Bagian 3. Selalu Bahagia

...Assalaamu 'alaikum Kanca...

...Selamat Membaca ...

...Semoga Suka...

...💙💙💙...

Kring....

Bel pertanda istirahat telah berbunyi seorang guru laki-laki yang berparas tegas dengan rahang keras mulai keluar dari kelas XI B dengan diikuti oleh Zaina yang membawakan tumpukan buku milik dirinya dan teman-temannya yang baru saja dikumpulkan. Zaina beserta teman-teman sekelasnya baru saja mengerjakan tugas matematika yang membuat otaknya membeku. Setelah gurunya sudah pergi mereka langsung berhamburan keluar menuju kantin untuk mendinginkan otaknya lagi.

Usai menaruh buku-buku itu Zaina langsung keluar dari ruang guru dan ternyata Zeya sudah menunggunya di luar. Lalu dengan langkah bersamaan mereka menuju kantin sekolah namun hanya sebentar karena hari ini mereka ada agenda rapat rohis di musholla sekolah, jadi Zaina dan Zeya hanya membeli minuman untuk mendinginkan kepalanya yang sempat mendidih karena ulah si matematika.

''Assalaamu 'alaikum warohmatullah wabarokaatuh.''

''Wa 'alaikumus salaam warohmatullah wabarokaatuh.''

Rapat Rohis baru dimulai dengan ucapan salam dari seorang siswa laki-laki yang membuat Zaina dan Zeya tertegun serentak. Siswa laki-laki itu tidak asing lagi bagi mereka berdua, terlebih dia adalah teman sekelasnya.

''Zai, itu Rifad ngapain di sini?, sejak kapan dia jadi anak Rohis?,'' tanya Zeya dengan suara lirih kepada Zaina.

Zaina hanya menggelengkan kepalanya, ia juga tidak tahu mengapa Rifad bisa ikut rapat Rohis, padahal ia bukan bagian dari anggota Rohis.

''Perkenalkan nama saya Rifad Yusman, saya adalah ketua Rohis yang baru, saya harap kita dapat bekerja sama dengan baik untuk mensukseskan organisasi Rohis ini menjadi lebih baik dari sebelumnya,'' tutur Rifad memperkenalkan dirinya kepada seluruh anggota Rohis yang menyempatkan hadir para rapat kali ini.

Zaina terkejut atas penuturan yang baru saja disampaikan oleh Rifad, ia tidak pernah menyangka sebelumnya bahwa Rifad akan menjadi ketua Rohis, jangankan menjadi ketua Rohis menjadi bagian dari anggota Rohis saja Zaina tidak pernah membayangkan sebelumnya, benar-benar seperti mimpi.

Usai rapat selesai semua anggota Rohis pun meninggalkan mushollah begitu juga dengan Zaina dan Zeya. Zaina masih teringat akan rapat tadi lebih tepatnya ia teringat akan ketua kelas yang baru, Rifad.

''Kok bisa Rifad jadi ketua Rohis ya Zai?, aku heran lho, padahal dulu dia kan-''

''Zaina.''

Suara seseorang yang sedang memanggil Zaina dari belakang berhasil menghentikan ucapan Zeya. Sontak mereka pun menoleh ke arah sumber suara tersebut, dan ternyata yang memanggil Zaina adalah Rifad, laki-laki yang baru saja dibicarakan oleh Zeya.

Kini Rifad sudah berdiri di hadapan mereka, senyumannya merekah tatkala bertatap muka dengan Zaina. Zaina membalasnya namun hanya sekilas.

''I-iya Rifad ada apa?,'' tanya Zaina sedikit terbata-bata.

''Aku mau mengucapkan terima kasih sama kamu,'' ujar Rifad dengan senyumannya tak pudar.

Zaina menyerngitkan dahinya, ia tidak mengerti akan ucapan terima kasih dari Rifad kepadanya, ''Terima kasih,'' tanyanya.

Rifad mengangguk lirih, ''Iya terima kasih, terima kasih karena dulu kamu sudah menolak cintaku dan membuat aku sadar hingga akhirnya aku bisa berubah menjadi lebih baik, seperti sekarang ini.''

''Mungkin kamu heran, karena sekarang aku sudah berubah, aku sudah berubah menjadi lebih baik dari diriku yang kemarin, itu semua berkat kamu Zaina, Allah memberikan aku hidayah lewat kamu, sekali lagi aku ucapkan terima kasih, terima kasih yang sebesar-besarnya.''

Wajah yang tadinya menyimpan rasa kebingungan kini mulai berubah, senyuman manis mulai terpatri di wajahnya, Zaina senang mendengar penuturan dari Rifad, ia tak menyangka begitu mudahnya Allah membolak-balikkan hati manusia, padahal ia masih ingat waktu kelas X SMA kemarin Rifad adalah siswa yang dapat dikategorikan sebagai siswa nakal. Zaina seperti melihat wajah baru pada diri Rifad, dalam hatinya ia ikut senang akan perubahan positif dari Rifad.

''Alhamdulillah aku ikut senang mendengarnya. Kalau begitu kita duluan ya, assalaamu 'alaikum,'' ucap Zaina sembari pamit undur diri bersama Zeya dari hadapan Rifad.

''Wa 'alaikumus salaam,'' jawab salam Rifad dengan tatapan yang masih tertuju kepada Zaina beserta senyumannya yang tambah mengembang.

...*****...

Zaina baru saja keluar dari kamarnya, ia menutup kembali pintunya dengan rapat, lalu ia berlajalan menuju ruang makan karena sang Ayah sudah menunggunya untuk makan malam bersama. Zaina terkejut saat sudah sampai di ruang makan dan melihat meja makan penuh dengan masakan sang Ayah. Banyak sekali Ayahnya masak malam ini padahal yang makan hanya mereka berdua.

''Ayah kok makanannya banyak sekali?, kita kan cuma makan berdua Yah?'' tanya Zaina dengan kebingungan.

''Kata siapa cuma makan berdua.''

Tiba-tiba terdengar suara lain yang menjawab pertanyaan Zaina, suara perempuan. Lantas Zaina pun menoleh ke arah sumber suara itu, dan ia melihat seorang perempuan paruh baya yang anggun dengan pakaian syar'inya beserta seorang anak laki-laki yang umurnya berkisar 9 tahun.

''Ibu.''

Senyuman Zaina langsung merekah setelah melihat perempuan itu yang tidak lain ialah Ibunya, Unaisha yang datang bersama sang adik, Lais. Tanpa berpikir panjang Zaina langsung menghampirinya dan berhambur memeluknya. Rasa rindu seakan tersingkirkan dengan pelukan hangat dari sang Ibu. Sementara Lais juga menghampiri Lutfan dan memeluknya, menumpahkan rasa rindu karena sudah tidak tinggal bersama lagi.

''Ayah,'' panggil Lais lirih.

''Lais jagoan Ayah,'' sapa Lutfan sembari mengelus lembut puncak kepala sang putra bungsu.

''Ibu ayo duduk, kita makan bersama malam ini,'' ajak Zaina usai mengakhiri pelukannya.

Unaisha mengangguk seraya tersenyum, ''Iya ayo,'' ucapnya lembut.

Acara makan malam kali ini begitu hangat dengan kehadiran Unaisha dan Lais, Zaina amat mensyukurinya karena tidak setiap hari mereka bisa makan bersama dalam satu meja yang sama. Senyuman kebahagiaan terpancar di wajahnya, makan malam yang sederhana namun begitu berharga.

''Zaina ambilkan nasinya ya Bu.''

Unaisha mengangguk lirih sembari terus memperhatikan sang putri sulung yang begitu perhatian kepadanya. Begitu juga dengan Lais yang tidak mau kalah dari sang Kakak, ia mengambilkan makanan untuk sang Ayah. Unaisha dan Lutfan sama-sama bersyukur karena anak-anak mereka begitu perhatian kepada mereka.

''Jagoan Ayah ayo pimpin doa,'' titah Luftan kepada Lais.

Lais pun menurutinya, kemudian menengadahkan kedua tangannya dan melafalkan bait-bait doa sebelum makan. Zaina, Unaisha dan Lutfan ikut menengadahkan kedua tangannya dengan khusyu'.

''Sekarang kita makan,'' ujar Lais bersemangat.

Hal ini menghadirkan gelak tawa dari semuanya, kemudian ikut mencicipi makannya dan tidak mau kalah semangat dari anak kecil yang mulai menyantap makanannya dengan lahap.

''Ibu bagaimana masakan Ayah, enak kan?!, nggak kalah sama masakan restoran kan?!,'' tanya Luftan kepada Unaisha disela-sela acara makan malam mereka.

Unaisha terkekeh, kemudian ia tidak segan untuk mengacungkan kedua jempolnya, menandakan bahwa masakan sang mantan suami benar-benar memanjakan lidahnya.

''Maa syaa Allah enak banget ini lho Ayah, wah sekarang Ayah sudah jago masak ya, sepertinya Ibu kalah nih,'' canda Unaisha sembari terus mengunyah.

''Tidak dong Ibu, masakan Ibu tetap yang paling enak, benar kan anak-anak?,'' ujar Lutfan meminta persetujuan dari putri dan putranya.

Zaina mengangguk seraya mengacungkan kedua jempolnya kepada sang Ibu, ''Iya Ibu, Ayah benar, masakan Ibu tetap yang juara, Zaina jadi ingin makan masakan Ibu deh.''

''Kalau begitu gantian, besok malam kita makan di rumah Ibu, bagaimana, apakah Ibu bersedia?,'' ucap Lutfan seraya bertanya kepada Unaisha.

Unaisha menampilkan wajah berpikir, hal ini membuat Zaina cemberut dibuatnya.

''Ibu kok masih mikir-mikir sih?, masa Ibu keberatan kalau Zaina sama Ayah makan di rumah Ibu?,'' tanya Zaina dengan bibir manyun.

Unaisha langsung tertawa, ia tidak tahan melihat wajah sang putri yang lucu sekali ketika sedang cemberut seperti ini.

''Iya Zaina, Ibu nggak keberatan kok kalau Zaina sama Ayah makan di rumah Ibu, justru Ibu senang apalagi Lais pasti senang, iya kan Lais?''

Lais pun menganggukkan kepalanya dengan cepat, kemudian ia melanjutkan melahap makanannya. Lutfan yang melihatnya langsung mengelus kepalanya, mengekspresikan rasa sayangnya kepada Lais.

''Alhamdulillah, Ayah, Ibu terima kasih ya kalian sudah menjadi kedua orang tua yang hebat untuk Zaina dan Lais, meskipun Ayah dan Ibu sudah tidak bersama lagi tapi Ayah dan Ibu mau berkumpul bersama kami menjadi keluarga yang lengkap.''

Ucapan tulus dari mulut Zaina cukup menyentuh hati Lutfan dan Unaisha. Mereka saling memandang satu sama lain lalu saling beralih memandang Zaina juga Lais. Unaisha mencoba kuat dengan senyumannya meskipun air mata mulai menampakkan dirinnya. Begitu juga dengan Lutfan, ia mencoba tersenyum lebar untuk menyingkirkan rasa bersalahnya yang selama ini ia pendam.

''Zaina sampai kapanpun kita akan tetap menjadi satu keluarga, keluarga yang bahagia,'' ucap Unaisha sembari membawa Zaina ke dalam pelukannya dan mencium puncak kepalanya.

''Iya Zaina, apa yang dikatakan Ibu benar, meskipun Ayah dan Ibu sudah berpisah tapi in syaa Allah selamanya kita akan tetap bersama, tetap menjadi satu keluarga,'' timpal Lutfan ikut meyakinkan sang putri bahwa mereka akan tetap bersama, tetap menjadi sebuah keluarga yang bahagia apapun keadaannya.

Zaina menganggukkan kepalanya, ia percaya akan ucapan Ayah dan Ibunya yang berasal dari lubuk hati mereka yang terdalam. Meskipun kenyataannya kedua orang tuanya tidak bisa bersatu seperti dulu, tetapi ia akan tetap mensyukurinya, setidaknya keluarga mereka tetap bersatu dan saling menyayangi layaknya keluarga pada umumnya.

''Ya Allah semoga kami selalu bersama dan bahagia seperti sekarang ini meskipun kami tidak bisa tinggal bersama lagi. Aku tetap bersyukur ya Allah karena kedua orang tuaku masih tetap berhubungan baik dan tetap kompak menjadi Ayah dan Ibu untuk aku dan Lais,'' ucap Zaina dari dalam lubuk hatinya yang terdalam.

💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙

...Assalaamu 'alaikum Kanca...

...Alhamdulillah Bagian ketiga sudah launching...

...Jangan lupa like, komen dan vote ya...

...Ukhfira tunggu partisipasinya...

...Mator Sakalangkong...

...🤗🤗🤗...

Terpopuler

Comments

Zhumrotulh Yahya Salam

Zhumrotulh Yahya Salam

aku gak seneng thor knp mesti namanya zaina se namanya mendekati zina.kn kenyang orng aplg orng kmu vivi aja menjadi pipi.

2021-06-28

0

hana faqih

hana faqih

suka sm karyamu thot

2020-12-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!