...Assalaamu 'alaikum Kanca...
...Selamat Membaca ...
...Semoga suka...
...💙💙💙...
Siswa dan siswi di kelas XI B pada sibuk belajar karena hari ini di pagi yang cerah ini ada ulangan mata pelajaran fisika. Sudah tidak bisa disembunyikan lagi rasa deg-degan, cemas, gelisah dan yang lainnya.
Kring...
Bel telah berbunyi, dan beberapa detik kemudian datanglah seorang guru laki-laki dengan pakaian yang rapi namun wajahnya yang tegas membuat semua siswa dan siswi bergidik ngeri melihatnya, dapat dikatakan guru mata pelajaran fisika di hadapan mereka ini adalah salah satu guru terkiller yang pernah ada.
''Selamat pagi anak-anak,'' sapanya dengan tegas.
''Pagi Pak,'' jawab semuanya dengan serentak, namun wajahnya melemas.
''Hari ini kita akan belajar materi baru, silakan kalian buka buku paketnya halaman 35,'' ucap Pak guru sembari mulai mengeluarkan buku di dalam tasnya.
Para siswa dan siswi yang mendengarnya langsung beradu pandang dengan raut wajah yang penuh akan kebingungan, namun setelahnya mereka saling menghela napas lega karena hari ini tidak jadi diadakan ulangan.
''Pak mohon maaf, hari ini ada ulangan,'' ucap salah satu siswi yang langsung menggemparkan dunia kelas XI B.
Semua mata langsung tertuju padanya, mata-mata yang tak bersahabat dan siap untuk menerkamnya, Xakiel pun ikut menoleh, ia terkejut melihat siswi tadi yang berani menjadi mangsa teman-teman sekelasnya.
''Zaina,'' pekik Xakiel lirih.
''Oh iya hari ini ada ulangan ya, saya hampir saja lupa, untung diingatkan sama Zaina, terima kasih ya Zaina,'' ucap Pak guru yang baru saja teringat dan langsung berterima kasih kepada Zaina.
Zaina mengangguk seraya tersenyum ramah, ''Iya Pak sama-sama,'' balas Zaina tanpa memikirkan keadaan sekitar yang sudah heboh karenanya.
''Kalau begitu silakan kalian semua siapkan satu lembar kertas dan di atas meja hanya boleh ada alat tulis,'' titah sang guru tanpa banyak bicara lagi.
Dengan gerakan yang lemas semua siswa dan siswi mengeluarkan apa yang diperintahkan oleh guru mereka, Zaina juga lemas karena ia tidak begitu ahli dengan pelajaran fisika namun ia tadi malam ia sudah berusaha semaksimal mungkin dalam belajar dan semoga saja ia dapat mengerjakan ulangannya dengan lancar dan benar.
Kring...
Bel pergantian jam telah berbunyi, itu artinya jam pelajaran fisika telah selesai, mau tidak mau semua siswa dan siswi di kelas XI B harus mengumpulkan lembaran jawaban ulangan mereka, ada yang lembar jawabannya penuh, ada yang jawabannya setengah bahkan ada yang hanya seperempat, menurut mereka yang terpenting terisi masalah hasil itu akhir.
Saat guru fisika sudah keluar dari kelas, semua siswa dan siswi langsung bersorak ramai dan menyerbu Zaina dengan sindiran-sindiran yang pedas serta tatapan-tatapan yang tajam.
Zaina hanya menghela napas lirih dan tidak berniat untuk membela diri karena ia sudah tahu ini akan terjadi, jadi ia sudah melapangkan hatinya untuk menghadapinya, yang terpenting ia dan teman-teman kelasnya sudah lepas dari tanggung jawabnya yaitu mengikuti ulangan.
Zeya juga hanya bisa berdiam diri, ia tidak bisa membantu sahabatnya untuk melawan teman-teman satu kelasnya yang kesal kepada Zaina karena sudah berani mengambil tindakan yang dampaknya akan dimusuhi oleh teman satu kelas. Zaina mengangguk kepada Zeya, memberikan isyarat bahwa ia baik-baik saja dan tidak usah mengkhawatirkannya.
''Ada yang sok jadi pahlawan nih guys, berani banget ya,'' ucap salah satu siswa cowok dengan suara yang lantang dan tatapannya tertuju ke arah Zaina.
Suasana pun seketika memanas, Zaina mencoba untuk tetap tenang dan berharap tidak akan terjadi apa-apa di menit yang akan datang.
''Iya nih, cewek lagi,'' timpal salah satu siswi cewek yang tidak kalah melengking suaranya, dan dengan terang-terangan menyindir Zaina.
Xakiel tidak tinggal diam, ia langsung beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri manusia-manusia yang sudah merusak telinganya dengan menyindir Zaina.
''Ada apa ini?!'' tanya Xakiel tegas.
''Itu Xakiel teman kita tadi berani banget mengingatkan guru soal ulangan, siapa yang nggak kesal coba,'' adu salah satu siswi kepada Xakiel yang disetujui oleh semua teman-teman kelasnya kecuali Zeya dan Wafi.
''Iya, gue juga kesal, tapi sama kalian!'' ujar Xakiel mengeraskan suaranya.
Semua teman-teman sekelasnya malah kebingungan dengan ucapan Xakiel yang katanya kesal dengan mereka, padahal yang salah hanya satu orang yaitu Zaina.
''Lho kok-''
''Kalau kalian nggak mau ulangan, nggak usah sekolah!, pulang sana!, malas kok dipelihara,'' seru Xakiel ketus.
Semuanya langsung diam, tidak ada yang berani berkicau, Xakiel benar-benar membuat semua teman-teman sekelasnya bungkam seribu bahasa.
''Kalau kalian masih berani menyindir Zaina apalagi sampai menyalahkan Zaina, kalian berhadapan sama gue!''
Xakiel melangkahkan kakinya menuju tempat duduknya, namun ia sempat berhenti di samping tempat duduk Zaina, menatap ke arahnya.
Zaina yang melihat keberadaan Xakiel langsung menoleh ke arahnya dan tidak ragu untuk membalas senyuman tulus Xakiel yang ditujukan kepadanya.
''Zaina, kamu tenang saja, mereka semua nggak akan menyindir kamu lagi, tapi kalau masih ada yang berani menyindir kamu, kamu bilang sama aku, aku akan merobek-robek mulutnya!''
Bukan hanya Zaina yang terkejut mendengar kalimat terakhir dari Xakiel tetapi seisi kelasnya juga terkejut bahkan langsung bergidik ngeri dan saling menyelamatkan mulut masing-masing dengan saling menutupinya.
Perlahan Zaina menganggukkan kepalanya, hal itu membuat Xakiel akhirnya kembali ke tempat duduknya dan mengeluarkan buku mata pelajaran selanjutnya.
Zaina masih diam terpaku, ia tidak menyangka bahwa Xakiel akan membela dirinya bahkan sampai tak ragu mengancam teman-temannya.
Sementara Zeya malah senyam-senyum sendiri, ini kedua kalinya ia menyaksikan secara langsung betapa kerennya seorang Xakiel yang menjadi seorang pahlawan berparas tampan yang membela sebuah kebenaran.
''Maa syaa Allah Xakiel benar-benar pahlawan yang datang di waktu yang tepat, bagaimana bisa aku nggak mengaguminya, bagaimana bisa aku nggak menaruh hati padanya. Xakiel, bagiku kamu adalah pahlawan hatiku,'' ucap Zeya dalam hati sembari terus memandang ke arah Xakiel.
...*****...
Saat jam istirahat semua siswa dan siswi lebih asyik menonton pertandingan basket ketimbang mengisi perut mereka di kantin, begitu juga dengan Zeya yang ikut bergabung bersama yang lainnya, ia tidak sendiri melainkan bersama Zaina, bukan Zaina yang mau dengan senang hati melainkan karena paksaan Zeya yang sungguh luar biasa.
''Kamu ngapain sih ngajak aku ke sini Zey, aku kan nggak suka nonton basket,'' oceh Zaina yang kurang nyaman dengan tempatnya saat ini.
''Iya aku tahu Zai kamu nggak suka nonton basket, tapi Xakiel lho yang sedang main basket Zai.''
Zeya menunjuk ke arah Xakiel yang sedang asyik main basket bersama teman-teman basketnya, dan seperti biasa Xakiel tidak menghiraukan sekitar, terutama teriakan para kaum hawa yang menyemangatinya.
Zaina menyerngitkan dahi, tak mengerti akan ucapan Zeya tadi, ''Terus memangnya kenapa kalau Xakiel yang main basket?''
Zeya menghela napas jengah, sahabatnya ini benar-benar telah melupakan kebaikan Xakiel padanya, padahal baru beberapa jam yang lalu, namun dengan mudahnya dilupakan.
''Ya Allah Zaina, kamu ini bagaimana sih, kamu lupa ya tadi Xakiel itu sudah membela kamu, dia sudah baik lho sama kamu.''
''Aku ingat kok Zey, tapi apa hubungannya sama nonton basket?'' tanya Zaina masih tidak mengerti bahkan mulai kebingungan.
''Jadi begini Zai, karena tadi Xakiel sudah baik sama kamu, jadi kamu harus balas kebaikan dia dengan menonton dia main basket, istilahnyaa menyemangati dia, ya secara tidak langsung sebagai tanda terima kasih kamu ke Xakiel.''
Akhirnya Zaina mulai mengerti dengan penjelasan Zeya, ia sudah tidak banyak bicara lagi karena apa yang diucapkan oleh sahabatnya ini memang ada benarnya, dan tidak ada salahnya jika kali ini ia meluangkan waktunya untuk menonton Xakiel bermain basket, ya hitung-hitung sebagai tanda terima kasihnya kepada Xakiel karena tadi sudah membela dirinya di hadapan teman-teman kelasnya.
Xakiel terlihat begitu bersemangat dalam bermain basket ia sampai tidak sadar bahwa ada Zaina yang sedang menontonnya, menonton dirinya yang sedang bermain basket bersama teman-temannya. Namun tanpa sengaja Xakiel menoleh ke arah bangku penonton, dan betapa terkejutnya ia ketika sorot matanya menangkap sosok gadis berhijab yang sedang memperhatikannya.
''Zaina,'' pekik Xakiel dalam hati.
Kedua matanya langsung berbinar-binar ketika melihat si cewek manis sedang berada di bangku penonton dan sedang menonton dirinya yang sedang bermain basket. Semangat Xakiel tambah membara, energinya yang mulai mengikis kini terisi kembali bahkan sampai kepenuhan dari senangnya karena ditonton oleh cewek spesial yang memiliki senyuman mengandung semanis madu.
''Ayo yang semangat mainnya,'' seru Xakiel kepada teman-temannya.
Wafi yang melihat Xakiel kembali segar bugar langsung terheran-heran, ada apa gerangan?, apa yang membuat semangat Xakiel kembali mengobar?, pasti ada sesuatu yang baru saja terjadi, Wafi sudah bisa menebaknya, namun ia belum menemukan sesuatu itu.
Seakan ingin memperlihatkan keahliannya pada Zaina, Xakiel memasukkan bolanya berkali-kali bahkan teman-temannya tidak diberi kesempatan sama sekali, egois sekali Xakiel hari ini, tidak seperti biasanya, maklum saja ia ingin tebar pesona kepada cewek incarannya yang sedang menonton dirinya bermain basket. Istilahnya ia ingin memperlihatkan bahwa bola basket saja bisa ia taklukan apalagi hati.
Xakiel mengibaskan rambutnya yang basah akan air keringat, sontak hal ini membuat para kaum hawa langsung heboh dan menjerit-jerit, tidak kuat melihat pesona Xakiel yang mengguncangkan hati.
''Ya ampun Xakiel keren banget, nggak kuat aku lihatnya,'' ucap salah satu seorang siswi yang serasa mau pingsan seketika itu juga.
''Iya pesona dia memang nggak ada obat,'' timpal yang lainnya.
Zaina yang mendengarnya malah dibuat risih dan kurang nyaman dengan keadaan sekitar yang terang-terangan memuja dan memuji pesona Xakiel yang menurutnya terlalu berlebihan, dan ia juga kurang menyukai sikap Xakiel yang seolah sengaja memperlihatkan pesonanya kepada para kaum hawa yang sedang memperhatikannya.
''Kiel jujur sama gue, cewek mana yang sedang lo taksir?'' tanya Wafi yang seketika sudah berdiri di samping Xakiel dan pandangannya tertuju ke arah deretan para cewek yang sedang duduk di bangku penonton.
Xakiel tersenyum manis, ia jadi salah tingkah karena mendapatkan pertanyaan seperti itu dari sahabatnya sendiri, jujur entah kenapa tiba-tiba ia malah malu untuk mengakuinya dan wajahnya langsung memerah, seperti kepiting rebus.
''Malah senyam-senyum nih orang, cewek yang mana si Kiel yang membuat lo jadi bersemangat banget seperti ini, pasti dia sedang nonton kan?!''
Wafi sudah dapat menebaknya dengan cepat namun ia belum bisa mengetahui gadis belia mana yang sudah membuat sahabatnya ini mengeluarkan pesonanya disaat bermain basket, padahal biasanya ia cuek, namun kali ini benar-benar berbeda, dan itu pasti karena ada seseorang yang sudah berhasil memikat hatinya. Wafi benar-benar dibuat penasaran.
''Nanti lo akan tahu sendiri,'' ucap Xakiel kemudian kembali bermain basket.
Wafi pun ikut kembali bermain, selama ini ucapan Xakiel selalu dapat dipercaya sehingga ia tidak perlu bersusah payah untuk mencari tahu karena Xakiel sudah berkata bahwa ia akan mengetahuinya sendiri.
💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙
...Assalaamu 'alaikum Kanca...
...Alhamdulillah Bagian ketujuh sudah launching...
...Jangan lupa like, komen dan vote ya...
...Ukhfira tunggu partisipasinya...
...Mator Sakalangkong...
...🤗🤗🤗...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Nabil Az Zahra
dapat kekuatan bulan ya kiel?eh kekuatan cinta dink😂😂😂
2023-08-08
0
hana faqih
terpesona...cie....cie....
2020-12-23
1