Bagian 11. Pencuri Hati

...Assalaamu 'alaikum Kanca...

...Selamat Membaca...

...Semoga suka...

...💙💙💙...

Zaina baru saja sampai ke sekolahnya, setelah sampai di depan kelasnya ia hendak masuk ke dalam tetapi tiba-tiba ada yang menghalanginya, ia pun mendongakkan kepalanya, ternyata yang sedang berdiri di hadapannya adalah Xakiel.

Xakiel tersenyum lebar dan tetap berdiri di posisinya. Zaina melangkah ke samping kanan, Xakiel ikut melangkah juga. Zaina kembali melangkah ke samping kiri, Xakiel mengikutinya lagi. Akhirnya Zaina menyerah dan menatap wajah Xakiel yang tampak tersenyum tanpa dosa.

''Permisi,'' ucap Zaina datar.

Xakiel menggeleng dengan ekspresi wajah yang datar juga. Namun detik berikutnya ia malah merentangkan kedua tangannya, mengisyaratkan agar Zaina memeluknya, jangan bermimpi Xakiel!, Zaina tidak akan melakukan hal itu.

''Permisi,'' ujar Zaina untuk yang kedua kalinya.

Xakiel kembali menggeleng, ia melarang Zaina untuk masuk ke dalam kelas, entah apa maksudnya yang jelas ia sudah membuat Zaina kesal di pagi ini.

''Kamu boleh masuk tapi harus memilih satu diantara dua pilihan.''

Zaina mengerutkan dahinya, ia semakin kesal dengan tingkah aneh Xakiel hari ini. Ada apa dengannya?, kenapa tiba-tiba berubah menjadi usil seperti ini?.

''Pilihan yang pertama, kamu harus bilang permisi dengan senyuman yang manis''

''Pilihan yang kedua, kamu peluk aku dengan senang hati.''

Zaina terkejut dengan pilihan yang kedua, ia tidak salah dengar Xakiel mengajukan pilihan seperti itu?, yang benar saja, ia tidak akan mungkin memilih pilihan yang kedua.

''Silakan dipilih Nona,'' ucap Xakiel dengan kedua alis terangkat ke atas.

''Aku memilih di luar saja sampai bel masuk berbunyi,'' jawab Zaina datar. Kemudian ia berbalik badan dan berdiri di samping kelasnya.

Xakiel yang melihatnya langsung terdiam dan tidak menyangka kejadiannya akan di luar ekspetasinya, ia pikir Zaina akan memilih pilihan yang pertama yaitu mengucapkan permisi dengan senyuman manisnya tapi ternyata ia membuat opsi lain yang tidak menguntungkan baginya.

...*****...

Di kelas XI B sedang ada pelajaran matematika dan sekarang gurunya sedang menulis soal di papan, semua siswa dan siswi kompak menghadap papan dengan ekspresi wajah yang serius, ada juga yang sudah mulai mengerjakan ada juga yang masih diam di tempatnya, dan banyak juga yang malah menghela napas berat, tidak tahu bagaimana mengerjakannya.

''Ada yang bisa jawab nomor satu?'' tanya Ibu guru kepada murid-muridnya.

Zaina langsung mengangkat tangannya, kemudian sang guru menyuruhnya untuk ke depan dan mengerjakannya di papan. Saat Zaina sudah berdiri di depan dan mulai menulis jawabannya di papan, Xakiel langsung bersemangat untuk mengerjakan soal-soal itu.

''Bagus, jawabannya benar,'' ucap Ibu guru membenarkan jawaban dari Zaina.

Zaina menghela napas lega dan tentunya ia senang sekali karena bisa menjawab soal itu dengan benar. Zaina juga berterima kasih kepada dirinya sendiri karena sudah berani maju ke depan dan mengerjakan soal yang diberikan oleh gurunya.

''Ibu saya mau mengerjakan yang nomor dua.''

Tiba-tiba ada seorang siswa yang mengangkat tangan dan ingin mengerjakan soal nomor dua padahal sang guru belum berkata apa-apa dan Zaina juga belum kembali ke tempat duduknya. Semangat sekali siswa itu. Karena penasaran Zaina pun menoleh ke arah siswa itu dan ia terkejut melihatnya, ternyata Xakiel yang mengangkat tangannya dan ia mulai maju ke depan.

Xakiel mengangkat tangannya, meminta spidol yang ada di tangan Zaina. Zaina tidak memberikannya ia justru mengalihkan pandangannya ke arah sang guru.

''Bu mohon maaf tinta spidolnya sudah habis, saya izin ke ruang TU untuk mengisinya Bu.''

''Oh iya silakan Zaina, terima kasih ya.''

''Iya Bu sama-sama.''

Setelah meminta izin kepada sang guru Zaina langsung bergegas keluar dari kelas bahkan ia tidak memperdulikan Xakiel yang masih setia menatapnya. Namun akhirnya Xakiel tersadar dan mengambil spidol lain yang ada di meja guru.

...*****...

Saat jam istirahat tiba Zaina dan Zeya kompak mengisi perut mereka dengan semangkok bakso di kantin. Mereka berdua makannya sangat lahap, maklum mereka baru saja mengerjakan soal matematika yang cukup menguras otak dan perut mereka.

''Zaina aku ke kamar mandi dulu ya.'' ucap Zeya seraya beranjak dari tempat duduknya.

Zaina mengangguk, mempersilakan Zeya untuk ke kamar mandi. Setelah Zeya pergi Zaina terus melahap bakso pesananya dan sesekali ia meneguk es teh manis yang dingin dan manisnya menyegarkan otak dan kerongkongannya.

Tiba-tiba datang seorang siswa yang main duduk di hadapannya, Zaina langsung mendongakkan kepalanya, ia terkejut melihat wajah tampan Xakiel yang sedang tersenyum ke arahnya.

''Hai Zaina,'' sapa Xakiel sambil melambaikan tangannya, sok akrab.

Zaina mengabaikannya, ia seakan tidak melihat Xakiel di hadapannya. Xakiel tidak mempermasalahkannya, ia malah menopang dagunya dan menatap wajah Zaina yang kemanisannya sungguh membuatnya mabuk kepayang.

Zaina tersadar bahwa saat ini ia sedang menjadi pusat perhatian Xakiel, ia tidak ingin tinggal diam begitu saja, dengan kehadiran Xakiel saja ia sudah tidak nyaman apalagi saat ini Xakiel menatapnya dengan sesuka hati.

''Mohon maaf kursi kosong masih banyak, jadi tolong pindah, saya terganggu,'' ujar Zaina tanpa menoleh sedikitpun ke arah Xakiel.

''Mohon maaf ya kalau lagi ngomong sama orang tolong ditatap matanya, kesannya nggak sopan lho."

Xakiel malah mengalihkan pembicaraan. Zaina hanya dapat mengehela napas, kemudian ia mengikuti instruksi Xakiel untuk menatap matanya karena ia sedang mengajaknya berbicara, lebih tepatnya hendak mengusirnya.

''Mau kamu apa?'' tanya Zaina langsung pada intinya.

Xakiel langsung memetikkan jarinya, ia senang sekali karena ini yang ia mau, yaitu ditanyakan oleh Zaina apa maunya.

''Aku mau kamu.''

Zaina langsung menatap tajam ke arah Xakiel. Xakiel terkekeh melihatnya kemudian ia merevisi ucapannya tadi.

''Maksud aku, aku mau kamu jawab pertanyaan aku.''

''Pertanyaan apa?''

''Kamu kenapa sih kok sepertinya menghindar dari aku?, apa aku ada salah sama kamu?, kalau aku ada salah aku minta maaf ya.''

Zaina menggeleng tegas, ''Kamu nggak ada salah sama aku.''

''Terus kenapa kamu menghindar dari aku?'' tanya Xakiel penasaran.

''Karena aku nggak mau kamu punya perasaan lebih sama aku.''

Xakiel terkekeh mendengarnya, ia tidak menyangka ternyata alasan dibalik sikap cueknya Zaina adalah agar ia tidak mempunyai perasaan lebih kepadanya, padahal ia sudah terlanjur suka, cinta malah sama cewek manis di hadapannya ini, dan perasaan tidak bisa diatur begitu saja karena rasa itu datang dengan sendirinya.

''Perasaan mana bisa diatur Nona manis, ia datang dengan sendirinya, dan sekarang aku sudah terlanjur punya perasaan lebih sama kamu, terus bagaimana dong?''

''Kamu buang perasaan itu!'' titah Zaina tegas.

Xakiel menggeleng cepat, ''Nggak bisa, perasaan itu bukan sampah yang bisa dibuang dengan mudah, ini soal hati, hati yang sedang jatuh cinta.''

Zaina sudah muak mendengarnya, selera makannya juga sudah hilang entah ke mana. Ia beranjak dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan Xakiel yang hanya bisa memandangnya dengan senyuman yang menghiasi wajah tampannya.

Tiba-tiba Xakiel berdiri dari tempat duduknya dan ia meneriakkan sesuatu kata sambil menunjuk ke arah Zaina.

''Hey Pencuri!''

Langkah Zaina langsung terhenti, ia menoleh ke belakang, menatap Xakiel dengan wajah penuh kebingungan. Zaina langsung menjadi pusat perhatian semua siswa dan siswi yang ada di kantin, mereka sangat jelas mendengar bahwa Xakiel memanggil Zaina dengan sebutan pencuri.

''Pencuri hatiku.''

Semuanya langsung heboh mendengar ucapan Xakiel yang baru saja mengatakan bahwa Zaina adalah pencuri hatinya. Zaina malah menghela napas jengah dan memilih untuk pergi dari kantin. Ia langsung melupakan kejadian itu, dan tidak memperdulikan Xakiel yang baru saja menyatakan perasaannya kepadanya.

Xakiel tersenyum sangat puas, ia senang sekali melihat wajah Zaina tadi memerah karena ulahnya. Bahkan Zaina sempat salah tingkah setelah dipanggil dengan sebutan pencuri hati. Xakiel merasa lega karena sudah menyatakan perasaannya kepada gadis yang dicintainya, meskipun ia mendapatkan respon yang kurang baik, tetapi ini masih awal jadi wajar jika cintanya belum terbalaskan, biarlah waktu yang akan menjawabnya, yang terpenting ia tidak patah semangat untuk terus mendekatinya sampai nanti ia berhasil untuk mencuri hatinya.

💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙💙

...Assalaamu 'alaikum Kanca...

...Alhamdulillah Bagian sebelas sudah launching...

...Jangan lupa like, komen dan vote ya...

...Ukhfira tunggu partisipasinya...

...Mator Sakalangkong...

...🤗🤗🤗...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!