"Iya sayang, nggak papa." jawab Papa Sanjaya.
"Kakak kamu biasanya pulang jam berapa sayang?" tanya Mama Merliana.
"Malem banget mah, kadang sampek Alisya udah tidur," jawab Alisya.
"Masak iya dikantor sampek malem gitu," guman Mama Merliana yang curiga.
"Udah lah ma, nggak usah berfikiran yang macem-macem," sahut Papa Sanjaya.
"Iya pa," jawab Mama Merliana.
Saat mereka lagi asyik berkumpul diruang tamu, Clariska datang ke rumah Edwin.
Dia langsung masuk kedalam dan berhambur diperlukan Mama Merliana dengan menangis.
"Tante..." ucapnya.
Mama Merliana pun kaget. Begitupun dengan Alisya dan Papa Sanjaya.
"Kamu kenapa sayang?" tanya Mama Merliana.
"Tante Edwin jahat tante,"
"Jahat gimana?" sahut Papa Sanjaya yang juga kepo.
"Jagi gini tante om, Edwin nggak mau nikahi Clariska karena Edwin mau menikahi gadis yang sebagai pengganti bayar hutang ayahnya." jawab Clariska.
"Apa?!" Papa Sanjaya sangat terkejut.
"Berani-berani nya dia mempermainkan kamu." tambahnya.
"Sabar pa, kita tunggu penjelasan dari Edwin dulu," Mama Merliana menenangkan.
"Alisya, sekarang kamu telfon kakak kamu. Suruh dia pulang sekarang." perintah Papa Sanjaya.
"Iya pa," jawab Alisya yang ketakutan.
Karena dia baru kali ini melihat papanya semarah ini.
Alisya mencoba menelfon Edwin.
"Halo kak," ucap Alisya.
"Iya, ada apa?" tanya Edwin dari seberang sana.
"Kakak disuruh pulang sekarang sama papa," jawab Alisya.
"Ada apa?" tanya Edwin lagi.
"Udah ditunggu mama sama papa kak," ucap Alisya dan langsung mematikan telfonnya.
"Halo, Lisya." ucap Edwin.
Tut...Tut....
"Ada apa dirumah? Kenapa aku disuruh pulang?" tanya Edwin sendiri.
"Lebih baik aku pulang sekarang."
Sebelum pulang, Edwin menghubungi Riko, orang kepercayaannya sekaligus sahabatnya.
"Gue sekarang mau pulang, dan lo handle semua." perintah Edwin.
"Oke siap," jawab Riko.
Edwin pun bergegas pulang ke rumah.
.
.
Sampai dirumah, Edwin melihat mobil Clariska. Dia mulai curiga.
"Apa jangan-jangan Clariska mengadu sama mama sama papa," gumannya.
Lalu dia masuk kedalam.
Sampai diruang tamu, Edwin disuguhkan dengan tamparan Papa Sanjaya.
Plak
Papa Sanjaya menampar Edwin sangat keras.
Semua yang ada disitu pun juga kaget.
"Kenapa papa tampar saya?" tanya Edwin sambil memegangi pipi bekas tamparan papanya.
"Kamu masih berani bertanya Edwin!" bentak Papa Sanjaya.
"Saya nggak tahu maksud papa!" Edwin juga ikut membentak.
"Kenapa kamu nggak mau menikahi Clariska dan kamu malah milih menikahi anak dari karyawan kamu Edwin!"
"Benar dugaan saya, ternyata Clariska sudah mengadu semuanya," batin Edwin.
"Jawab Edwin!" bentak Papa Sanjaya lagi.
Edwin hanya diam. Dia bingung mau jawab apa.
Clariska pun berdiri dan berjalan ke arah Edwin.
"Aku salah apa sama kamu Edwin?! Kenapa kamu tega giniin aku!" bentak Clariska.
Edwin benar-benar terpojokan.
"Saya akhir-akhir ini sudah nggak nyaman sama kamu." jawab Edwin berbohong.
Karena dia bingung harus jawab apa.
"Kamu bilang, kamu sayang dan cinta sama aku. Tapi kenapa kamu bilang seperti itu Edwin!"
"Maaf, saya sudah berbohong sama kamu." jawab Edwin.
Clariska tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Dia hanya menangis.
"Kamu akan menyesal Win karena telah giniin aku." ancam Clariska dan pergi dari rumah Edwin.
"Clariska tunggu nak..." teriak Mama Merliana mengejar Clariska.
Tapi Clariska tidak menghiraukan dan tetap pergi dari rumah Edwin dengan kecewa.
"Lihat! Karena ulah kamu, Clariska jadi kecewa!" bentak Papa Sanjaya.
"Bahkan, kamu lebih memilih anak dari bawahan kamu yang jelas bibit, bobot dan bebetnya sendiri kamu belom tahu. Papa sangat kecewa dengan kamu." ucapnya dan pergi meninggalkan Edwin.
"Mama juga benar-benar nggak habis pikir sama kamu, siapa gadis yang akan kamu nikahi itu? Sampai kamu tega mutusin Clariska," tanya Mama Merliana yang menahan emosinya.
"Dia adalah anak dari bawahan saya. Ayahnya mempunyai hutang yang cukup besar kepada saya, dan dia tidak bisa melunasinya. Anaknya lah yang menjadi jaminan." jawab Edwin.
"Kalo begitu, besok pertemukan mama dengan gadis itu," ucap Mama Merliana.
"Baik." jawab Edwin.
"Edwin juga mau bilang kalo pernikahan Edwin dua hari lagi," tambahnya.
"Apa?!"
"Kenapa mendadak sekali Win?" tanya Mama Merliana.
"Itu sudah menjadi keputusan Edwin. Dan Edwin juga sudah mengurus semuanya," jawab Edwin.
Mama Merliana menarik nafas dan membuangnya dengan kasar.
"Kalo itu keputusan kamu, mama hanya bisa mendukung kamu. Mama akan coba bilang sama papa,"
"Makasih ma," jawab Edwin dan memeluk mamanya.
Mama Merliana pun membalas pelukan Edwin.
"Kamu sekarang ke kamar, bersih-bersih. Nanti mama bantu bicara dengan papa," ucap Mama Merliana.
"Iya ma," jawab Edwin.
Edwin pun pergi ke atas.
Kini tinggal Alisya dan Mama Merliana.
Alisya sangat takut melihat insiden tadi.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Mama Merliana menghampiri Alisya.
"Alisya takut ma..." jawab Alisya.
Mama Merliana pun memeluknya.
"Sayang, nggak usah takut, kan ada mama disini. Sekarang mama anterin kamu ke kamar,"
"Iya ma," jawab Alisya.
Mereka berdua pergi ke kamar Alisya.
"Kamu bersih-bersih habis itu kita makan malam," perintah Mama Merliana.
"Iya ma, Alisya mandi dulu ya..."
"Iya sayang," jawab Mama Merliana dan mencium kening Alisya.
Kini tinggal waktunya Mama Merliana menjelaskan kepada Papa Sanjaya tentang gadis yang akan dinikahi oleh Edwin.
Mama Merliana masuk ke kamar.
Ternyata Papa Sanjaya sedang duduk disofa dan melihat senja.
"Pa..." Mama Merliana menghampiri Papa Sanjaya.
"Iya ma." jawab Papa Sanjaya.
"Mama tahu kalo papa sangat kecewa dengan keputusan yang diambil Edwin, Mama pun juga kecewa pa, tapi mau gimana lagi, mungkin itu yang terbaik buat Edwin," ucap Mama Merliana dengan hati-hati.
"Terbaik dari mana? Edwin sendiri belom tahu bibit, bebet, bobot anak itu,"
"Iya pa, mama tahu. Tapi mau gimana lagi pa..."
"Kita sebagai orang tua cuma bisa mendukung, mama juga yakin, gadis itu adalah gadis baik. Buktinya dia bisa meluluhkan hatinya Edwin,"
"Dan Edwin juga bilang kalo dua hari dia akan menikahi gadis itu,"
"Apa?! Benar-benar gila Edwin. Kenapa mendadak sekali?" tanya Papa Sanjaya.
"Mama juga tanya seperti itu, dan katanya ini sudah menjadi keputusannya,"
Papa Sanjaya terdiam.
Dia bingung harus gimana lagi.
"Papa mau mandi dulu," ucap Papa Sanjaya meninggalkan Mama Merliana.
"Hem,"
"Keras kepala banget sih kamu pa, sama seperti Edwin," gumannya.
.
.
.
Semantara dirumah Aqila, mereka juga lagi membahas soal pernikahan Aqila dengan Edwin.
"Sayang, dua hari lagi kamu akan menikah dengan tuan Edwin," ucap Ayah Hendra.
"Aqila nggak peduli yah," jawab Aqila.
"Sayang, nggak boleh gitu," sahut Bunda Maryam.
"Habis Aqila nikahnya sama om nggak punya hati itu sih, coba kalo sama Rehan, pasti Aqila seneng banget,"
"Maafin ayah nak, gara-gara ayah, kamu yang jadi korbannya," Ayah Hendra merasa bersalah dengan Aqila.
"Ayah kok ngomong gitu, itu bukan salah ayah tapi salah om nggak punya hati itu. Dimata Aqila, ayah tetap ayah Aqila yang terbaik," kata Aqila dan memeluk Ayah Hendra.
Tanpa terasa Ayah Hendra meneteskan air matanya.
"Ayah kok nangis?" tanya Aqila dan mengusap air mata di pipi Ayah Hendra.
"Enggak sayang, ayah sangat bersyukur punya anak seperti kamu," jawab Ayah Hendra.
"Aqila juga seneng banget punya ayah dan bunda seperti ayah sama bunda,"
Mereka bertiga akhirnya berpelukan.
Saat sedang berpelukan, tiba-tiba ada orang mengetuk pintu.
Tok...Tok....
"Ih siapa sih, ganggu aja," gerutu Aqila.
"Biar Aqila aja yang buka,"
Aqila pun membuka pintunya.
"Hai gadis bodoh," ucap wanita itu.
"Tante dateng-dateng langsung ngatain Aqila gadis bodoh, kenal juga nggak,"
"Kamu nggak perlu mengerti siapa saya gadis bodoh. Saya punya penawaran yang bagus buat kamu." jawab Wanita itu.
Belom sempat menjawab, Bunda Maryam memanggil Aqila.
"Sayang siapa yang datang?" teriak Bunda Maryam dari dalam.
"Tau nih bun, orang kesasar." jawab Aqila.
Bunda Maryam dan Ayah Hendra menyusul Aqila kedepan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
R_armylove ❤❤❤❤
semangat buat nulisnya
2021-04-04
0
MyNameIs
apa clariska yg datang?
2020-12-26
0
Aini Malika
iya ni kssar bgt ngomongx, tu tante....NEXT
2020-12-05
0