...Assalaamu 'alaikum Kanca...
...Selamat Membaca...
...Semoga suka...
...💙💙💙...
Sore harinya Zaina bersama sang Ayah mendatangi toko bunga milik Unaisha, Ibu dari Zaina sekaligus mantan istri dari Lutfan. Memang biasanya di hari weekend ini mereka menghabiskan waktu bersama. Di toko bunga juga sudah ada Lais yang sibuk bermain game di gadgetnya, sampai-sampai ia mengabaikan kehadiran Ayah dan Kakaknya.
''Assalaamu 'alaikum.''
''Wa 'alaikumus salaam, eh Ayah sama Kakak sudah datang, Lais ayo berhenti dulu main gadgetnya, ini Ayah sama Kakak sudah datang.''
Unaisha menyuruh sang putra bungsu untuk menghentikan aktivitasnya bermain game karena Ayah dan Kakaknya sudah datang.
''Iya bentar Ibu, Lais mau menang nih,'' ujar Lais sangat fokus memencet-mencet layar gadgetnya.
Unaisha yang melihat tingkah sang putra hanya bisa menghela napas jengah. Lalu ia mempersilakan Lutfan untuk menangani putra mereka.
''Lais.''
Dengan gerakan yang cepat Lutfan berhasil mengambil alih gadget Lais. Sementara sang pemilik gadget langsung cemberut dan menghela napas berat.
''Yahhh Ayah,'' eluhnya dengan lesuh.
Zaina hanya bisa geleng kepala melihat ekspresi adiknya yang tampak lemas dan tidak bergairah. Seakan dunianya dirampas secara paksa oleh sang Ayah. Memang ada-ada saja tingkah adiknya ini.
''Assalaamu 'alaikum.''
Disaat semua pandangan mata sedang tertuju ke arah Lais, tiba-tiba pandangan mereka langsung teralihkan kepada seseorang yang baru saja tiba dan sedang mengucapkan salam kepada mereka.
''Wa 'alaikumus salaam.''
''Xakiel?,'' pekik Zaina dalam hati.
''Kamu ngapain ke sini?'' tanya Zaina langsung to the point.
Alhasil Xakiel dibuat terdiam kaku bak paku di dinding. Ia hanya bisa tersenyum canggung tanpa kata. Hal ini membuat Zaina gemas sampai ingin meremasnya.
''Zaina, Ayah yang mengajak Xakiel untuk datang ke sini, untuk kenalan sama Ibu dan Lais,'' papar Lutfan menjelaskannya kepada Zaina.
''Memangnya anak muda ini siapa Ayah?'' tanya Unaisha mulai penasaran.
''Jadi, Xakiel ini teman sekolahnya Zaina, Ibu, oh iya Xakiel perkenalkan ini Ibunya Zaina dan yang ganteng ini putra bungsunya Om, adiknya Zaina.''
Setelah Lutfan memperkenalkan anggota keluarganya kepada Xakiel, kini giliran Xakiel yang memperkenalkan diri dengan senyuman yang ramah.
''Ibu perkenalkan saya Xakiel teman sekolahnya Zaina.''
Unaisha mengangguk dengan senyuman yang tak kalah ramahnya, ''Oh iya nak Xakiel, dan Ibu adalah ibunya Zaina.''
''Lais ayo salaman dulu sama abang Xakiel,'' pinta Lutfan kepada Lais.
Dengan lemas Lais beranjak dari tempat duduknya, kemudian ia bersalaman dengan Xakiel sembari menyebutkan namanya.
Xakiel merasa sedikit aneh melihat wajah Lais yang ditekuk seperti sedang ada masalah. Lutfan langsung menunjukkan gadget milik Lais kepada Xakiel. Dan tanpa waktu yang lama akhirnya Xakiel pun mengetahui penyebab Lais menjadi badmood seperti itu.
''Jadi toko bunga ini milik Tante ya?'' tanya Xakiel mulai berbasa basi.
Unaisha mengangguk lirih, ''Iya, ini toko bunga milik Tante, kalau misalnya nak Xakiel mau beli bunga, beli di sini saja, nanti Tante kasih diskon soalnya nak Xakiel kan teman sekolahnya Zaina.''
Xakiel mengangguk penuh antusias. Kini ia sudah mengetahui mengapa hatinya selalu berbunga-bunga ketika berada di dekat Zaina, ternyata Zaina adalah anak dari pemilik toko bunga yang harum nan indah.
''Oh iya Lais, abang Xakiel ini jago main basket lho, dia juga ketua basket di sekolahnya, kalau Lais nggak percaya tanya saja sama kak Zaina,'' ujar Lutfan mengalihkan pembicaraan dengan membahas tentang Xakiel.
Dari raut wajahnya Lais nampak tertarik dengan pokok pembahasan sang Ayah, terlebih berkaitan dengan kegemaraannya, yaitu bermain basket.
''Benar ya Kak apa yang dikatakan sama Ayah, kalau teman Kak Zaina jago main basket?'' tanya Lais kepada Zaina.
''Kamu tanya saja sendiri,'' jawab Zaina yang malah menyuruh Lais untuk menanyakan sendiri kepada orangnya.
Lais malah tak berani untuk bertanya kepada orangnya, karena ia masih canggung. Maklum saja ini pertama kalinya mereka bertemu, jadi masih kaku dan kikuk.
''Lais perlu bukti?, kalau begitu ayo kita main,'' ajak Xakiel mulai bersuara dan membangun suasana yang bersahabat.
''Ayo siapa takut,'' balas Lais dengan nada menantang.
''Ayo Ayah ikut juga,'' sambung Lutfan tak mau kalah.
Akhirnya ketiga lelaki yang berbeda tahun lahirnya itu langsung menginjakkan kakinya di halaman toko bunga yang sudah disulap menjadi lapangan basket mini. Memang sudah lama halaman toko bunga yang cukup luas itu dijadikan sebagai lapangan basket, karena setiap weekend seperti ini Lutfan dan Lais sering menghabiskan waktu bersama dengan bermain basket bersama.
Sementara kaum hawanya, Zaina dan Unaisha memilih untuk masuk ke dalam toko bunganya agar tidak mengganggu para kaum adam yang mulai asyik bersama basket bersama.
''Zaina, Ibu boleh bertanya sesuatu?'' tanya Unaisha ketika mereka sudah sampai di dalam toko bunga.
''Tanya apa Ibu?'' ucap Zaina berbalik tanya.
''Kamu dan nak Xakiel seriusan hanya berteman saja?, atau-''
''Ibu, kami hanya berteman, nggak lebih,'' papar Zaina langsung menyakinkan sang Ibu yang tadinya belum selesai bicara, tetapi Zaina sudah bisa menebak kalimat selanjutnya.
Unaisha mengangguk lirih, ia pun percaya dengan putrinya. Tetapi ia merasa aneh, sama seperti apa yang dirasakan oleh Lutfan ketika baru mengetahui bahwa Zaina mempunyai teman lelaki.
''Tapi baru kali ini Ibu tahu kalau kamu punya teman laki-laki bahkan sampai dikenalkan sama Ibu dan Ayah.''
''Ibu, sebenarnya Zaina nggak mau kenalkan Xakiel sama Ibu dan Ayah, tapi nggak tahu kenapa dia malah datang sendiri ke rumah, dan dia ke sini katanya tadi Ayah kan yang mengajaknya, Zaina benar-benar nggak tahu apa-apa Bu.''
Unaisha terkekeh geli melihat sang putri yang saat ini sedang bersusah payah untuk meyakinkan dirinya bahwa apa yang telah berlaku saat ini itu diluar kehendaknya.
''Iya Kakak, nggak apa-apa, Ibu nggak marah kok, Ibu hanya bertanya saja, tapi Ibu hanya ingin mengingatkan, tolong ya bertemannya jangan sampai melebihi batas, kalian beda jenis kelamin, jadi perlu menjaga batasan.''
''Siap Ibu, in syaa Allah pertemanan ini nggak akan sampai melebihi batas, Ibu percaya saja sama anak Ibu yang manis ini, in syaa Allah Zaina bisa menjaga kehormatan diri.''
Dalam hati Unaisha dapat bersyukur dengan lega. Sebagai seorang Ibu yang mempunyai anak perempuan ia memiliki tanggung jawab yang besar kepada Zaina terutama dalam hal pergaulannya. Makanya ia harus memberikan arahan dan pengertian khusus kepada sang putri yang kini mulai beranjak remaja.
''Ya sudah kalau begitu ayo kita buatkan minuman untuk para cowok-cowok di depan, pasti sebentar lagi mereka kehausan dan perlu minum.''
Zaina menganggukkan kepalanya serta mengikuti langkah sang Ibu menuju dapur mini yang ada di toko bunganya.
Sementara di depan, para barisan lelaki tampan sedang seru-serunya bermain basket. Bahkan sampai tak menyadari bahwa seluruh tubuhnya sudah mandi keringat.
Di sela-sela permainnya Lais tak hentinya berdecak kagum melihat kepandaian Xakiel dalam menaklukan ring basket. Bagaimana tidak, sejak tadi bermain hingga saat ini Xakiel selalu unggul dalam memasukkan bolanya ke ring basket, bahkan dengan gaya yang berbeda-beda dan sangat terlihat keren di mata Lais.
Zaina dan Unaisha akhirnya keluar dengan membawa minuman yang dingin dan segar untuk Xakiel, Lutfan dan Lais yang menghentikan permainan basketnya dan langsung menyerbu minuman segar di depan matanya.
''Wah tadi abang Xakiel jago banget main basketnya, keren lagi,'' puji Lais setelah meneguk minumannya hingga tandas.
''Iya dong, namanya juga ketua tim basket pasti jago dan keren, seperti Ayah zaman sekolah dulu,'' timpal Lutfan ikut memuji kehebatan Xakiel.
''Ah biasa saja kok Lais, Om, itu juga karena sering latihan makanya bisa jago,'' ucap Xakiel merendah, untuk meroket, pikir Zaina.
''Kalau begitu Lais mau dong latihan sama abang Xakiel, biar Lais bisa jago seperti abang Xakiel.''
''Boleh, kapan-kapan kita main lagi ya,'' balas Xakiel tak kalah senangnya.
Ibarat pepatah satu dua gayung terlampau, kini Xakiel bukan hanya akrab dengan Lutfan tetapi dengan Lais juga. Semakin besar saja kesempatannya untuk semakin dekat dengan Zaina, yaitu dengan cara mendekati keluarganya terlebih dahulu.
Tetapi sejujurnya Xakiel merasa senang dapat berkenalan dan bisa akrab dengan keluarga Zaina yang begitu hangat padahal keluarga mereka sudah terpisah menjadi dua bagian, namun tidak membuat hubungan kekeluargaan mereka menjadi terpecah belah. Ia menjadi salut dan kagum, meskipun keluarga Zaina menyandang status broken home tetapi kehangatannya seperti home sweet home.
💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙
...Assalaamu 'alaikum Kanca...
...Alhamdulillah Bagian tujuh belas sudah launching...
...Jangan lupa like, komen dan vote ya...
...Ukhfira tunggu partisipasinya...
...Mator Sakalangkong...
...🤗🤗🤗...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
aquawomen
knp org tuanya zaina pisah
klo ga berumahtangga
knp ga balikan aja ayah sm ibunya zaina
2021-03-27
1