...Assalaamu 'alaikum Kanca...
...Selamat Membaca...
...Semoga Suka...
...💙💙💙...
Setelah pulang sekolah Zeya mengajak Zaina untuk pergi ke mall, ada yang ingin dia beli dan Zaina harus ikut bersamanya. Kini mereka sudah ada di toko baju muslimah dan Zeya sedang memilih-milih baju yang akan ia beli.
Setelah memantapkan hatinya untuk berhijab Zeya belum memiliki banyak pakaian yang sesuai syariat Islam makanya sekarang ia ingin membelinya, mengganti pakaian jahiliyah dengan pakaian muslimah yang sesuai dengan syari'at agama Islam.
Zeya sedang memilih-milih gamis yang bagus nan indah warnanya, Zaina yang melihatnya hanya bisa geleng-geleng kepala, dan sepertinya Zeya akan memborong semuanya.
''Aduh Zaina gamisnya bagus-bagus semua aku jadi pusing milihnya, jadi aku beli semua deh, ayo kita ke kasir,'' ajak Zeya yang sudah meraih lengan Zaina, namun Zaina melepasnya dengan lembut.
''Tunggu Zeya,'' ucap Zaina lirih.
''Iya, kenapa Zai?,'' tanya Zeya penasaran.
''Gamis ini mau kamu beli semua?,'' tanya Zaina sembari menunjuk ke arah gamis-gamis yang berada di tangan Zeya.
Zeya mengangguk penuh antuasias, tak sabar rasanya ia ingin memakai semua gamis-gamis cantik yang akan membuatnya semakin cantik meskipun sudah menutup aurat.
Zaina menampilkan senyuman terbaiknya, lalu ia menyentuh punggung tangan Zeya dengan lembut.
''Belinya seperlunya saja ya, nggak usah semuanya.''
Zeya menyerngitkan dahinya, ia tak mengerti akan ucapan Zaina yang memintanya untuk membeli gamis seperlunya saja.
''Lho memangnya kenapa Zai?, kita nggak boleh beli semuanya ya?,'' tanya Zeya mulai kebingungan.
''Bukan nggak boleh, tapi takut nggak kepakai, ujung-ujungnya nanti akan menumpuk di lemari juga, mubadzir jadinya, dan itu juga bisa menjadi ladang dosa buat kita karena kita menumpuk barang yang nggak kepakai.''
Perlahan Zeya mulai mengerti dan apa yang dikatakan sahabat sholihahnya ini benar sekali. Dari pada menumpuk dosa karena menumpuk baju di lemari lebih baik Zeya membeli seperlunya saja, nanti kalau sudah ada yang kekecilan, rusak atau yang lainnya ia akan membelinya yang baru, intinya saat ini ia akan membeli gamis yang akan dipakai sehari-hari saja.
''Iya Zai kamu benar, ya sudah kalau begitu aku beli beberapa saja ya, oh iya tolong bantu pilihkan ya, aku bingung nih pilih yang mana soalnya bagus-bagus dan cantik-cantik semua.''
Zaina kembali mengulas senyumannya, ''Zeya maaf ya sebelumnya, aku hanya ingin mengingatkan saja, pakaian yang kita pakai itu untuk menutup aurat kita bukan untuk mempercantik diri kita, jadi kita pilih yang biasa saja asal menutup aurat dengan benar.''
Seketika Zeya langsung tertegun, kedua matanya juga mulai berkaca-kaca, ia sampai kehabisan kata-kata karena penuturan Zaina yang cukup dalam dan mengena tepat di hatinya.
''Maa syaa Allah Zai kamu benar-benar perempuan yang sholihah, hal sekecil ini saja kamu perhatikan, aku sampai nggak tahu lagi harus ngomong apa untuk mengungkapkan kekagumanku sama kamu, kamu benar-benar sahabat surgaku, aku nggak akan pernah melepaskan kamu Zai, nggak akan pernah.''
Air mata Zeya luruh begitu saja, ia pun memeluk sahabatnya yang amat ia sayangi karena Allah, sahabat yang takkan pernah ia lepaskan selamanya.
''Kamu juga sahabat surgaku Zeya, kita saling mengingatkan dalam hal kebaikan ya, kalau aku salah tolong kamu tegur aku, jangan pernah sungkan untuk menegur aku,'' ucap Zaina yang tidak kalah terharunya karena memiliki sahabat seperti Zeya yang mudah untuk menerima nasihat darinya.
Usai pelukan keduanya berakhir, Zeya menaruh gamis-gamis yang tadi ia pilih ke tempatnya semula. Ia hanya akan membeli gamis yang direkomendasikan oleh Zaina, tentunya yang sesuai dengan syariat agama Islam.
''Sekarang tolong pilihkan aku gamis-gamis yang sesuai dengan syariat Islam ya Zai, soalnya aku nggak tahu seperti apa gamis yang sesuai dengan syariat Islam itu.''
Dengan senang hati Zaina pun memilihkan gamis-gamis yang sesuai dengan syariat Islam, ia mengambil tiga gamis polos berwarna gelap, yaitu hitam, dongker dan coklat tua lalu ia memperlihatkannya kepada Zeya.
''In syaa Allah ini Zey gamis-gamis yang sesuai dengan syariat Islam, polos, gelap dan longgar.''
Tanpa berpikir panjang Zeya langsung mengambil gamis-gamis itu dari tangan Zaina lalu ia kembali menarik tubuh Zaina dan memeluknya dengan erat.
''Maa syaa Allah Zaina terima kasih banyak, jazakillah khoiron,'' ucap Zeya disela-sela isak tangisan lirihnya.
Zaina pun membalas pelukan Zeya dengan penuh rasa sayang yang tak terhingga, ''Iya Zeya sama-sama, wa jazakillah khoiron,'' balasnya yang ikut terbawa suasana.
...*****...
Sementara Xakiel dan Wafi tidak pulang ke rumah setelah pulang sekolah melainkan masih mampir ke lapangan basket umum dan malah asyik main basket sampai lupa waktu dan hari pun mulai malam.
''Kok berhenti?, ayo main lagi,'' ujar Xakiel yang masih bersemangat padahal keringatnya sudah membanjiri seluruh tubuhnya.
''Lo nggak lihat ya Kiel langit sudah gelap begini, ini sudah mau malam, ayo pulang,'' ajak Wafi sembari menunjuk ke atas langit agar Xakiel melihat sendiri kalau langit sudah mulai menghitam pekat.
''Ya sudah ayo, tapi gue nginap di rumah lo ya.''
''Nggak bisa!, dikira rumah gue tempat penampungan, lagi pula lo kan punya rumah sendiri, gede lagi.''
''Nggak guna rumah gede tapi nggak ada penghuninya,'' ujar Xakiel ketus.
Wafi menyerngitkan dahi, tak mengerti akan maksud dari ucapan Xakiel yang menyebut rumahnya tidak berpenghuni padahal ia tinggal bersama kedua orang tuanya, lalu ke manakah mereka sampai tak dianggap ada di rumah besar bak istana itu oleh Xakiel?
''Nggak berpenghuni bagaimana maksudnya?, kan ada bokap sama nyokap lo, lo masih tinggal sama mereka kan?,'' tanya Wafi mulai terbawa arus kepo.
Xakiel menghela napas kesal, rasanya ia tak ingin menjawab pertanyaan itu karena hanya akan membuat suasana hatinya memburuk, tetapi jika tidak dijawab ia pastikan sendiri Wafi tidak akan mengizinkannya untuk menginap di rumahnya.
''Iya gue masih tinggal sama mereka, tapi sudah satu minggu ini mereka nggak pulang ke rumah, pada sibuk sama urusannya masing-masing, sampai lupa mereka kalau sudah punya anak, sudahlah nggak usah bahas keluarga gue yang nggak penting itu. Jadi sekarang bagaimana, gue diizinkan nginap di rumah lo nggak?!''
Awalnya Wafi merasa iba mendengar cerita tentang kedua orang tua Xakiel, tapi tiba-tiba saja Xakiel menghentikan ceritanya dan tak ingin membahas tentang kedua orang tuanya lebih jauh, alhasil air mata Wafi membatalkan niatnya untuk keluar.
''I-iya iya gue izinkan lo menginap di rumah gue, tapi lo kan nggak bawa baju ganti.''
''Ya gampanglah tinggal beli, punya otak kok hanya jadi pajangan, ya sudah ayo ke mall,'' ajak Xakiel sembari melangkah lebih dulu.
Sementara Wafi masih pada posisinya, ia sedikit kesal akan perkataan Xakiel namun saat mendengar nama mall, jiwa miskinnya langsung berguncang, dan tanpa berlama-lama lagi Wafi langsung berlari menyusul Xakiel.
''Mall I am cominggg,'' teriak Wafi kegirangan.
💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙
...Assalaamu 'alaikum Kanca...
...Alhamdulillah Bagian kedua sudah launching...
...Jangan lupa like, komen dan vote ya...
...Ukhfira tunggu partisipasinya...
...🤗🤗🤗...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
hana faqih
keren
2020-12-23
1