"Lama banget sih lo." celetuk Aqila.
"Enak aja, emang lo," jawab Dinda.
"Udah ditunggu bunda sama ayah tu," ucap Aqila.
"Hehehe." jawab Dinda cengengesan.
Lalu mereka berdua keluar dari kamar.
"Ayah, bunda..." ucap Aqila dengan manja dan lalu duduk.
"Dinda, kamu nginep disini?" tanya Ayah Hendra.
"Hehehhe, iya yah." jawab Dinda.
"Tapi kamu udah bilang sama ayah dan bunda mu kan?" tanya Bunda Maryam.
"Udah bun, tadi Dinda udah bilang kalo mau nginep disini." jawab Dinda.
"Ya udah, sekarang kita makan malam. Kasian Aqila udah laper dari tadi." goda Bunda Maryam.
"Ih bunda... Aqila enggak nahan laper," jawab Aqila dengan cemberut.
"Iya bun, dikamar aja tadi Aqila bilang udah laper banget." sahut Dinda yang ikut memojokkan Aqila.
Aqila cemberut.
"Awas ya lo Din, lo tidur diluar." gertak Aqila.
"Ih, kok lo jahat gitu sih," jawab Dinda yang takut.
"Bodo amat." jawab Aqila.
"Udah udah, Aqila, nggak boleh gitu nak," ucap Bunda Maryam.
"Habisnya dia resek bun,"
"Mending kita makan aja." ajak Ayah Hendra.
"Siap yah." jawab Dinda.
Mereka berempat pergi ke meja makan.
"Bunda masak apa?" tanya Aqila.
"Bunda masak ayam goreng, sayur sop, sama tempe goreng sayang." jawab bunda sambil berjalan ke meja makan.
Sampai di meja makan, bunda mengambilkan ayah Hendra nasi.
"Aqila juga bunda," pinta Aqila.
"Aku juga bun, hehehe." sahut Dinda.
"Sini," ucap bunda sambil mengambil piring Aqila dan Dinda.
"Makasih bunda," ucap Aqila dengan senyumnya yang manis dan imut.
"Makasih juga bunda," sahut Dinda juga.
"Ih, lo ikutan mulu." Aqila kesal.
"Ye... gr banget lo." jawab Dinda yang juga kesel.
"Kalo kalian rebut terus, ayah ambil lo makanannya." celetuk ayah yang capek melihat Aqila dan Dinda berantem terus.
"Sayang, didepan makanan nggak boleh berantem." bunda menasehati.
"Iya bun," jawab Aqila dan Dinda.
Lalu mereka semua makan.
10 menit...
Selesai makan.
Aqila selalu membantu bunda membersihkan piring sehabis makan.
"Bunda, Dinda juga ikut bantuin ya?"
"Makasih Dinda," ucap bunda.
"Sama-sama bunda." jawab Dinda.
Lalu mereka bertiga ke ruang tamu ikut ayah.
"Ayah..." ucap Aqila.
"Iya sayang," jawab Ayah Hendra yang lagi menonton tv.
"Aqila pengen ngemil." kata Aqila sambil memelas.
"Ya udah, sana beli sama Dinda." jawab Ayah Hendra.
"Uangnya?"
Ayah Hendra mengambil dompet dan memberikan uang kepada Aqila.
"Makasih ayah," jawab Aqila.
"Bunda sama ayah nggak mau nitip apa gitu,"
"Enggak sayang, kalian hati-hati ya... langsung pulang." bunda mewanti-wanti.
"Siap bunda," jawab Aqila dan Dinda.
Mereka berdua mencium tangan ayah Hendra dan bunda Maryam.
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam," jawab Ayah Hendra dan Bunda Maryam.
"Inget, langsung pulang." teriak Bunda Maryam.
"Iya bun," jawab Aqila.
Mereka berdua pergi.
Aqila yang membonceng Dinda.
Diperjalanan...
"Din, lo mau beli apa?" tanya Aqila.
"Tau La, gue bingung." jawab Dinda.
"Gue pengen roti bakar."
"Gue pengen makan bakso." ucap Dinda.
"Sekarang cari roti bakar dulu, habis itu beli bakso." ucap Aqila.
Lalu Aqila mencari tukang roti bakar.
"Ketemu," ucap Aqila dengan senang.
Lalu Aqila turun dan membeli roti bakar.
Selesai membeli roti bakar, Aqila mengendarai motor nya mencari tukang bakso.
"La, la. itu tukang baksonya." ucap Dinda yang heboh sambil menunjuk tukang bakso.
Aqila kemudian membelokkan motornya ke arah tukang bakso yang ditunjuk Dinda.
Dinda memasan 3 bungkus bakso.
Untuk ayah dan bunda.
Selesai beli bakso, mereka otw pulang kerumah.
Disaat perjalanan pulang, Aqila mau menyeberang. Di kanan jalan ada dua mobil mewah yang hampir menabrak Aqila dan Dinda.
"Aa..." teriak Aqila dan Dinda.
Cit...
Suara rem mobil itu.
Orang yang ada dimobil turun semua.
Para bodyguard yang berjumlah 6 berjalan ke arah Aqila dan Dinda.
"Anak kecil kalo belom bisa mengendarai motor, gak usah pakek motor!" bentak salah satu bodyguard itu.
"Yang salah situ, kok nyalahin gue." jawab Aqila yang berani.
"Anak kecil dibilangin ngelawan." sahut bodyguard yang satu.
"Aku nggak salah! Makanya aku berani ngelawan!" bentak Aqila.
"Dibilangin ngebantah!" bentak bodyguard itu.
Aqila terus membantah.
Sedangkan Dinda hanya diam karena takut melihat para bodyguard yang berbadan besar dan memakai baju serba hitam.
Sampai pada akhirnya, majikan dari bodyguard itu turun dari mobil.
Ia berjalan sangat angkuh.
Bodyguard tersebut lalu menunduk.
"Ada apa ini?" tanya majikan itu.
"Maaf tuan, adek ini minta ganti rugi tuan." jawab salah satu bodyguard.
"Oh, ini majikan kamu." sahut Aqila dengan berani.
Lalu Aqila berjalan ke arah majikan itu.
"Om, tolong bilangin body guardnya. Jangan cuma beraninya sama anak kecil." ucap Aqila.
Para bodyguard itu tidak percaya melihat keberanian Aqila dengan majikannya.
Ya...
Siapa yang berani dengan Edwin Sanjaya.
Pengusaha terbesar dikota itu.
Berumur 27 tahun, tapi belom mau menikah karena sibuk dengan dunia bisnis.
Orang yang dingin, cuek tapi juga menakutkan.
Dia tidak segan-segan membunuh orang yang berani main-main dengannya.
Edwin hanya menatap Aqila dengan tatapan yang tajam.
Aqila pun juga membalas tatapan Edwin dengan tajam.
"Gadis kecil, berani sekali kamu dengan saya." ucap Edwin dingin tapi menakutkan.
"Kenapa aku harus takut sama om, om juga manusia bukan vampir." jawab Aqila.
Edwin hanya diam dan menatap Aqila dengan tajam.
"Kembali ke mobil." perintah Edwin kepada para bodyguardnya.
Lalu mereka semua berjalan ke mobil.
"Om, om harus tanggung jawab!" teriak Aqila.
Tapi tidak dihiraukan sama Edwin.
Mobil yang ditumpangi Edwin dan para bodyguardnya pergi meninggalkan Aqila dan Dinda.
"Ih, sumpah! Gue kesel banget sama tu orang. Awas aja kalo sampek ketemu lagi, gue buat pepes ikan." omel Aqila.
"La, lo berani banget sih," kata Dinda yang heran melihat keberanian Aqila.
"Kenapa harus takut sama om-om?" tanya Aqila.
"Dia serem banget la, apa lagi para bodyguardnya itu," jawab Dinda.
"Gue malah benci sama dia, bukan takut." ucap Aqila.
"Kita balik aja yuk, gue takut disini." ajak Dinda.
"Iya, eh tapi inget. Jangan sampai ayah sama bunda tau soal tadi."
"Iya iya, janji."
"Anak pintar."
Lalu Aqila mengendarai motornya.
15 menit...
Sampai dirumah Aqila.
"Assalamualaikum ayah bunda," Aqila dan Dinda mengucapkan salam.
"Waalaikumsalam," jawab bunda membukakan pintu.
Aqila dan Dinda masuk.
"Sayang, kok lama banget?" tanya bunda Maryam yanh khawatir.
"Hehehe, iya bun. Soalnya tadi antri," jawab Aqila berbohong.
"Maafin Aqila ayah bunda, Aqila harus berbohong. Karena Aqila nggak mau bunda sama ayah khawatir."
"Ini semua gara-gara om tadi sama bodyguardnya itu. Awas aja kalo ketemu lagi."
gerutunya dari hati.
"Oo gitu, ya udah kamu ambil mangkok didaur buat baksonya," perintah bunda Maryam.
Aqila dan Dinda mengambil mangkok dan piring.
"Sayang, kamu nggak mau baksonya?" tanya bunda.
"Enggak bun, Aqila mau diet heheh." jawab Aqila.
"Kamu ini ada-ada aja," sahut ayah.
Mereka kemudian melanjutkan makan baksonya dan Aqila makan roti bakar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Yeni Eka
Di sini Like lagi.. Lanjut bagus ka ceritanya
2021-01-08
0
anotherbyl
Like lagi untukmu Kak❤❤❤❤
Benar kata Aqila dia manusia bukan vampir😂 Aqila berani bgttt deh... Kasihan Edwin dibanding-bandingin sm vampir huhuhu
Salam dari
MAYRA
PERJALANAN HIDUP KANIA
2021-01-03
0
coco
mampir lagi nih.
jangan lupa mampir di senja di Cappadocia
2021-01-03
0