Hai...hai...hai.... author kembali...
btw maaf ya baru update... tapi ngga masalah, in syaa allah author siap untuk menghibur kalian lagi
tinggalkan jejak ya... vote, like like, coment nya jangan lupa😁
.
.
Melihat respon heran dari Raya, Tama tahu jika pastinya Raya sedang bertanya-tanya mengapa dirinya mengetahui kejadian tadi.
“ Sorry gue ngga sengaja lewat di koridor, dan gue lihat Lessa nyamperin lo, “ jelas Tama.
Berpikir sejenak, menghembuskan nafasnya Raya mengerti.
“ Ngga ada alasan saya untuk ngeladenin mereka," Padahal jika mau Raya bisa saja, malah jika ada aksi tonjok-tonjokan Raya sudah siap tameng. Tapi jelas tadi itu Lula datang tiba-tiba.
“ Emmm, BTW Ray, lo ngga perlu bersikap terlalu sopan sama gue, santai aja anggap ngobrol sama teman sebaya lo," kata Tama tersenyum, menepuk-nepuk bahu Raya.
“ Dan lain kali kalau ada apa-apa lo bisa kok bilang ke gue, gue siap membantu," tambahnya sebelum berpamitan untuk berkumpul ke lapangan futsal.
Apa hubungannya dengan gue dan harus lapor ke elo, ada-ada aja. membatin Raya sambil menatap punggung tegap Tama yang semakin menjauh.
***
Setelah kesibukannya dalam ekskul Sastra kemarin. Akhirnya Raya menikmati hari liburnya lagi. Kalau orang jaman sekarang sebutnya quality time bersama keluarga. Dirinya dan Genta menghabiskan waktu berdua layaknya anak dan ayah.
Mulai dari olah raga bersama saat pagi tadi, menonton Tv sampai bercerita ngalor ngidul tentang sekolah Raya. Tidak jarang Raya menggoda ayahnya tentang menjadi Duda tampan namun tidak laku, tetapi Genta tentu saja tidak marah.
Ayahnya berjalan memutari kursi tempat Raya duduk. Bergeser duduk semakin mendekati Raya.
Hahaha dia pikir Raya tidak mengetahui tingkah Ayahnya jika sudah seperti itu. menoleh dengan wajah datarnya. “ Ayah mau apa ?” ucap Raya menebak.
Seperti tertangkap baca akan pikirannya, Genta hanya menyengir seperti anak kecil.
“ Hehe.. itu kemarin pas ayah pulang kantor, ayah ngga sengaja lihat di depan jalan sana ada yang jual Lele goreng, kayaknya enak deh Ray, ” kata ayahnya, masih saja memberikan kode.
“ Ya udah uangnya mana, biar Raya beliin, " mengadahkan tangannya, Raya meminta uang kepada Genta. Begitu senang ayahnya seakan kode darinya akhirnya berhasil.
Memutuskan keluar rumah, hanya berjalan kaki. Toh juga tempatnya dekat. Menutup pintu pagarnya, alis Raya heran menatap Lula yang tiba-tiba berjalan kearahnya dari ujung jalan berbarengan dengan laki-laki tidak asing bagi Raya.
Perasaan, Lula kok lebih sering muncul tiba-tiba ya. Pikir Raya dalam hati. Loh, itu kan cowok yang namanya Asa. Lanjutnya kala ia tersadar.
“ Hay Ray ! loh kamu mau kemana ?” ucap Lula saat mereka sampai di satu titik temu. Raya yang ditanya hanya diam, ia lebih tertarik ingin mengetahui ada hubungan apa Lula dan Si batu Asa itu.
“ RAY ! “ panggilan Lula lebih keras, barulah Raya tersadar dari lamunannya. Menoleh dirinya menggaruk tengkuk, cukup malu ketika ia harus tertangkap basah sedang memperhatikan Asa.
“ Eh..mmm lo tadi ngomong apa La ?” tanya Raya.
“ Ih kamu mah.. oh iya ini kenalin Ray, dia.. dia orang yang nyerempet aku dan bantuin aku juga kemarin," jelas Alula.
Oke gue cuma harus pura-pura ngga kenal sama dia, udah gedek gue berurusan sama nih cowok. Batin Raya. “ Oh, Iya. Salam kenal nama gue Rayana,” Kata Raya cuek.
Dengan tersenyum miring sangat tipis, Asa seperti ingin sedikit mengikuti skenarionya si Raya.
“ Nama gue..... Angkasa salam kenal juga."
Berbarengan dengan Asa yang menyebut nama aslinya, mata mereka berdua bertemu. Entah apa yang ada di pikiran Raya, atau mungkin hanya sekedar Nama yang unik mungkin.
Tidak ingin lagi tertarik dengan laki-laki di hadapannya Raya berbalik menatap Lula. “ Oh iya La, lo ngapain kerumah gue?” tanya Raya.
Setelahnya Lula mendekat berbisik sangat pelan kepada Raya.
“ Itu.. tadi aku lupa arah, niatnya pengen jalan-jalan liatin taman malah kesasar, untung ada Angkasa."
Apa hubungannya dengan datang ke rumah Raya? Tentu saja ini masalah karena Lula tidak berani dibawa pulang dengan seorang laki-laki, maka dari itu ia memilih diantarkan saja kerumah Raya.
Baru niat ingin berteriak menasihati anak polos ini, Raya sadar jika Angkasa masih berada di sampingnya.
“ Ya udah. Sekarang lo masuk dulu, gue keluar bentar di dalam juga ada ayah kok, " kata Raya sebagai instruksi kepada Lula.
Berpamitan Lula kearah Angkasa, akhirnya Raya bisa memisahkan pertemuan penuh drama ini.
Tanpa memperdulikan Angkasa, Raya berjalan menuju ke tempat tujuannya. Beberapa meter selanjutnya, Merasa ada langkah yang sama dengannya, Raya berbalik. “ Ngapain lo ngikutin gue?” Tanya seorang Raya dengan nada datar.
Raya yang tiba-tiba berhenti membuat Angkasa sedikit kaget, laki-laki penuh karisma itu hanya bediri, memasukkan tangnnya ke dalam celana jins biru gelap.
“ Jangan ge’er, gue cuma mau nyamperin mobil kesayangan gue, jubaedah."
Seakan terhipnotis, Raya mengikuti arah pandang Angkasa, tepat di ujung sana memang terdapat mobil putih. Merasa malu semalu-malunya Raya dengan sikap cueknya berbalik melanjutkan langkahnya. Bergegas menyebrangi jalan penuh kekesalan.
Belum sepenuhnya menyebrang jalan tubuh Raya tersentak dan ditarik mundur saat dirinya hampir mengalami kecelakaan tabrakan motor dan manusia. Menjadi sekaku batu, tubuh Raya masih shok atas kejadian tadi.
Namun tidak lama setelah itu, dirinya sadar, pikirannya berputar sambil merasakan hangatnya sebuah tangan yang merangkul pundaknya.
“ Aaaaa.. lo..lo ngapain ?” ucap Raya gagu. Menarik dirinya untuk menjauh. Angkasa malah mulai mendekat lagi.
” Makanya kalau mau kesel sama orang jangan ditahan, “ ucap Angkasa menahan senyum.
Ayah, Raya malu..
***
Dua jam sudah. Raya duduk termangu seperti orang sakit, padahal ia tidak sakit sedikitpun. Meratapi nasib malunya dan tampang kemenangan dari Angkasa beberapa jam lalu. Bukan lagi kesal tapi sudah naik level ketingkat benci.
Menatap agendanya dengan lesuh, gara-gara nih buku kenapa gue harus ketemu sama manusia seperti dia.
“ Ray aku pinjem piama ya, mau nginep disini boleh kan ?” kata Lula dengan penuh harap, menyadarkan sang gadis yang melamun.
Menghempuskan nafasnya Raya tidak harus berpikir tentang si Angkasa itu lagi.
“ Boleh lah.. kayak sama siapa aja lo,” kata Raya.
Merapikan kamar, manata tempat tidurnya senyaman mungkin. Kini Lula akan menginap sekamar dengan Raya.
Ingat jika Raya tidak ingin memikirkan Angkasa lagi, tapi yang ada sekarang, Lula terus saja menceritakan betapa baiknya laki-laki itu. padahal jarum jam sudah menunjukkan waktu hampir tengah malam.
Setengah tertidur Raya masih setia mendengarkan ocehan Lula. Sampai ketika Lula seperti bergumam yang masih di dengar sadar oleh Raya.
“ Andai saja bisa lebih dekat."
Membuka matanya sempurna, Raya membatin berpikir jika Lula ada kemungkinan untuk tertarik kepada Angkasa.
.
.
.
.
enjoy.... ya readers❤❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
RN
5 like datang lagi kk feedback totok pembangkit saling dukung kk
2021-06-22
0
Neti Jalia
10 likedm dari
*hujan dibalik punggung
*suamiku ceo ganas
2021-04-26
0
BELVA
mampir kembali di novel
#gadis imut diantara dua raja
mksh ya ka
2021-02-05
0