Kukuruyuk...
Ayam berkokok, menandakan hari sudah pagi.
Aqila bangun dari tidurnya.
"Huah," Aqila meluap.
"Duh udah pagi aja," tambahnya.
Dia melirik Dinda yang lagi tidur dengan pulas.
"Nih anak kebo banget sih," ucapnya.
"Tapi gue bangga Din, punya temen seperti lo," sambil melihat Dinda.
Lalu dia ingat kembali dengan masalahnya.
Ya...
Hari ini adalah waktunya Aqila memberikan keputusan kepada ayah dan bunda.
"Hari ini gue harus memberikan jawaban sama ayah sama bunda."
"Semoga keputusan yang gue ambil nggak salah," tambahnya.
Lalu Aqila pergi ke kamar mandi untuk mandi.
Setelah Aqila pergi ke kamar mandi, Dinda baru bangun dari tidurnya.
"Huah," Dinda menguap sambil melihat sampingnya.
"Lah tuh anak kemana, kok udah nggak ada." ucapnya clingukan mencari Aqila.
"Apa jangan-jangan dia..." Dinda langsung bangun dan mencari Aqila.
"Qila..." teriak nya.
"Qila lo dimana..." teriaknya lagi.
Dinda memikir bawah Aqila akan mengakhiri hidupnya karena masalah yang dihadapinya cukup besar.
Bunda Maryam yang mendengar Dinda memanggil-manggil Aqila, kemudian keluar dari kamar bersama Ayah Hendra.
"Dinda, kamu kenapa kok manggil-manggil Aqila dari tadi?" tanya Bunda Maryam.
"Bunda lihat Aqila nggak?" Dinda malah nanya balik.
"Enggak sayang, kan bunda baru keluar dari kamar," jawab Bunda Maryam.
"Kalo ayah?" tanya Dinda.
"Enggak Din," jawab Ayah Hendra.
"Duh, kemana sih tuh anak." ucap Dinda yang bingung mencari Aqila.
"Emang Aqila nggak ada dikamarnya Din?" tanya bunda.
"Enggak ada bun, makanya Dinda bingung nyariin Aqila,"
"Dinda takut kalo Aqila ngelakuin yang enggak-enggak karena depresi bun," tambahnya.
"Dinda, Aqila anak yang kuat. Dia nggak mungkin ngelakuin hal seperti itu," ucap bunda.
Mereka terus berdebat satu sama lain.
Aqila yang baru selesai mandi dan mendengarkan ada orang yang ricuh diruang tamu, ia kemudian keluar.
"Ini ada apa sih?" tanyanya.
"Aqila..." ucap ayah, bunda dan Dinda barengan.
Dinda pun langsung memeluk Aqila.
"La, gue mohon... lo jangan ngelakuin hal itu, lo masih ada gue,"
"Gue selalu ada disamping lo," tambahnya.
Aqila yang bingung dengan apa yang Dinda katakan mencoba untuk melepaskan pelukannya.
"Lo ngomong apaan sih Din, jangan ngelakuin hal apa maksud lo?" tanya nya yang bingung.
"Lo mau ngeakhiri hidup lo kan? Karena masalah yang nimpa lo saat ini," jawab Dinda.
"Hahahahha, bodoh banget sih lo Din,"
"Ya kali gue mau bunuh diri cuma gara-gara masalah ini,"
"Ya emang sih, ini masalah yang berat. Tapi kata ayah masalah itu dihadapi bukan dihindari. Ya kan yah..."
"Iya sayang," jawab ayah dengan senyum.
"Lah, terus tadi lo kemana?" tanya Dinda.
"Gue lagi mandi dodol." jawab Aqila.
"Tapi kok nggak ada suara air,"
"Iya emang, gue lagi bab tadi," jawab Aqila.
"Lo bener-bener ya..." kata Dinda dengan gemas.
"Elo sih, mikirnya macem-macem,"
"Oh ya, mumpung ada ayah sama bunda disini... Aqila udah ngambil keputusan," ucap Aqila.
"Aqila mau menikah sama om nggak punya hati itu," tambahnya.
"Apa kamu yakin sayang?" tanya bunda.
"Iya bun, Aqila yakin," jawab Aqila dengan mantap.
Bunda berjalan mendekati Aqila dan memeluk Aqila.
"Makasih sayang," ucap bunda sambil menangis.
"Iya bunda," jawab Aqila.
"Ayah tanya sama kamu sekali lagi. Apa kamu yakin mau menikah sama tuan Edwin?" tanya ayah lagi memastikan.
"Iya ayah, Aqila mau menikah sama om itu," jawab Aqila.
Ayah Hendra pun ikut memeluk Aqila.
"Maafin ayah sayang, ayah nggak bisa bahagian kamu," ucap Ayah Hendra menangis sambil mencium kening Aqila.
Dinda yang melihatnya jadi terharu.
"Aqila udah bahagia banget jadi anak ayah sama bunda. Jadi ayah nggak boleh ngomong gitu lagi," kata Aqila.
"Gue jadi ikutan sedih," sahut Dinda.
"Ya udah, sekarang kamu siap-siap, terus ikut ayah ke kantor," ucap ayah.
"Iya ayah, Aqila siap-siap dulu," jawab Aqila.
"Din, sekalian lo mandi," ajak Aqila.
Mereka berdua masuk ke kamar.
Aqila bersiap-siap dandan sedangkan Dinda mandi.
20 menit...
Aqila dan Dinda selesai dengan masing-masing aktivitasnya.
"Udah siap," kata Dinda.
"Udah," jawab Aqila.
"Kita keluar yuk," ajak Aqila.
Mereka berdua keluar dari kamar.
Ayah sudah menunggu Aqila diruang tamu.
"Ayah, Aqila udah siap," kata Aqila.
"Anak ayah cantik banget," puji ayah.
Aqila saat itu benar- benar sangat cantik.
Memakai baju berwarna putih dengan rambut di sanggul dan poni didahinya, menambah kecantikan Aqila.
...*Foto hanya sekedar ilustrasi*...
"Ayah ih," kata Aqila yang malu-malu.
"Ya udah, kita berangkat yuk," ajak ayah.
"Yah, Dinda ikut ya... sekalian pulang,"
"Iya udah, Aqila sama Dinda ya, nanti ayah buntuti dari belakang," jawab ayah.
Lalu mereka berpamitan kepada Bunda Maryam.
.
.
10 menit...
Sampai dirumah Dinda.
Lalu Dinda turun.
Aqila dan ayah melanjutkan perjalanannya lagi.
15 menit...
Sampai dikantor tempat ayah berkerja.
Aqila dan ayah memakirkan motornya.
Lalu masuk ke dalam.
Mereka langsung menemui Lila sekertaris Edwin.
"Maaf mbak Lila, apa tuan Edwin nya ada?" tanya Ayah hendra.
"Oh, tuan Edwin ada pak," jawab Lila.
"Bapak ada perlu apa ya?" tanya Lila.
"Saya boleh minta tolong, tolong bilang sama tuan Edwin kalo saya dan anak saya mau bertemu dengannya," Ayah Hendra minta tolong kepada Lila.
"Baik pak,"
Lila kemudian menelfon Edwin.
"Baik tuan," ucap Lila lalu mematikan telponnya.
"Bapak langsung masuk aja, sudah ditunggu sama tuan Edwin," kata Lila.
Lalu Ayah Hendra dan Aqila masuk ke ruangan Edwin.
Tok...Tok....
Ayah Hendra mengetuk pintu ruangan Edwin.
"Masuk." jawab Edwin.
Aqila terus menggandeng tangan Ayah Hendra.
Mereka berdua kemudian masuk.
"Maaf tuan menggangu waktunya, saya kesini mau ngasih jawaban tentang ucapan tuan Edwin kemarin,"
"Hem," jawab Edwin.
"Om nggak punya sopan banget sih sama ayah," ucap Aqila spontan karena geram melihat kelakuan Edwin.
Edwin hanya tersenyum.
"Ayah biar Aqila aja," kata Aqila.
"Iya sayang," ayah menurut.
"Om Edwin yang terhormat tapi nggak punya hati, Aqila udah pertimbangan ini dengan matang. Aqila bersedia menikah dengan om, tapi dengan syarat..." ucap Aqila menggantungkan katanya yang terakhir.
"Apa gadis bodoh?" tanya Edwin.
"Yang pertama om bebasin semua hutang ayah berseta bunganya, yang kedua om jangan pernah mengusik ayah sama bunda Qila, yang ketiga posisikan ayah yang bagus dikantor ini," jawab Aqila.
Edwin mendekati Aqila
"Udah?" tanya Edwin dengan jarak yang dekat.
"Iya," jawab Aqila.
Ayah Hendra benar-benar terkejut melihat tingkah Aqila.
"Saya akan menuruti kemauan kamu gadis bodoh." jawab Edwin sambil menyentil dahi Aqila.
"Sakit tauk," kata Aqila sambil mengusap-usap dahinya.
Edwin tidak menjawab dan hanya tersenyum.
"2 hari lagi kamu dan saya akan menikah." ucap Edwin.
"What!" teriak Aqila.
"Nggak salah?" tanyanya.
"Ini keputusan saya gadis bodoh." jawab Edwin.
"Gimana Hendra, apa kamu bersedia menikahkan saya sama gadis bodoh ini?" tanya Edwin.
Sebenarnya Ayah Hendra tidak rela melihat putri semata wayangnya menikah dengan orang seperti Edwin.
Tapi takdir berkata lain.
"Iya tuan, saya bersedia menikahkan tuan dengan anak saya," jawab Ayah Hendra.
"Bagus," ucap Edwin.
"Ih ayah kok mau aja sih," ucap Aqila dengan kesal.
"Om ngebet banget sih mau nikah, om jomblo ya...hahahhaha," ledek Aqila.
Edwin hanya tersenyum dengan sinis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
DSB
sudah mampir membawa 10like thor.
dan ninggal jejak di sini.
semangat terus.
2021-01-08
0
ilusi tak bertepi
rate5 & 10 lieks thorsemangat
salam hangat JODOH TERPAKSA SANG CEO TAMPAN
2021-01-05
1
نو فيتا الايو كا ندرا🥀
hai Ana mampir juga
makasih ya sudah mampir tempat novi suka 😉
semangat
2020-12-31
0