Pagi harinya Dita bersiap untuk pergi ke mall untuk berbelanja keperluan sehari-harinya namun ketika berjalan ia melewati ruangan di rumah itu dengan sedikit heran.
"Kenapa ruangan ini selalu terkunci dan tidak ada yang boleh memasukinya?"
*Flashback On*
Saat acara pernikahan selesai Lala mengajak Dita untuk berbicara hal penting.
"Nak, pesan mama ketika kamu sudah menjadi istri Deni jangan pernah masuk ke pintu merah yang ada didekat ruangan kerja itu"
"Insyaa Allah ma Dita tidak memasukinya
*FlashBack Off*
Dita masih mematung di depan pintu berwarna merah itu dengan rasa penasaran dan penuh tanya di kepalanya.
"Sedang apa kau di sini" Ucap Deni dengan setengah berteriak dengan sorot mata tajam.
"Ma...ma....maaf tuan saya hanya kebetulan lewat mau turun ke bawah karena saya mau pergi ke mall bersama teman saya" Ujar Dita dengan gugup.
"Jangan pernah kau mendekati ruangan ini apalagi memasukinya ini adalah ruangan pribadiku"
"Iy...iya tuan" Dita mendongakkan kepalanya dengan sedikit takut.
"Ini ambil untukmu, pakailah untuk memenuhi kebutuhanmu" Mengambil kartu ATM berwarna gold dari kantungnya.
Dita mengambil kartu tersebut.
"Terimakasih tuan."
"Hmmm" Deni melangkahkan kakinya meninggalkan Dita.
Sesampainya di mall Dita dan Jessica berhamburan menuju ke arah sepatu-sepatu cantik di sana.
"Eh lihat deh sepatu yang itu bagus" Ucap Jessica seraya menunjuk ke arah lemari kaca.
"Iya itu bagus sekali."
"Mau cari apa mbak" Ucap pelayan yang menghampiri mereka.
"Saya mau beli sepatu yang warna putih ini mbak" Dita menunjuk ke arah kaca.
"Saya yang itu warna hijau tosca" Ucap Jessica sambil menunjuk ke arah kaca.
"Baiklah mbak" Pelayan itu mengambil sepatu tersebut dan membungkusnya.
Setelah itu mereka pergi memilih-milih baju_baju di sana.
"Masyaa allah bagus sekali jaket hoodie ini aku ingin membelinya."
"Iya cocok untuk kamu Dita."
Mereka berjalan-jalan mengelilingi mall besar di ibu kota itu dengan perasaan senang, setelah selesai mengambil semua barang yang mereka butuhkan tibalah saat membayar.
"Saya bayar pakai kartu ini saja mbak" Dita menyerahkan kartu berwarna gold tersebut.
"Dita kamu punya kartu itu dari siapa?"
"Ini kartu ATM dari suamiku, memangnya kenapa?"
"Jarang sekali orang yang mempunyai kartu itu, karena hanya orang kalangan kelas atas yang memilikinya. Itu adalah kartu unlimited tanpa batas"
"Oh begitu, aku sih tidak tahu" Ucap Dita sambil tersenyum menoleh ke arah Jessica.
Jam menunjukkan pukul 11.30 mereka pun makan siang di sebuah restoran sebentar, lalu mereka pulang ke rumah masing-masing.
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikumus'salam. Sudah pulang nak" Ucap Lala sambil menggandeng tangan menantunya.
"Iya ma, kemana mas Deni ma?"
"Oh, dia pergi ke kantor nak"
"Oh baiklah ma. Ini aku bawa buah-buahan segar dan baju untuk mama sudah aku beli"
"Oh terimakasih nak kamu baik sekali" Menatap Dita dengan tersenyum.
"Iya ma ini juga tadi belinya memakai uang mas Deni hehehe" Tersenyum kepada mertuanya.
Jam menunjukkan pukul 24.00 Dita terbangun dari tidurnya.
"Kemana mas Deni, kenapa sudah larut malam seperti ini dia tidak ada juga di kamar?"
Dita berjalan ke arah toilet, dia melihat pintu toilet sedikit terbuka dan Deni yang sedang duduk berjongkok menunduk.
"Apa yang dia lakukan tengah malam seperti ini, hah dia sedang mengasah parang untuk apa aneh sekali kenapa tidak besok saja" Dita yang tengah mematung di depan pintu terus memikirkan suaminya yang aneh itu.
"Hei sedang apa kau di situ" Deni berteriak dan membuyarkan lamunan Dita.
"Ti...ti...tidak aku hanya ingin buang air kecil."
"Oh"
Deni pergi membawa parangnya keluar dari toilet dan segera keluar dari kamarnya. Dita yang melihat suaminya langsung pergi keluar kamar pun, terbelalak menatap dengan keheranan.
"Ah aku penasaran dengan dia, lebih baik nanti saja aku ke toilet aku harus mengikutinya dengan sangat hati-hati."
Dita melangkah dengan sangat pelan dan langsung bersembunyi di balik tembok ketika Deni menoleh ke belakang.
"Tidak ada siapa-siapa, ah mungkin hanya perasaanku saja seperti ada yang mengikuti"
"Ceklek" Deni membuka pintu merah itu lalu masuk ke dalam dan menutupnya.
"Huft...hampir ketahuan" Ujar Dita sambil mengelus dadanya yang berdebar-debar.
Dita berjalan mendekat ke arah pintu namun tiba-tiba gagang itu berbunyi.
"Ah gawat dia mau keluar dari ruangan ini"
Dita pun berlari secepat mungkin dan bersembunyi di balik meja vas bunga di dekat pintu. Deni keluar dan menutup pintu tersebut lalu melangkahkan kakinya berjalan melewati Dita, dan pergi ke arah tangga lalu menuruninya.
"Ini kesempatanku untuk masuk ke ruangan itu." Dita segera bergegas ke arah ruangan itu dan mengambil gagang pintu lalu membukanya dan menutup kembali.
"Gelap sekali ruangan ini lampunya redup" Ucap Dita sambil berjalan melihat sekeliling. "Banyak sekali alat-alat tajam di sini, pistol, pedang, gergaji, kapak, mesin pemotong kayu, selurit. Semua tampak tajam seperti di asah terus, ada kardus di sana apa isinya iya" Monolog Dita.
Dia berjalan menuju kardus dan di pegangnya kardus itu.
"Cairan apa ini bau amis sekali"
Dita membuka kardus dan melihat kantung kresek berwarna hitam, lalu membukanya dan melihatnya.
"Astagfirullah, kepala manusia" Dita terkejut ketika melihat isinya sampai kantung itu terjatuh.
"Aku harus ikat kembali kantung kresek ini sebelum mas Deni datang" Monolog Dita dengan tangan bergemetar. Dia membuka kardus dan memasukkannya seperti semula.
"Ceklek" Suara pintu terbuka.
"Ya Allah dia sudah kembali selamatkan hamba" Dita berjalan pelan-pelan agar tidak ketahuan dengan jantung berdegup kencang, ia bersembunyi di balik lemari dan kain panjang yang tampak lusuh.
"Hah dingin sekali malam ini" Ujar Deni dengan meletakkan kopi di meja.
Dita mengintip di balik kain panjang itu dengan tangan yang dingin.
"Ternyata suamiku psikopat" Gumam Dita pelan sambil menutup mulutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
Eva Rubani
lagian udah di larang msuk jg bikin dek dekan
2022-12-13
1
Rafel
aduh thor serem banget
2022-03-24
1
Nana effendy
dag dig dug duer
2021-06-29
1