍 thor
2022-05-25
2
Rafel
kalau nonton flm piskopat saya ngerei ..ini juga baca nya ngeri thor
2022-03-24
1