Tiana bingung harus menjawab apa,dia sungguh tidak ingin menyakiti Ray. Pria itu sudah sangat baik padanya, menjaganya selama di negri orang. Tapi hatinya tidak bisa berbohong. Sungguh!
Ingin rasanya dia mengangguk menerima Ray. Mencoba membuka hati untuk cinta yang ditawarkannya, tapi Tiana sungguh tidak bisa. Bayang - bayang Arkana selalu memenuhi pikirannya.
Sementara orang yang dirindukan, diinginkannya tidak sekalipun mencoba menghubunginya.
"Ray,, aku..." Tatiana tidak mampu meneruskan ucapannya. Raut kesedihan yang amat mendalam di wajah Ray, membuat Tiana tidak sanggup mengatakan penolakannya. Dan Ray cukup pintar untuk memaknai nya.
"Tiana, maafkan aku, maaf kan aku yang tidak bisa memerintah hatiku, dan maaf kan aku yang tidak bisa menerima keputusanmu.." Ray tersenyum kecut pada Tatiana.
"Tiana, aku akan selalu menunggu jawabanmu,, akan ku tunggu. Besok aku akan mengantarmu ke bandara ya.."
"Ray, sebaiknya ga usah. Sampaikan saja salam ku untuk Tante dan om ya.." Tatiana menggenggam tangan Raya, berpamitan.
Sepulang nya Ray, Tatiana termenung. Apa benar apa yang di lakukan ya. Sampai kapan dia akan menunggu Arkana. Kembali dibuka nya ponsel nya, disana masih tersimpan photo masa kecilnya dengan Arkana saat masih di rumah sakit dulu.
Satu - satunya photo Arkana yang dia miliki. Arkana bukan type orang yang suka up date di sosmed. Bahkan dia tidak punya akun sosial media, seperti yang sudah dipastikan Tatiana pada Abang nya, Luis.
" Kak Arkana, kamu dimana? apa kah sia- sia aku mengharapkan mu,kak? akan kah cinta ku bertepuk sebelah tangan? Haruskah ku kubur rasa ku padamu?" batin Tatiana, dan air matanya meleleh di pipi mulusnya.
Meratapi kemalangan nasib cintanya, tiba - tiba ponselnya berbunyi menyadarkannya dari lamunan yang jauh membawanya ke alam nyata. "Abang.." ucapnya pada dirinya sendiri tak kala membaca nama yang muncul di layar ponselnya.
"Halo, adik kesayangan Abang, kamu lagi ngapain? udah makan?" tanya suara pria di seberang sana.
" Iya udah bang, abang udah makan? tumben nelpon Tiana? jam segini"
" Iya nih, kangen sama dedek ompong nya Abang satu - satunya ini.."
"mmmm,, masa iya, kenapa? emang mau dibawa in sepatu yang gimana lagi? pasti ngebaik - balikin gini ada maunya.."Tatiana tertawa lepas. Setidaknya bisa sedetik melupakan orang yang entah dimana keberadaannya.
" Ga, Abang ga nitip apapun, asal adik kesayangan Abang pulang dengan selamat aja, Abang da senang.."
"Hehehehe,segitu ngangenin nya aku yang cantik ini ya...Abang lagi dimana? " Tatiana senang dengar tawa abangnya yang menggelegar saat dia memuji dirinya cantik.
" Lagi dikamar nih, ngobrol sama Arkana..."
Jleeeb!! tiba-tiba suasana jadi hening. Tatiana ga tau harus ngomong apa lagi. Ada sesuatu yang mencekam tenggorokannya. Dengan santainya abangnya menyebutkan nama yang begitu sakral bagi Tatiana.
"Halooo, kok diam? Kamu masih disana kan dek?" Luis memanggil manggil, tapi belum ada sahutan. Akhirnya Luis memutus sambungan telponnya.
Hari ini tiba - tiba Arkana datang berkunjung ke rumah Tatiana. Arkana tanpa mengabari Luis, sudah ada didepan rumah. Lui yang baru siap mandi, kaget melihat kedatangan sobatnya yang sudah lama tak ada rimba nya.
"Lu Ar, gue kira lu da ga tau lagi jalan kemari dan udah lupa ama temen sendiri.." Luis menyongsong Arakan, saling merangkul, menuju Ruang tamu.
"Gila aku lu,,ya ingat lah gue sama lu.." Arkana duduk di sofa dengan nyaman. Om Tante mana Ui?" Arkana melihat rumah yang terasa sepi.
"Bonyok gue lagi di singapur, Tante gua lahiran. Adek gua masih di Paris, besok baru balik kemari" jelas Luis, yang disambut anggukan kepala Arkana.
" Oh, jadi Tatiana kuliah nya di Paris?" Padahal dua minggu lalu, gue baru dari sana.
" Coba ya gue telpon dia.." dan Luis menelpon adiknya, yang menimbulkan kejang hati pada Tatiana..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 207 Episodes
Comments
Yenni Tantiana Ose Pehan
lanjut thor
2021-04-21
0