...Assalaamu 'alaikum Kanca...
...Selamat Membaca...
...Semoga suka...
...💙💙💙...
Hari ini Xakiel mendapat kabar buruk tentang Alma, wali kelasnya yang sedang dirawat di rumah sakit. Sebagai ketua kelas yang memiliki jiwa perhatian yang luar biasa, Xakiel mengajak teman-teman kelasnya untuk menjenguk Alma yang statusnya sebagai orang tua mereka ketika di sekolah. Namun tidak semua teman-teman kelasnya ikut, hanya perwakilannya saja yaitu terdiri dari ketua, wakil, sekretaris dan bendahara kelas.
Tok... tok... tok...
Xakiel mengetuk pintu ruang rawat inap dengan pelan-pelan, ia takut mengganggu seseorang yang sedang terbaring di dalam sana. Setelah mendengar suara dari dalam yang menyuruhnya untuk masuk, lantas Xakiel langsung membuka pintunya sekaligus masuk ke dalam, tak lupa ia mengajak teman-temannya untuk masuk juga serta menutup kembali pintu itu dengan rapat.
Alma yang sedang terbaring lemah seketika langsung tersenyum meskipun wajah pucatnya tidak dapat disembunyikan, tetapi rasa bahagianya dapat menutupinya karena melihat kedatangan anak-anak didiknya yang sedang menjenguk dirinya.
''Xakiel, Rifad, Zaina, Zeya,'' ucap lirih Alma menyebutkan satu persatu nama dari anak-anak didiknya yang kini sedang berdiri di hadapannya.
''Ibu, maaf kami mengganggu waktu istirahat Ibu, kedatangan kami kemari, kami ingin menjenguk Ibu, semoga Ibu cepat sembuh ya,'' ujar Xakiel mewakili dari teman-temannya.
Alma mengangguk pelan, ia justru senang karena kedatangan mereka. ''Nggak kok kalian nggak ganggu Ibu, justru Ibu berterima kasih karena kalian sudah mau menjenguk Ibu.''
''Oh iya ini buat Ibu dari kami semua, anak-anak didik Ibu,'' ucap Xakiel sembari meletakkan bucket buah di atas meja brankar.
''Wah kalian kok repot sekali, Ibu dijenguk saja sudah senang kok, ini malah bawa sesuatu.''
''Kami tidak repot kok Bu, Ibu cepat sembuh ya, supaya Ibu bisa masuk sekolah lagi dan mengajari kami,'' ucap Zaina mulai membuka suara.
Alma mengangguk penuh antusias, ''Iya Zaina, terima kasih ya.''
''Iya Ibu sama-sama.''
''Ibu jadi terharu deh, kalian perhatian sekali, baru kali ini lho Ibu sakit dan dijenguk oleh anak-anak didik Ibu, kalian memang anak-anak yang baik, Ibu yakin orang tua kalian pasti mendidik kalian dengan kasih sayang dan perhatian makanya anak-anaknya baik dan perhatian seperti ini.''
Seketika Xakiel terdiam, disaat teman-temannya mengangguk untuk membenarkan ucapan dari Alma, respon Xakiel berbeda sendiri. Ia tidak membenarkan ucapan Alma karena kenyataannya sangat berbanding terbalik.
''Sebenarnya ini ide dari Xakiel Bu, sang ketua kelas yang memiliki jiwa yang perhatian, kami hanya ikut-ikut saja,'' timpal Rifad malu-malu.
''Iya Bu Rifad benar,'' ujar Zeya ikut menyetujuinya.
Alma menoleh ke arah Xakiel dengan berdecak kagum. Sementara Xakiel hanya tersenyum sekilas karena ia tidak dapat menyembunyikan perasaan sedihnya ketika mengingat kedua orang tuanya, namun ia tidak memperlihatkannya kepada orang-orang di sekitarnya.
''Ibu bangga sama kamu Xakiel, orang tua kamu pasti sangat bangga punya anak seperti kamu.''
Deg
Dada Xakiel langsung nyeri seperti baru saja dilempar bongkahan batu besar. Ia meringis dan sedikit tersenyum pahit. Ingin rasanya ia berteriak sekencang-kencangnya, mengatakan seluruh isi hatinya, tentang kedua orang tuanya. Tetapi syukurlah, ia masih dapat mengontrol amarahnya yang hampir saja meledak.
...*****...
Setelah jam besuk telah habis akhirnya Xakiel, Rifad, Zaina dan Zeya berpamitan untuk pulang kepada Alma. Sama seperti saat masuk tadi Xakiel dengan sigapnya mempersilakan teman-temannya untuk keluar lebih dulu darinya setelah itu ia ikut keluar dan menutup pintunya dengan rapat.
''Teman-teman terima kasih ya sudah mau ikut menjenguk Ibu Alma, dan sekarang kalian sudah boleh pulang,'' ucap Xakiel kepada teman-temannya.
''Iya Xakiel sama-sama, kalau begitu aku pulang duluan ya, soalnya aku ada kepentingan lain, assalaamu 'alaikum.''
''Wa 'alaikumus salaam,'' jawab Xakiel, Zaina dan Zeya serentak.
''Zaina, Zeya aku juga pulang duluan ya, kalian hati-hati,'' ujar Xakiel sembari menatap ke arah Zaina lalu ke arah Zeya.
Zaina mengangguk tanpa banyak kata. Sementara Zeya mengangguk dengan penuh antusias bahkan tanpa ragu ia menyuruh Xakiel agar berhati-hati juga.
Xakiel mulai melangkah menuju halaman rumah sakit, sementara Zeya masih memperhatikan punggung Xakiel yang akhirnya mulai tidak terlihat lagi. Zaina sempat memperhatikannya juga dengan ekspresi wajah yang gelisah.
''Zai, aku ke toilet dulu ya, kamu mau ikut?''
Seketika ekspresi wajah Zaina langsung berubah, lebih tepatnya saat Zeya berkata sesuatu kepadanya.
''Oh kamu mau ke toilet, ya sudah sana, aku tunggu di parkiran ya.''
Zeya hanya mengangguk, kemudian ia melangkah menuju tempat yang dituju. Sementara Zaina langsung berjalan cepat menuju parkiran, layaknya sedang mengejar seseorang.
''Xakiel.''
Mendengar ada yang sedang memanggilnya lantas membuat Xakiel langsung menoleh ke arah sumber suara itu. Ia terkejut melihat Zaina sudah berdiri di belakangnya bahkan mulai mendekatinya.
''Zaina, ada apa?'' tanya Xakiel dengan raut wajah girang tak tertahan.
''Nanti malam kamu ada acara nggak?''
Xakiel langsung menggeleng cepat, ''Nggak, nanti malam aku nggak ada acara apa-apa, memangnya ada apa Zaina?'' tanya Xakiel sungguh penasaran, jangan ditanya bagaimana kondisi hatinya saat ini, sudah penuh dengan bunga-bunga yang bermekaran.
''Ibuku mengundang kamu untuk makan malam di rumah.''
''Apa?''
''Ibuku mengundang kamu untuk makan malam di rumah,'' jawab Zaina mengulangi perkataannya tadi.
Xakiel malah terkekeh karena Zaina mengulang ucapannya tadi, padahal ia bukannya tidak mendengar hanya saja ia terkejut parah karena tidak menyangka ia mendapatkan undangan makan malam dari calon ibu mertua.
''Jadi bagaimana, kamu mau atau nggak?''
''Mau-mau, mau banget, rezeki kan nggak boleh ditolak,'' jawab Xakiel dengan kecepatan super.
''Ini alamat rumah Ibuku.''
Zaina memberikan secarik kertas yang isinya alamat rumah Ibunya kepada Xakiel. Tanpa basa basi Xakiel langsung menerimanya dan sempat membaca alamat rumah itu dengan kedua mata yang berbinar-binar.
''Sekarang kamu sudah boleh pergi,'' ucap Zaina seakan mengusir Xakiel dari hadapannya dengan sesekali ia menoleh ke arah pintu utama rumah sakit.
Xakiel sedikit terkejut, Zaina menyuruhnya untuk segera pergi padahal ia masih ingin berlama-lama mengobrol dengannya, karena ini adalah kesempatan langkah yang nyaris punah.
''Ya sudah kalau begitu aku pergi duluan ya, sampai ketemu nanti malam,'' ucap Xakiel dengan senyuman yang merekah.
Zaina hanya mengangguk dan berharap Xakiel cepat-cepat pergi meninggalkannya karena ia takut Zeya lebih dulu datang dan memergoki mereka berdua. Bisa runyam urusannya.
Akhirnya Xakiel melaju pergi dengan mengendarai motor ninjanya. Zaina sangat bernapas lega karena ia tidak sampai ketahuan oleh Zeya. Sebenarnya ia tidak ada maksud untuk menutupi semuanya dari Zeya namun ia tidak ingin Zeya salah mengartikan kedekatannya dengan Xakiel, dari pada nantinya berbuntut panjang lebih baik Zeya tidak mengetahuinya. Lagi pula Xakiel dekat dengan kedua orang tuanya bukan dengan dirinya.
...*****...
''Assalaamu 'alaikum.''
Sapa seseorang dari ambang pintu yang langsung menjadi pusat perhatian satu keluarga yang sedang berkumpul di tengah-tengah hidangan makan malam yang tersaji di meja makan.
''Wa 'alaikumus salaam.''
''Akhirnya Nak Xakiel sudah datang, ayo masuk,'' ucap Unaisha seraya mengajak tamu undangannya untuk masuk ke dalam rumahnya sekaligus menuju ruang makan yang letaknya satu baris dengan ruang tamu.
''Abang Xakiel sini duduk samping aku.''
Xakiel menoleh ke arah Lais yang mengajaknya untuk duduk di sampingnya yang masih kosong, tepat di hadapan Zaina yang sudah menduduki tempat duduknya.
Xakiel sempat menatap ke arah Zaina sambil tersenyum ramah. Begitupun sebaliknya. Meskipun suasana terasa canggung namun Xakiel sangat senang karena bisa makan malam bersama keluarga si gadis manis pujaan hatinya. Ini masih seperti mimpi indah baginya.
''Ayo kita mulai makan malamnya, Ayah sudah lapar sekali ini,'' ujar Lutfan memecahkan keheningan.
Lalu dengan kompak mereka berdoa di dalam hati dengan khusu'. Xakiel awalnya terdiam dan hanya bisa memperhatikan mereka, namun detik berikutnya ia ikut berdoa dalam hati.
Setelah berdoa selesai, dengan sigap Unaisha mengambilkan nasi dan lauk pauk untuk Lutfan, Zaina, Lais kemudian untuk Xakiel juga. Xakiel yang memperhatikannya langsung terharu, begitu perhatiannya seorang Ibu di hadapannya ini. Ia melayani satu persatu anggota keluarganya. Xakiel jadi teringat kepada Mamanya yang tidak pernah melakukan hal mengagumkan seperti itu. Bersyukurnya ia apabila mendapatkan seorang Ibu seperti Unaisha, yang perhatian dan penuh kasih sayang kepada keluarganya.
''Ini untuk nak Xakiel.''
''Terima kasih Tante,'' ucap Xakiel dengan senang hati.
''Iya nak Xakiel sama-sama, ayo dimakan.''
Akhirnya mereka menyantapnya bersama-sama. Suasana pun terasa hangat ketika Lutfan memuji lezatnya makanan yang dimasak oleh Unaisha, mantan istrinya. Tanpa ragu Unaisha menggucapkan terima kasih kepadanya.
Xakiel yang menangkap momen indah ini dibuat terdiam tanpa kata. Ini benar-benar di luar dugaannya, kedua orang tua Zaina yang statusnya sudah bercerai masih bisa menjalin hubungan yang sangat baik bahkan masih seperti layaknya pasangan suami istri. Apa kabarnya dengan kedua orang tuanya yang masih berstatus sepasang suami istri tetapi hubungannya buruk seperti sepasang musuh.
Tidak terasa kedua mata Xakiel berkaca-kaca. Ia menjadi teringat akan hubungan keluarganya yang tidak seharmonis keluarga Zaina, padahal keluarganya masih utuh tidak terpecah belah seperti keluarga Zaina. Apakah ini yang dinamakan keluarga hanya modal status, bersama tapi tidak bahagia.
''Nak Xakiel kenapa?, kok diam saja?'' tanya Unaisha kepada Xakiel yang tiba-tiba saja terlihat diam tanpa pergerakan.
Xakiel pun tersadar dan langsung mengubah raut wajahnya menjadi ceria. Ia juga melenyapkan perasaan sedihnya agar tidak diketahui oleh siapapun.
''Sa-saya, saya nggak apa-apa Tante,'' jawabnya sedikit gugup.
''Nak Xakiel beneran nggak apa-apa?'' tanya Unaisha memastikannya.
''Wah jangan-jangan makanannya nggak enak ya?'' tanya Luftan seketika.
Xakiel terkejut mendengarnya, Unaisha jelas ikut terkejut juga pasalnya ini menyangkut makanan yang dimasak olehnya. Apa benar masakannya tidak enak menurut Xakiel?, wah ia harus segera mempertanyakannya.
''Nak Xakiel, benar ya makanannya nggak enak?'' tanya Unaisha dengan harap-harap cemas.
Xakiel langsung mengklarifikasinya dengan menggelengkan kepalanya secara cepat. Ia tidak ingin membuat calon ibu mertuanya sedih karena dikira makanannya tidak enak, padahal enak sekali menurutnya.
''Nggak Tante, makanannya enak kok, enak banget.''
''Alhamdulillah kalau makanannya enak,'' ujar Unaisha dengan menghela napas lega.
''Kalau ada masalah ceritakan sama kami ya, jangan dipendam sendiri, nggak baik, anggap saja kami ini keluarga kamu Xakiel, apalagi kamu kan temannya Zaina, jadi Om sudah menganggap kamu anak Om sendiri.''
Tiba-tiba Xakiel terkejut mendengar ucapan lembut dari Lutfan kepadanya yang sepertinya dapat membaca isi pikirannya. Jujur Xakiel terharu mendengarnya, baru kali ini ada seseorang yang begitu perhatian kepadanya, padahal papanya sendiri tidak pernah menanyakan keadaannya, keadaan hatinya. Andai saja yang bertanya seperti itu adalah papanya mungkin Xakiel sudah berhambur memeluknya dan menangis histeris di pelukannya.
Lutfan masih terus memperhatikan Xakiel yang terdiam di posisinya, bahkan ia melihat Xakiel sedang menghela napas sedalam-dalamnya. Lutfan semakin yakin bahwa anak laki-laki di hadapannya ini sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja.
''Saya tidak apa-apa Om, saya baik-baik saja,'' elak Xakiel seraya berusaha menampilkan senyuman yang ceria.
Lutfan hanya mengangguk, meskipun ia tahu bahwa pernyataan Xakiel berbanding terbalik dengan keadaan hatinya. Namun ia tidak bisa bertindak lebih jauh, terlebih Xakiel tidak bersedia untuk terbuka padanya. Tetapi Lutfan berharap anak laki-laki yang sedang bersusah payah menutupi masalahnya itu akan baik-baik saja dan bisa menyelesaikan masalahnya dengan baik.
💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙
...Assalaamu 'alaikum Kanca...
...Alhamdulillah Bagian delapan belas sudah launching...
...Jangan lupa like, komen dan vote ya...
...Ukhfira tunggu partisipasinya...
...Mator Sakalangkong...
...🤗🤗🤗...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
hana faqih
terharu
2020-12-23
1