Aqila terus memakan es krimnya dengan belepotan.
Edwin yang melihatnya tersenyum sendiri.
Lalu kemudian membersihkan sisa es krim yang menempel dibibir Aqila.
Jarak mereka sangat dekat.
Mereka saling berpandangan cukup lama.
Aqila baru sadar kalo tangan Edwin lagi membersihkan sisa es krim dimulutnya dan segara menepisnya.
"Ih, om cari kesempatan ya..."
"Saya hanya membersihkan sisa es krim dimulut kamu." jawab Edwin.
"Modus banget sih om," jawab Aqila.
.
.
Hari semakin malam dan hujan pun turun sangat deras.
Ayah Hendra dan Bunda Maryam sangat cemas memikirkan Aqila.
"Yah, Aqila kok belum pulang juga..." ucap Bunda Maryam yang mondar-mandir dari tadi.
"Sabar bun, ayah juga coba hubungi Aqila tapi kayaknya handphonenya mati." jawab ayah.
"Bunda takut kalo Aqila kenapa-kenapa yah," ucap Bunda Maryam yang semakin cemas.
"Ayah juga nggak punya nomer telfonnya Rehan lagi, apa ayah minta aja sama Dinda bun?"
"Iya yah, sekarang ayah telfon Dinda."
"Iya, ayah telfon Dinda dulu,"
Ayah kemudian menelfon Dinda.
Tut...Tut....
"Halo ayah," ucap Dinda dari telfon.
"Halo Din, maaf ayah ganggu kamu malam-malam gini. Ayah mau tanya, apa kamu punya nomer handphonenya Rehan?" tanya Ayah Hendra.
"Enggak yah, emangnya ada apa yah?" tanya Dinda balik.
"Gini Din, ayah sama bunda cemas banget dari tadi, soalnya Aqila belom pulang juga. Dihubungi juga nggak bisa, apalagi sekarang diluar lagi hujan. Ayah takut Aqila kenapa-kenapa," jawab Ayah Hendra.
"Ya ampun, tuh anak kebiasan banget sih. Gini yah, Dinda coba minta nomer handphone Rehan dari temen-temen. Nanti kalo ada, Dinda kasih tau ayah,"
"Iya Din, makasih banyak yah. Maaf ayah malam-malam ngerepotin kamu,"
"Enggak yah, sama- sama. Ayah sama bunda jangan cemas dulu, Aqila pasti baik-baik aja. Rehan anak yang baik kok yah, jadi nggak mungkin macam-macam," Dinda coba menenangkan Ayah Hendra.
"Iya sayang, makasih ya," ucap Ayah Hendra.
"Sama- sama yah,"
Lalu Ayah Hendra mematikan telfonnya.
Dinda pun langsung menghubungi teman-temannya.
Tapi tidak ada satupun yang punya nomer handpone Rehan.
Karena Rehan anak yang tertutup dan sangat cuek.
"Mending gue dm ig nya aja, eh tapi kalo nggak direspon gimana ya?"
"Ah, masa bodoh deh. Apa salahnya nyobak dulu," tambahnya.
Dinda kemudian mencari akun Rehan diinstragram.
"Ketemu," ucap Dinda.
"Gue langsung dm aja,"
Lalu mengetik pesan untuk Rehan.
"Han, ini gue Dinda sahabatnya Aqila. Gue tadi dihubungi sama ayah sama bundanya Qila kalo mereka cemas nyariin Aqila. Kalo boleh tau, posisi kalian ada dimana ya?" isi pesan Dinda untuk Rehan.
Tapi Rehan tidak on instragram.
.
.
Sementara Aqila masih berada dimobil Edwin.
Jalanan macet karena ada pohon yang tumbang.
"Maaf tuan, ini jalanannya sangat macet. Kemungkinan sampai dirumah non Aqila bisa malem," ucap pak supir.
Aqila clingukan melihat ke arah jendela mobil.
"Hujannya deras banget lagi," gumannya.
"Pasti ayah sama bunda nyariin Qila,"
"Kamu tenang aja, saya akan mengantar kamu sampai dirumah." ucap Edwin.
Aqila cemberut dan menatap Edwin dengan manja.
"Tapi Aqila kepikiran sama ayah sama bunda om..."
"Pasti mereka sekarang cemas nyariin Qila," tambahnya.
Rehan yang melihat Aqila jadi tidak tega.
"Kamu sekarang hubungi ayah dan bundamu."
"Handphone Qila lowbat om,"
"Pakai handphone saya," Edwin mengeluarkan handphonenya dengan merek keluaran terbaru dan sangat mahal.
"Hehhehe makasih om," ucapnya mengambil handphone Edwin dan segera menelfon ayahnya.
Dan kebetulan Edwin sudah mempunyai nomer Ayah Hendra sejak lama.
Tut...Tut....
"Halo tuan," ucap Ayah Hendra dengan suara seperti orang ketakutan.
"Halo ayah, ini Qila," jawab Aqila dengan suaranya yang manja.
"Qila sayang, ini bener-bener kamu nak?" tanya Ayah Hendra memastikan.
"Iya yah, ini Aqila anak ayah yang cantik dan imut."
Edwin yang mendengarnya hanya tersenyum.
"Kamu kok bisa pakai handphonenya tuan Edwin? Qila kamu nggak bikin masalah lagi kan?" tanya Ayah Hendra yang bingung.
"Enggak dong yah, ceritanya panjang banget. Nanti Aqila ceritain dirumah. Aqila cuma mau ngabarin, kalo Aqila pulangnya agak telat, soalnya disini hujan deras dan jalanan macet banget yah. Dan handphone Qila juga mati,"
"Iya sayang nggak papa, yang penting jamu hati-hati. Dan ingat, jangan buat masalah lagi sama tuan Edwin." Ayah Hendra mewanti-wanti gadis kecilnya itu.
"Siap ayah, udah dulu ya yah, bye,"
"Iya sayang, hati-hati ya..."
Aqila kemudian mematikan telfonnya.
Dan mengembalikannya kepada Edwin.
"Makasih om," ucapnya dengan senyum yang manis.
"Hem," jawab Edwin dan mengambil handphone.
"Ih, om cuek banget sih. Om nggak ikhlas handphonenya Aqila pinjem tadi?" tanya Aqila.
Edwin lagi-lagi menyentil kening Aqila.
"Ih, sakit tau om. Om kebiasaan banget sih," ucapnya cemberut.
"Dasar gadis bodoh." ucap Edwin dengan tersenyum.
"Tapi Qila cantik kan?" goda Aqila.
Edwin tidak menjawab nya.
Suasana dimobil hening.
Hanya ada suara hujan.
Aqila tertidur dengan pulas.
Edwin menaruh kepala Aqila dipundaknya.
Lalu memegang pipi Aqila.
"Gadis bodoh." ucapnya dengan tersenyum.
Entah Edwin benar-benar suka dengan Aqila atau hanya rencana Edwin.
"Apa ini masih lama?" tanya Edwin kepada supirnya.
"Masih tuan," jawab pak supir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
silviaanugrah
hai thor, aku datang bawa 15like.
smngt up & smg ceritanya sukses ya, aku tunggu feedback-nya 😉✨
2021-02-24
0
نو فيتا الايو كا ندرا🥀
semangat😉
2021-01-05
0
yutantia 10
10 like sudah mendarat thor
salam dari cinta diwaktu yang salah.
2021-01-04
0