Edwin dan Ayah Hendra keluar dari kantor dan bergegas ke rumah Ayah Hendra.
Didalam mobil, Ayah Hendra tidak berhenti-berhenti untuk berdoa.
"Apa yang akan terjadi dengan keluarga saya nanti," ucapnya dalam hati.
15 menit...
Sampai dirumah Ayah Hendra.
Edwin dan Ayah Hendra turun dari mobil.
Lalu berjalan ke arah Aqila.
"Om..." ucap Aqila sambil menunjuk Edwin.
"Anak kecil nggak punya sopan." kata Edwin dengan cuek.
"Oo, jadi ini atasan nya ayah," kata Aqila dengan berani.
Aqila mendekat kearah Edwin. Jarak mereka sangat dekat.
Aqila berkata "Om, kenapa setiap ketemu om, Aqila selalu sial."
"Kemarin om hampir nabrak Aqila sama temen Aqila, sekrang... om mau nyita rumah Qila cuma gara-gara hutang ayah yang bunganya sangat besar." ucap Aqila dengan berani.
"Om punya hati nggak?" tanya Aqila.
Ayah Hendra tidak percaya dengan apa yang dilakukan Aqila.
Sampai saat ini, tidak ada yang berani membantah atau melawan Edwin.
"Hei anak kecil, kamu masih kecil dan nggak tau apa-apa." jawab Edwin.
"Dan soal saya mau menabrak kamu, itu bukan salah saya. Tapi salah kamu." tambahnya.
"Salah aku?" tanya Aqila yang bingung.
"Iya gadis bodoh." jawab Edwin dengan suara menakutkan.
"Hei, enak aja om ngatain aku bodoh. Yang bodoh itu om bukan Qila," sambil menunjukan Edwin.
"Jelas-jelas om sama bodyguard om yang salah bukan aku. Udah tahu itu jalanan umum bukan bukan balapan, ngapain supir om nyetir mobilnya kebut-kebutan," bantah Aqila.
"Kamu lama-lama ngelunjak!" kesabaran Edwin sudah habis.
"Beresin rumah ini sekarang juga!" ucap Edwin kepada para preman yang dibawa Riko.
"Baik tuan," jawab mereka ber lima dan melakukan tugas yang diperintah oleh Edwin.
"Tuan, saya mohon... jangan sita rumah saya. Saya mau tinggal dimana kalo rumah ini disita," Ayah Hendra bersujud dikaki Edwin sambil memohon-mohon.
Begitupun dengan Bunda Maryam.
Aqila yang melihat ayah dan bundanya bersujud dikaki Edwin tidak terima.
"Bunda ayah, bangun."
"Bunda sama ayah nggak pantes bersujud dan memohon-mohon sama orang yang nggak punya hati seperti om ini." pada kalimat terakhir Aqila menekankan kata-katanya.
"Sayang, kamu nggak boleh bersikap seperti itu sama tuan Edwin," ucap Bunda Maryam.
"Bunda manggil tuan?" tanya Aqila.
"Iya sayang, tuan Edwin adalah penguasa dikota ini. Beliau adalah orang yang ditakuti oleh semua orang di kota ini," jelas Bunda Maryam.
"Penguasa? Oh pantes, om bisa memperlakukan ayah seenak om." ucap Aqila.
"Aqila nggak takut sama om!" bentak Aqila.
"Ayah nggak salah, yang salah om. Orang yang nggak punya hati!" bentaknya lagi.
Plak
Edwin menampar Aqila.
Kesabaran Edwin sudah habis.
Aqila benar-benar kaget.
Bunda Maryam dan Ayah Hendra hanya diam.
"Jangan paksa saya buat kasar sama kamu gadis bodoh!" bentak Edwin.
"Tampar Aqila om, tampar!"
Edwin hampir saja menampar Aqila lagi, tapi Edwin mengurunkan niatnya.
"Kenapa om? Kenapa nggak jadi!"
Edwin hanya diam.
"Saya akan membebaskan hutang-hutang kamu Hendra, tapi dengan satu syarat." ucap Edwin menggantungkan kata-katanya yang terakhir.
"Dengan satu syarat apa tuan?" tanya Ayah hendra dengan takut.
"Kamu nikahkan saya dengan gadis bodoh ini." sambil menunjuk Aqila.
"Apa!" teriak Aqila.
"Om jangan mimpi. Sampai kapanpun Aqila nggak akan pernah mau menikah dengan orang seperti om!" bentak Aqila.
"Keputusan ada dikamu Hendra. Saya tunggu jawabannya besok." ucap Edwin.
"Kita pergi dari sini." ajak Edwin kepada Riko dan lima preman.
Lalu mereka semua pergi meninggalkan Ayah Hendra, Bunda Maryam dan Aqila.
Setelah Edwin pergi, Aqila masuk kedalam rumah.
"Ayah. Sampai kapan pun, Qila nggak akan pernah mau nikah sama om nggak punya hati itu!" ucap Aqila dengan nada tinggi bercampur emosi.
"Qila, tapi ayah nggak punya cara lain lagi." ucap Ayah Hendra yang pasrah.
"Gimana nasib Qila kalo nikah sama orang seperti dia ayah?" tanya Qila.
"Sayang, ayah mohon sama kamu..." ayah memohon.
Aqila yang melihatnya tidak tega.
"Aqila mau kekamar," ucap Aqila dan pergi ke kamar dengan menangis.
Brak
Aqila menutup pintu dengan kencang.
Dia nggak tahu lagi harus bagaimana.
Disatu sisi, dia sangat menyayangi ayah dan bundanya dan disatu sisi dia sangat membenci Edwin.
"Gue harus gimana?" tanya nya sendiri.
Dia terus berfikir.
"Apa ini saatnya gue ngebalas jasa ayah sama bunda?"
"Tapi kenapa harus menikah sama om yang nggak punya hati,"
"Kenapa nggak nikah sama yang lain,"
"Ini semua gara-gara om yang nggak punya hati." bentak nya dengan kesal.
"auw," Aqila meringis kesakitan sambil memegang pipi yang habis ditampar oleh Edwin.
"Sakit banget tamparannya om jahat itu,"
"Dasar om nggak punya hati." umpatnya kesal.
"mending gue telfon Dinda,"
Lalu menelfon Dinda.
Tut
"Halo," ucap Dinda dari sebrang sana.
"Din, lo kesini sekarang. Gue butuh lo banget, gue tunggu lo." kata Aqila dan mematikan telponnya.
Dinda yang bingung sekaligus khawatir dengan Aqila, lalu kerumah Aqila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
HIATUS
aw aqila berani beut, biasanya cewenya nurut2 bae, dsni brani nglawan, mantap thoor..
2020-12-17
0
Wulandari
hadir lagi membawa 5 likee 😎😎😎😎
2020-12-15
0
R_armylove ❤❤❤❤
semangat
2020-12-14
0