...baru up lagi... heheh...
...enjoy ya bacanya. jangan lupa Tinggalkan jejak. luv luv semua...
...vote...
...coment...
...like like...
........
...Tidak ada rasa sakit selain mendengar perbandingan diri terhadap seorang yang paling kau sayangi....
^^^-_Alula, bintang kembar_-^^^
...
Bukan tanpa alasan ketika Raya membalas pesan Tama dengan penolakan. Ingat jika dirinya baru saja membicarakan orang itu, tidak mungkin kan ia langsung menerima ajakan Tama saat tadinya ia ingin menjaga jarak.
Tidak ada rencana juga ia tiba-tiba di ajak pulang oleh sahabatnya, Lula. Gadis cantik itu tiba-tiba saja datang ke kelas Raya lalu mengajaknya untuk pulang bersama. Raya mana bisa menolak untuk ini.
Berakhir pada pulang bersama.
“ Ray ! kamu ingat kan sama Angkasa? ” tanya Lula tiba-tiba saat mobilnya baru saja dihidupkan.
“ Angkasa ? cowok yang dulu nyerempet lo itu kan?, kenapa emang ? ” ucap Raya membalas.
“ Ih kamu mah yang negatif aja di inget, lebih tepatnya yang nolongin aku, ” bela Lula.
“ Ke intinya aja La.. ribet tahu, ” kata Raya. Dirinya sangat tidak tertarik sebenarnya. Mengambil posisi duduk senyaman mungkin dalam mobil Lula.
“ Menurut kamu sosok Angkasa itu kayak gimana? “ tanya Lula selanjutnya.
“ Kalau menurut aku dia cocok banget sama kamu Ray, sifatnya juga cuek-cuek gimana gitu, tapi tetep baik, ” tambah Lula. Belum juga ingin menjawab, Lula sepertinya terlalu bersemangat mengeluarkan pendapatnya.
“ Kenapa harus nyocokin gue sih La.. ngga jelas tahu, ” ucap Raya. Ada-ada saja memang sahabatnya itu, tidak ada hujan tidak ada angin dia malah menyangkutpautkan dirinya.
“ *Karena dia Angkasa*..” bisik Lula dengan nada pelan.
Mendengarnya, Raya seakan baru menyadari kemungkinan apa yang ia pikirkan tentang alasan Lula mencocokkannya kepada Angkasa.
“ Bentar-bentar, jangan bilang hanya gara-gara dia itu A-ng-ka-sa??
Ya elah La.. gue emang teropsesi dengan alam semesta, tapi ngga dengan nama orang yang ada hubungannya dengan semesta luar berarti gue juga akan tertarik, “ kata Raya menebak.
“ Ya aku kan mikirnya bisa aja kamu tertarik gitu, ” ucap Lula beralasan.
Raya hanya dibuat geleng-geleng kepalanya. Tak ingin meneruskan kegilaan pikiran Lula, Raya mengubah posisinya dengan duduk menyamping menghadap jendela mobil.
Belum berhenti ternyata Lula bercerita. Dari samping Raya, Lula dengan nada datar mulai bercerita kembali.
“ Sebenarnya Ray.. aku pernah cerita sama Mami soal Angkasa, dan mami lebih excited mau kenalin dia sama kamu, mungkin benar sih alasannya soal nama Angkasa yang unik. Mami juga pikir kamu bakalan tertarik sama dia, “ ucap Lula.
Di balik nada datarnya Raya hanya menangkap kemirisan cerita itu. Raya sangat tahu jika Lula lah yang sangat tertarik dengan Angkasa namun dia menutupnya dengan pintar.
Berbalik menghadap Lula. Raya angkat bicara. “ La, lo tahu kan gue ngga pernah deket sama cowok manapun, karena mungkin tipe gue tinggi hahaha.. dan Angkasa menurut gue, dia bukan cowok yang bakalan tertarik sama cewek super ngebosenin macam gue.. jadi yaps, gue ngga tertarik sedikitpun. ”
Rasa senang mulai terlihat di wajah Lula, ini membuktikan jika memang Lula merasa lega atas jawaban Raya barusan.
Akhirnya suasana kembali tenang, dengan kecepatan sedang mobil itu akhirnya sampai kerumah Raya.
***
Berpindah hari, sekolah sepeti biasa namun bedanya, setelah Lula mengetahui respon Raya seakan tidak tertarik kepada Angkasa, ia mulai sibuk sendiri. Mengabaikan Raya begitu saja.
Entahlah pikiran Raya saja atau memang Lula lebih sibuk dengan genk Lessa dan terlalu fokus pada hpnya.
Kali ini tidak ada tebengan apapun, Raya pulang dengan menunggu bis. Sudah beberapa lama dirasa bis tidak kunjung datang, Raya memilih untuk berjalan kaki sejenak. Mencicil-cicil menyelusuri trotoar, siapa tahu di ujung jalan sana ia sudah mendapatkan bis.
Namun bukan bis yang ia dapatkan, melainkan sosok laki-laki tampan lengkap dengan jaket hijau diatas motor sport merahnya. Siapa lagi kalau bukan Angkasa.
Tidak ingin ge’er ada yang menunggunya, Raya bertahan dengan sikap cueknya. Toh juga Raya kan sudah tidak tertarik dengan Angkasa. Apa yang dirasakan Raya setelahnya membuat ia sangat terkejut.
Tangan halus nan putihnya harus berubah perih kemerahan akibat tarikan Angkasa secara tiba-tiba.
“ Eh..eh lo gila ya! Tangan gue ! ” pekik Raya.
Seakan Raya salah ucap, Angkasa dengan tampang soknya berbalik, namun tangan itu masih nyaman menggenggam.
“ Lo bisa sopan ngga sih ? ” tanya Angkasa dengan nada datar.
Bernapas jengah, lihat saja dirinya, padahal yang tidak bersikap sopan menurut Raya adalah Angkasa sendiri. Main tarik-tarik saja tangan orang.
“ Jelas-jelas yang ngga sopan disini itu E-LO, “ jawab Raya dengan menunjuk Angkasa menggunakan tangannya yang bebas.
Belum tangannya di bebaskan sekarang bibir manisnya yang di tepuk. Tidak kasar masih dalam kewajaran agak lembuk oleh Angkasa.
“ Manggil tuh yang sopan, gini-gini gue 1 tahun di atas lo, panggil gue KAK, jubaedah ! “ ucap Angkasa penuh penekanan.
“ Maaf ya tuan.. lo pikun ya, kita ngga satu sekolah jadi ngga ada hubungannya kalau lo itu 1 tahun diatas gue, dan gue juga ngga harus hormatin lo, “ Raya masih tidak ingin kalah darinya.
“ Langsung aja deh, gue ngga punya waktu, lo ngapain main tarik-tarik tangan gue sih ? ” lanjut Raya bertanya.
Fix ini mah gagal rencananya untuk tidak berurusan dengan Angkasa lagi, menurut Raya.
“ Gue mau ganti rugi !” ucap Angkasa singkat.
“ Ganti rugi? Apaan ? ” ucap Raya bingung.
“ Maaf putri.. lo pikun ya..ini masalah headset lo, masih inget ?" menyebalkan sekali tampang Angkasa saat menirukan gaya Raya saat sebelumnya memanggil dia dengan sebutan Tuan.
Belum saatnya Raya ingin membalas Angkasa terus saja menarik tangan Raya hingga naik ke motornya. Membawa Raya ke tempat pembelian aksesorin Hp cukup besar, tentu disana juga ada yang menjual Headset.
“ Sekarang lo pilih deh, jangan lama-lama, “ ucap Angkasa kemudian sibuk dengan Hpnya, lebih memilih untuk menunggu saja.
Entah bisikan dari mana, sifat jail Raya muncul begitu saja. Ingat jika tangannya masih merah, ia pun berinisiatif untuk membalasnya dengan memilih headset yang harganya 3x lipat dari punya nya yang rusak.
Tapi sayangnya, Angkasa tidak peduli dengan harganya yang mahal. Biasa anak sultan, tapi jangan salah Angkasa memang anak sultan tapi perkara urusan pribadinya ia bisa menggunakan uangnya sendiri.
“ Udah kan?” tanya Angkasa saat mereka telah selesai melakukan pembayaran dikasir.
“ Udah ” balas Raya singkat. Dirinya berubah pendiam entah apa yang menyebabkannya. Hanya saja pikirannya bercampur aduk, tidak enak sekaligus ingin cepat-cepat menyelesaikan semuanya.
Tidak sampai disitu, Angkasa masih bersikap gentleman. Ia bahkan mengantarkan Raya dengan selamat.
Turun dari motor, berdiri berhadapan, di depan pagar rumah Raya.
“ Btw makasih, dan maaf kalau headsetnya agak mahal, “ ucap Raya tidak enak.
Angkasa memilih hanya berdehem saja tanda “iya” nya.
Bergumam tanpa sadar Raya selanjutnya. “ Gue harap ngga ada lagi alasan berurusan sama dia “
Bohong jika Angkasa tidak mendengarnya dengan samar-samar.
.
.
.
.
.
.
.
saalam manis dari aku........❤❤🖐
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Nyai iia
next like
2021-01-10
1
Erlina Khopiani
like
2020-12-20
1
seming
Sudah aku boom like. Mampir kecerita baruku ya kak.
2020-12-17
1