Kring...
Bunyi alarm Aqila.
"Huah, jam berapa sih," dia bangun dan mematikan alarmnya.
Lalu melihat Dinda yang masih tertidur.
"Din, Din bangun..." ucap nya sambil menggoyang-goyang tangan Dinda.
"Huah, apaan sih Qila," ucap Dinda yang masih merem.
"Bangun..."
"Jam berapa sih?" tanya Dinda.
"Jam sepuluh," jawab Aqila membohongi Dinda.
Dinda seketika langsung bangun.
"Lo serius La?" tanya memastikan.
Aqila tidak menjawab, tapi malah ketawa.
"Tuh lihat." sambil menunjuk alarm berbentuk hello kitty.
"Aqila..." teriak Dinda.
"Wek..." Aqila berlari keluar kamarnya.
Dinda mengejarnya.
Aqila mengumpet dibelakang bunda Maryam.
"Bunda, Dinda jail banget," rengek Aqila.
"Bunda, Qila yang jail," jawab Dinda.
Mereka terus berdebat.
"Aqila, Dinda. Kalian baru bangun bikin ayah pusing." sahut ayah yang pusing melihat Aqila dan Dinda.
"Mending kalian mandi, bau acem." perintah bunda.
Aqila dan Dinda pun mencium bau badannya masing-masing.
"Qila masih wangi bun, Dinda tu yang bau acem."
"Enak aja, aku masih wangi lah."
"Dinda, kmu pergi mandi dulu." perintah ayah Hendra.
"Siap yah," Dinda menurut perintah ayah dan pergi ke kamar mandi.
"Kok ayah nyuruh Dinda sih, bukan Aqila dulu," Aqila tidak terima.
"Gantian sayang mandinya," ucap lirih bunda Maryam.
Ayah melihat jam tangannya.
Waktunya ayah Hendra berangkat kerja.
Ayah Hendra bekerja sebagai karyawan biasa di tempat Sanjaya Group.
Lebih tepatnya yang dipimpin oleh Edwin.
"Bun, Qila. Ayah berangkat dulu ya..." pamit ayah.
"Kok berangkat dulu sih yah, enggak makan bareng dulu,"
"Iya sayang, soalnya hari ini ada bos ayah yang datang. Jadi semua para karyawan harus datang lebih pagi." jelas ayah kepada Aqila.
"Oo gitu yah, ya udah ayah hati-hati ya..." Aqila mencium tangan ayah Hendra.
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam," jawab bunda dan Aqila.
Kini tinggal Aqila dan bunda yang ada diruang tamu.
"Dinda lama banget sih bun mandinya," gerutu Aqila.
"Sabar sayang, Aqila juga lama mandinya. Malah lebih lama dari Dinda." jawab bunda.
Aqila hanya cemberut.
Tidak lama kemudian Dinda keluar dari kamar Aqila.
"Tuh kan, Dinda cepet mandinya."
"Iya dong bun, emang Aqila yang mandinya berabad-abad." goda Dinda."
"Enak aja lo, bunda Aqila mandi dulu ya..."
"Iya sayang, sana mandi,"
Aqila kemudian mandi.
Sambil menunggu Aqila mandi, bunda mengajak Dinda untuk menyiapkan makan pagi.
"Dinda, bantuin bunda siapin makanan yuk," ajak bunda.
"Siap bun," jawab Dinda dengan semangat.
Mereka berdua berjalan ke meja makan.
"Bun, bunda mau masak apa?" tanya Dinda.
"Bunda mau masak ayam goreng sama sayur sop kesukaannya Aqila sayang," jawab bunda.
"Dinda bantuin masak sayurnya ya, heheh."
"Bunda yang masak ayam gorengnya." tambahnya.
"Iya sayang, makasih banyak ya... kamu udah mau bantuin bunda,"
"Iya bun, sama-sama." jawab Dinda.
20 menit...
Bunda Maryam dan Dinda selesai memasak dan siap untuk dihidangkan.
"Sudah siap," ucap Dinda.
Aqila yang sudah selesai mandi, berjalan ke meja makan.
"Kok udah selesai semua,"
"Padahal Aqila mau bantuin." tambahnya.
"Telat lo, salah sendiri mandi seabad." celetuk Dinda.
"Udah dibantu Dinda sayang..."
"Sekarang kita makan yuk," ajak bunda Maryam.
"Siap bun," jawab Aqila dengan semangat.
Mereka bertiga makan.
Seperti biasa, selesai makan Aqila membantu ibunya membersihkan piring yang tadi dipakai makan.
.
.
.
Berbeda dengan ayah Hendra yang sedang ada dikantor.
Semua karyawan panik. Karena ada pemilik perusahan datang.
Edwin dengan Riko datang ke kantor dengan gagah.
Btw Riko adalah teman Edwin,
Dari sma hingga sekarang.
Mereka berjalan masuk ke lobi.
"Datang ke ruangan saya." ucap Edwin dingin dengan sekretarisnya.
"Baik tuan," jawab Lila sekertaris Edwin.
Edwin dan Riko berjalan ke ruangannya.
Beberapa menit, Lila datang ke ruangan Edwin.
Tok...Tok....
Lila mengetik pintu.
"Masuk." sahut Edwin dari dalam.
Lila kemudian masuk.
"Maaf tuan, ada apa tuan memanggil saya kesini?" tanya Lila.
"Panggil Hendra Gunawan kesini." perintah Edwin.
"Baik tuan," Lila pun melaksanakan tugasnya.
Beberapa menit, ayah Hendra datang ke ruangan Edwin.
"Maaf tuan, ada perlu apa tuan memanggil saya? tanya ayah Hendra dengan takut.
"Kamu boleh keluar." ucapnya menyuruh Lila keluar dari ruangannya.
"Baik tuan, saya permisi dulu," pamit Lila.
Lila pergi meninggalkan Edwin dan ayah Hendra.
Kini tinggal Edwin dan ayah Hendra.
Suasana menjadi tegang, begitupun dengan ayah Hendra.
"Kapan kamu melunasinya." tanya Edwin.
"Maaf tuan, saya belom punya uang," jawab ayah Hendra dengan gemeter.
"Saya kasih kamu waktu satu minggu, kalo sampai satu minggu kamu belom bisa bayar...rumah kamu saya sita." tegas Edwin.
"Ba...baik tuan," jawab ayah Hendra dengan gagap.
Ayah Hendra mempunyai hutang dengan Edwin lumayan besar.
Ia terpaksa meminjam uang perusahaan untuk membayar pengobatan ibu mertua ayah Hendra.
"Saya pegang omongan anda. Sekarang anda boleh keluar dari ruangan saya."
"Baik tuan, saya permisi dulu,"
"Ya," jawab Edwin.
Lalu ayah Hendra keluar dari ruangan Edwin.
"Dari mana aku bisa dapet uang sebanyak itu dalam waktu satu minggu," guman ayah Hendra.
Ayah Hendra kemudian melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda tadi.
Ayah Hendra tidak fokus, ia terus memikirkan cara membayar hutangnya kepada Edwin.
.
.
Jam menunjukkan pukul lima sore.
Waktu para karyawan untuk pulang.
Ayah Hendra bersiap-siap untuk pulang.
Berjalan keparkiran untuk mengambil motornya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
anotherbyl
Like dan semangat🆙
Salam dari PERJALANAN HIDUP KANIA
2021-01-09
0
yutantia 10
aku mampir lagi thor
2021-01-04
0
Deska wu
5 like
2020-12-31
0